BPJS Kesehatan Klungkung
Lewati Masa Sulit, Buah Hatiku Tersenyum Kembali Karena JKN-KIS
“Selama terapi 1 tahun tersebut kami disarankan dokter untuk menggunakan JKN-KIS, dan syukur sekali sangat membantu,"
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ni Kadek Feby Dianrha Putri, buah hati mungil nan lucu ini adalah putri semata wayang dari Ayu yang merupakan peserta JKN-KIS asal Kabupaten Karangasem Bali.
Ia melakukan persalinan di salah satu klinik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan pada 19 Februari 2016 secara normal.
Feby lahir dengan berat badan 3,8 kg dan panjang 52 cm, semua nampak sangat bahagia dengan kesehatan Feby seperti halnya bayi normal lainnya.
Namun, kesehatan seseorang memang tidak dapat dijamin secara mutlak dan terus-menerus.
Kisah pilu Ayu dimulai ketika Feby berusia 8 hari.
Tiba-tiba Feby mengalami batuk dan nampak berat ketika menarik nafas.
Keesokan harinya Ayu mengajak Feby berobat ke salah satu dokter spesialis anak, saat itu Feby didiagnosa awal menderita Pneumonia (sejenis penyakit infeksi paru menurut ilmu kedokteran).
Dokter pun meresepkan obat dengan menyarankan kontrol kembali 2 hari kemudian.
Pada saat kembali kontrol, ternyata dokter mendiagnosa adanya kebocoran jantung pada Feby yang merupakan penyakit jantung bawaan.
Akhirnya di usia Feby ke-15 hari, Ayu mengajaknya ke sebuah rumah sakit yang direkomendasikan oleh temannya.
Kembali dokter menyatakan bahwa Feby menderita Pneumonia dan diberikan resep obat berbeda hingga dalam 3 hari batuk dan sesak Feby sembuh.
Namun, kesembuhan tersebut tidak membuat Ayu dan suaminya tenang dan teringat akan apa yang disampaikan dokter sebelumnya tentang kebocoran jantung Feby.
Pada usia 43 hari, Feby kembali ke rumah sakit tersebut untuk konsultasi terkait kebocoran jantung yang menjadi beban pikiran orangtuanya.
Akhirnya dokter melakukan Echocardigraphy (sejenis USG untuk jantung).
Hasil Echo ternyata menunjukkan Feby memang benar mengalami kebocoran jantung dengan jenis Non Sianotik (tidak membiru).
Selama 1 tahun Feby menjalani terapi obat untuk melihat respon jantungnya, sebab kasus seperti ini menyebabkan tumbuh kembang anak terganggu dan penurunan berat badan.
“Selama terapi 1 tahun tersebut kami disarankan dokter untuk menggunakan JKN-KIS, dan syukur sekali sangat membantu, bahkan akhirnya anak kami harus dirujuk ke rumah sakit pusat daerah untuk menjalani tindakan pemasangan Kateter karena kebocoran jantungnya tidak dapat menutup spontan dengan terapi obat. Pada 22 Juni tahun 2018 akhirnya dilakukan pemasangan Kateter, begitu mahal biaya yang harus kami bayarkan mengingat kami hanya pegawai swasta biasa, syukur JKN-KIS menjadi solusi di tengah kegalauan kami,” ungkap Ayu.
Hingga saat ini Feby masih rutin menjalani kontrol untuk pemulihan.
Dirinya kini sama sekali tidak merasa khawatir selama ada program JKN-KIS yang menjaga Feby.
Ia sangat heran dengan banyaknya pemberitaan negatif tentang JKN-KIS, hingga ia sering melakukan koordinasi dengan petugas BPJS Kesehatan hingga ia semakin yakin pemberitaan negatif tersebut hanyalah hoax.
Namun, hoax tersebut tidak akan pernah memudarkan senyum Feby yang akan selalu ditemani JKN-KIS di manapun dan kapanpun.(*)