Serba Serbi
5 Kala Ini Hadir di Minggu Wuku Kuningan, Simak Ala Ayuning Dewasanya
Pada Redite Wuku Kuningan munculnya Kala Empas, Kala Jangkut, Kala Luang, Kala Sudukan, Kala Jengking
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam susunan kalender Bali dikenal istilah ala ayuning dewasa yang berarti baik-buruknya suatu hari dalam melakukan aktivitas atau kegiatan tertentu.
Dewasa atau padewasan yang biasa disebut ilmu wariga ini, seperti yang dijelaskan dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga, adalah cara untuk mengidentifikasi hari yang baik dan hari yang jelek (buruk).
"Jelasnya (padewasan itu adalah) pengetahuan untuk menentukan hari baik dan hari jelek," tulisnya.
Dalam buku yang ditulis Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga tersebut, dijelaskan bahwa pada sistem ala ayuning dewasa ini juga dikenal istilah pangkakalan, yakni munculnya kala-kala tertentu yang dijadikan pembanding untuk menentukan baik-buruknya dewasa.
Karena seringkali terjadi ketika padewasan berdasakan wuku, wewaran, penanggal-panglong dan sasih sudah baik, namun pada sistem pangkakalannya jelek.
Pada Minggu (Redite) (30/12/2018), Wuku Kuningan seperti yang ditulis dalam kalender karya Alm. Drs. I Nyoman Singgir Wikarman bahwa terdapat munculnya Kala Empas, Kala Jangkut, Kala Luang, Kala Sudukan, Kala Jengking.
Perlu diketahui bahwa Alm. Drs. I Nyoman Singgir Wikarman semasih hidupnya sebagai anggota tim pengkaji wariga dan penyusunan kalender Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, dan kini kalendernya dilanjutkan oleh putra-putrinya I Gede Sutarya beserta adik-adiknya.
Berikut ini penjelasan mengenai kehadiran kala-kala tersebut sesuai yang dikutip Tribun Bali dari buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi.
1. Kala Empas
Kala Empas terbagi menjadi dua yakni Kala Empas Munggah (naik) dan Kala Empas Turun.
Keduanya pun menyebabkan padewasan yang berbeda.
Pada saat Kala Empas naik yakni sebagai hari yang baik untuk memasang pondasi (nasarin) rumah dan bangunan suci dan membuat lumbung padi, namun buruk untuk memetik buah kelapa.
Sementara untuk Kala Empas turun, hari yang baik untuk menanam tanaman berumbi (pala bungkah), namun tidak baik untuk membangun segala jenis bangunan.
Lalu bagaimana caranya untuk menentukan Kala Empas naik atau turun?
Dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi dijelaskan, jika Sad Wara-nya Urukung dan Panca Wara-nya Wage maka Kala Empas naik, sedangkan apabila Maulu (Sad Wara) dan Wage (Panca Wara) maka Kala Empas turun.
Kala Empas naik ini muncul pada Minggu (Redite) Wuku Wayang, Senin (Soma) Wuku Medangsia, Selasa (Anggara) Wuku Sinta, Rabu (Budha) Wuku Merakih, Kamis (Wrespasti) Wuku Tolu, Jum'at (Sukra) Wuku Uye dan Sabtu (Saniscara) Wuku Julungwangi.
Sebaliknya, Kala Empas turun muncul pada Redite Wuku Kuningan, Soma Wuku Dukut, Anggara Wuku Pahang, Budha Wuku Ukir, Wrespasti Wuku Medangkungan, Sukra Wuku Wariga dan Saniscara Wuku Perangbakat.
Karena hari ini Redite Wuku Kuningan maka Kala Empas-nya turun.
2. Kala Jangkut
Kala Jangkut dimaknai sebagai hari yang baik untuk membuat pencar, jaring, dan senjata.
Kehadirannya sendiri pada Pepet Kajeng.
3. Kala Luang
Sementara untuk Kala Luang membawa padewasan baik untuk membuat terowongan dan menanam tanaman berumbi, namun jelek untuk membuat bendungan.
Kala Luang hadir pada Redite Wuku Dungulan dan Kuningan; Soma Wuku Wayang, Anggara Wuku Sinta, Sungsang, Warigadean, Tambir dan Menahil; Budha Wuku Landep, Tolu, Gumbreg, Pahang dan Merakih; serta Wrespasti Wuku Kelawu dan Dukut.
4. Kala Sudukan
Dilansir dari laman kalenderbali.org, Kala Sudukan sebagai hari yang tidak baik untuk memindahkan orang sakit dan menunjukkan unsur perombakan.
Kehadirannya sendiri yakni pada Redite Wuku Kuningan; Soma Wuku Landep, Ukir, Uye, Bala; Anggara Wuku Gumbreg, Warigadean, Wayang; Budha Wuku Sinta, Medangkungan; Wrespati Wuku Matal; Sukra Wuku Tolu, Prangbakat, Ugu; serta Saniscara Wuku Medangsia, Pujut, Pahang dan Krulut.
5. Kala Jengking
Kehadiran Kala Jengking sebagai ketentuan dewasa ayu untuk berlatih menari, menabuh, sambungan ayam, namun tidak baik untuk mengadakan rapat pertemuan, kawin dan potong rambut.
Kala Jengking ini jatuh pada Redite Wuku Ukir, Bala dan Watugunung; Soma Wuku Ugu, Dungulan dan Merakih; Anggara Wuku Tambir; Budha Wuku Gunbreg dan Kuningan; Wrespasti Wuku Dukut; Sukra Wuku Uye; Saniscara Wuku Julungwangi dan Pujut. (*)
Sebagai informasi, cakupan mengenai ala ayuning dewasa ini sangatlah luas dengan menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia melalui perhitungan parameter tertentu.
Perhitungan yang dimaksud berupa pawintangan yang ditetapkan berdasarkan letak bintang dalam mengelilingi matahari; sasih yang berhubungan dengan penentuan musim berdasarkan peredaran gerak semu matahari dan juga bulan yang mengelilingi bumi; dan wuku tentang ilmu ruas-ruas kumpulan binatang tertentu yang berporos di bumi.
Selain itu, juga berpedoman pada wawaran yakni tentang nama-nama hari dan dedaunan yang dipakai sebagai ilmu pembagian waktu dalam satu hari.
Menurut Ida Pandita Empu Yogiswara di Griya Manik Uma Jati, dalam ala ayuning dewasa ini memang tidak terlepas dari adanya wariga-wariga seperti wuku, ingkel dan didalamnya terdapat larangan-larangan.
Ida Pandita pun menjelaskan bahwa ala ayuning dewasa ini juga tidak terlepas dari adanya ala ayuning dina (hari), ala ayuning sasih (bulan) dan ada ala ayuning nyet (pikiran).
Jadi, meski ada larangan-larangan namun jika pelaksana kegiatan memiliki pemikiran yang positif maka hal tersebut boleh dilakukan.
"Sekarang ada ala ayuning nyet. Nyet itu pikiran. Kalau kita memang pikiran itu hening dan tidak akan kena apapun yang namanya musibah itu, itu boleh karena kita yakin," jelasnya.(*)