Pandangan Ahli Nujum Tentang Gerhana Bulan Total 'Blood Moon' 2019, Ada Pertanda Apa?

Bagaimana pandangan ahli nujum terkait supermoon dan blood moon di 21 Januari 2019 ini?

Editor: Eviera Paramita Sandi
First Post via Tribun Jogja
Ilustrasi Blood Moon 

TRIBUN-BALI.COM - Bulan Januari 2019, akan terjadi sejumlah fenomena astronomi.

Mulai dari supermoon, blood moon, hingga ada penampakan Venus.

Total akan terjadi 7 fenomena di langit yang sayang untuk dilewatkan.

Meliputi :

1. Hujan Meteor Quadrantids (3 - 4 Januari 2019).

Quadrantids adalah hujan meteor dengan volume di atas rata-rata hingga mencapai 40 meteor per jam pada puncaknya.

2. Bulan Baru (6 Januari 2019).

Bulan akan berada di sisi bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam.

Fase ini terjadi pada 01:28 UTC.

3. Penampakan Venus (6 Januari 2019).

Venus akan terlihat jelas karena akan berada di titik tertinggi di atas cakrawala pada pagi hari.

Carilah planet yang cerah di langit timur sebelum matahari terbit.

4. Gerhana matahari sebagian (6 Januari 2019).

Gerhana matahari parsial terjadi ketika Bulan hanya menutupi sebagian Matahari, kadang-kadang menyerupai gigitan kue.

5. Supermoon (21 Januari 2019).

Bulan akan terletak di sisi berlawanan dari Bumi saat Matahari dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi. Fase ini terjadi pada pukul 05:16 UTC.

6. Gerhana bulan total 'Blood Moon' (21 Januari 2019).

Gerhana bulan total terjadi ketika Bulan sepenuhnya melewati bayangan gelap bumi, atau umbra.

7. Konjungsi Venus dan Jupiter (22 Januari 2019).

Gabungan antara Venus dan Yupiter akan terlihat pada 22 Januari. Kedua planet yang terang itu akan terlihat dalam 2,4 derajat satu sama lain di langit pagi.

Bagi para astronom tentu ini merupakan deretan fenomena yang sangat menarik menjadi bahan penelitian.

Begitu pula bagi para penikmat 'atraksi' langit, dan fotografer yang menjadikannya sebagai obyek menarik untuk diabadikan, terutama saat terjadi supermoon dan blood moon.

Selain mereka, para ahli nujum, astrolog dan peramal lainnya punya pandangan tersendiri bahwa ini merupakan pertanda apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Bagaimana pandangan ahli nujum terkait supermoon dan blood moon di 21 Januari 2019 ini?

Tak sedikit di antaranya yang menyebutkan bahwa gerhana bulan total 'blood moon' pada 21 Januari 2019 ini merupakan pertanda akhir zaman.

Para peminat teori konspirasi yang mempercayai ramalan ini, mengklaim bahwa Blood Moon telah disebutkan di berbagai catatan dan bab Alkitab.

Setidaknya ada tiga bagian yang merujuk pada perubahan warna Bulan.

Sementara itu, Pastor Paul Begley, meski sejalan dengan teori ini namun ia memiliki pandangan yang berbeda.

Begley yang merupakan seorang pengkhotbah yang berbasis di Indiana ini merupakan salah satu pendukung paling vokal dari ramalan blood moon.

Menurut dia gerhana bulan total pada Januari 2019 ini bukanlah pertanda bahwa dunia akan segera berakhir bulan depan.

Melainkan merupakan pertanda bahwa kiamat lebih dekat daripada yang pernah terjadi sebelumnya.

“Apa artinya blood moon? Ya, itu penting bagi Amerika. Ini jatuh bersamaan dengan peringatan kedua pelantikan Trump sebagai presiden," katanya sebagaimana dilansir Express.co.uk.

Ia merinci, bahwa Trump dilahirkan di momen Blood Moon juga yakni pada 14 Juni 1946 atau 700 hari sebelum Israel dideklarasikan sebagai sebuah bangsa pada 14 Mei 1948.

“Kemudian dia menjadi Presiden yang mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS di sana dan mendedikasikannya pada hari yang sama, 14 Mei 2018 atau tepat 70 tahun kemudian" ulasnya, mengait-kaitkan kejadian tersebut.

 “Juga, ketika dia dilantik sebagai Presiden pada 20 Januari 2017, dia berusia 70 tahun, tujuh bulan dan tujuh hari. Jadi Super Blood Moon ini pada 20 Januari dan akan terjadi lewat tengah malam pada 21 Januari ketika berada tepat di atas Washington DC," tambahnya.

"Dan jangan lupa pada tahun 27 Juli 2018 kita memiliki periode blood moon terlama abad ini, di mana hal itu terjadi tepat di atas Yerusalem. Super Blood Moon kali ini berada di atas Washington DC dan seluruh Amerika akan melihatnya secara total, jadi ini sangat menakjubkan," demikian ulasannya.

Pada malam gerhana bulan tersebut seluruh cakram bulan yang bersinar akan lenyap ke dalam bayangan yang disebabkan oleh posisi Matahari dan Bumi.

Saat Bulan melewati pusat paling gelap dari bayangan Bumi, yang dikenal sebagai umbra, bulan akan berubah warna.

Efeknya dikenal sebagai Hamburan Rayleigh yang disebabkan oleh sinar matahari yang dibiaskan di sekitar sisi bumi dan menyaring melalui atmosfer berdebu planet ini.

Proses itulah yang melahirkan adanya warna merah dan oranye yang langsung tampak di permukaan Bulan.

"Itu peringatan dan saya yakin itu peringatan bagi Amerika dan bagi kita semua.

Kita harus menyerahkan hidup kita kepada Tuhan," tandas Begley.

Pendukung kepercayaan ini bukan hanya Begley. Ada pula nama John Hagee dan Mark Blitz.

Jika Mark Blitz mengartikan fenomena ini sebagai pertanda akhir zaman, maka tidak demikian halnya dengan Hagee.

Menurut dia, fenomena blood moon tidak langsung terkait dengan pertanda akhir zaman.

Namun dirinya meyakini bahwa fenomena blood moon yang terjadi selama 500 tahun terakhir terjadi bertepatan dengan sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Yahudi dan Israel yang awalnya tragis, tapi kemudian diikuti oleh kemenangan.

John Hagee menjelaskan ramalannya ini dalam buku berjudul Four Blood Moons.

Buku ini menjadi best seller, dan berada di jajaran top 150 penjualan di amazon.com selama 150 hari pada April 2014 lalu.

Buku ini menjadi buku terlaris kesembilan di Amerika Serikat. Pada pertengahan April, buku Hagee telah mencapai nomor 4 dalam daftar terlaris The New York Times. (*)


Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Ahli Nujum Khawatir Gerhana Bulan Total 'Blood Moon' 2019, Ada Pertanda Apa?

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved