Ini Penampakan Awan Cumulonimbus dari Jarak Dekat di Langit Makassar, Paling Ditakuti Para Pilot

awan cumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir dan angin kencang. Awan berbentuk gelombang tsunami itu muncul pada Selasa (1/1/2019) sore.

Editor: Rizki Laelani

Ini Penampakan Cumulonimbus dari Jarak Dekat di Langit Makassar, Paling Ditakuti Para Pilot

TRIBUN-BALI.COM - Di awal tahun 2019, warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dikejutkan dengan munculnya awan berbentuk gelombang tsunami.

Awan berbentuk gelombang tsunami itu sempat diabadikan sejumlah warga kota Makasar dan diunggah ke media sosial.

Awan berbentuk gelombang tsunami itu muncul pada Selasa (1/1/2019) sore.

Awan itu terlihat menggulung hitam pekat berbentuk gelombang tsunami di atas langit Kota Makassar.

Bahkan, warga yang sempat merekam video awan gelombang tsunami tersebut di dalam area Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan diunggahkan ke media sosial.

Menurut staf Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami yang dikonfirmasi, Rabu (2/1/2019) pagi mengungkapkan, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.

Paling Berbahaya

Biasanya, awan cumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir dan angin kencang.

“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang. Untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya bisa 1-2 jam,” katanya.

Nur Asia Utami menuturkan, jika awan kumulonimbus ini berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya, pada pesisir barat dan selatan.

“Awan kumulonimbus bisa terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Bahkan, di Kota Makassar awan ini bisa tumbuh kembali,” tuturnya.

Nur Asia Utami menambahkan, jika awan kumulonimbus ini sangat berbahaya.

Bahkan, membahayakan bagi lalulintas penerbangan.

Fenomena Awan cumulonimbus atau awan berbentuk gelombang tsunami tiba-tiba muncul di langit Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (1/1/2018) sore.

Cumulonimbus berasal dari bahasa Latin, "cumulus" berarti terakumulasi dan "nimbus" berarti hujan.

Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer.

Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall.

Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan. Awan kumulonimbus terbentuk dari awan cumulus (terutama dari cumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.

Awan cumulonimbus selama ini menjadi awan yang paling ditakuti para pilot.

Pilot Garuda Pernah Rasakan Kengerian

Mengapa? Awan ini bisa menyebabkan turbulensi yang sangat dahsyat. Bahkan, awan CB semacam ini disinyalir menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, 29 Desember 2014.

Pilot Senior Garuda Indonesia Kapten Abdul Rozaq punya pengalaman tersendiri dengan awan yang cukup membahayakan.

Dalam wawancaranya di Breaking News tvOne, Minggu, 4 Januari 2015, Kapten Abdul Rozaq mengaku menjadi saksi kekuatan awan CB.

Pesawat Garuda Indonesia yang dia kemudikan terjebak dalam awan CB.

"Kejadiannya pada Januari 2002. Pesawat saya langsung masuk awan CB di ketinggian 32 ribu kaki. Tidak sampai 3 menit, kedua mesin pesawat langsung mati," ujarnya.

Abdul menceritakan, turbulensi yang dialami pesawatnya sangatlah dahsyat. Goncangan datang dari sisi kiri, kanan, depan dan belakang pesawat.

Bagi para penumpang, pesawat bagaikan terbanting-banting dalam awan.

"Itulah yang menyebabkan mesin pesawat mati, karena tidak kuat menahan goncangan," katanya.

Abdul sigap melakukan pendaratan darurat. Karena komunikasi dalam pesawat mati, dia berkomunikasi secara manual dengan awak kabin untuk mempersiapkan penumpang.

Kesigapan Abdul dan pendampingnya pada waktu itu, co-pilot Heryadi, terbayar, pesawat berhasil mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo. Satu pramugari meninggal dunia.

Bagaimana kisahnya? Tanggal 16 Januari 2002 adalah hari yang tak bisa dilupakan seorang pilot maskapai Garuda Indonesia, Abdul Rozaq.

Saat itu, pesawat yang dibawa Abdul Rozaq terpaksa melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo, dekat Solo.

Sebanyak 54 penumpang dan beberapa orang kru ada di pesawat bernomor penerbangan GA421.

Tercatat, semua penumpang berhasil selamat dan satu orang pramugari meninggal dunia pada insiden tersebut.

Dalam acara Kick Andy Metro TV beberapa waktu lalu, Abdul Rozaq menceritakan bagaimana detik-detik peristiwa yang bisa saja merenggut nyawa dia atau penumpang itu.

Diketahui, pesawat Garuda Indonesia jenis Boeing 737-300 itu berangkat dari Mataram, Lombok, menuju Yogyakarta.

Saat di perjalanan, pesawat dihadang cuaca buruk dan di ketinggian 23 ribu kaki dua mesin pesawat mati.

"Saya coba restart tiga kali, dia (mesin pesawat) tidak mau," ujar Abdul Rozaq.

Segala upaya sesuai prosedur pun dilakukan. Pada akhirnya, Abdul Rozaq hanya bisa pasrah.

"Saya cuma bisa pasrah, karena semua standard operation procedure sudah dilakukan dan tidak berhasil," ujarnya.

Menurut Abdul Rozaq, pesawat baru bisa keluar awan di ketinggian 8 ribu kaki.

Kala itu, sang kapten pilot hanya bisa melihat hamparan sawah dan satu sungai, yaitu Bengawan Solo.

Kopilot sempat menyarankan agar pesawat mendarat darurat di area pesawahan.

Abdul Rozaq kurang sependapat dengan alasan dia tidak tahu bagaimana keadaan di bawah sana.

Selain itu, Abdul Rozaq menilai mendarat di sawah lebih berisiko.

"Saat itu saya berpikir bagaimana menyelamatkan penumpang sebanyak mungkin," kata Abdul Rozaq.

"Jadi akhirnya kami putuskan harus menuju ke sungai," ujarnya.

Keputusan tersebut, kata Abdul Rozaq, diambil setelah berdiskusi dengan kopilot kurang lebih selama 10 menit.

Dengan segala upaya, pesawat pun bisa mendarat darurat.

Dijelaskan Abdul Rozaq, penyebab satu pramugari tewas dikarenakan terlempar ke luar pesawat.

Akibat kejadian nahas tersebut, Abdul Rozaq harus melalui masa pemulihan dari trauma.

Setelah enam bulan, ia baru bisa kembali menerbangkan pesawat. (*)

Artikel ini ditulis Achmad Subechi telah tayang di Wartakotalive dan Tribunwow.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved