Putra Kedua I Gusti Ngurah Rai Berpulang, Sempat Rekam E-KTP Sebelum Meninggal

Kabar duka kembali menyelimuti keluarga besar Pahlawan Nasional, Brigjen Anumerta I Gusti Ngurah Rai.

Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Sejumlah kerabat mendatangi rumah duka almarhum I Gusti Ngurah Tantra di Puri Ngurah Rai, Desa Carangsari, Petang, Badung, Rabu (23/1/2019). Inzet: almarhum semasa hidup. 

Beberapa menit sebelum meninggal, kakek delapan cucu ini masih sempat memberi makan burung.

Usai memberi makan burung, almarhum beranjak ke tempat tidur.

“Biyang yang berteriak karena melihat Ajung (almarhum) sudah telentang di tempat tidur. Tiang pun langsung mendekat,” ucapnya dengan mata sembab.

Sembari menitikan air mata, Ngurah Putra mengenang mantan pentolan Pemuda Panca Marga (PPM) itu sebagai sosok yang sederhana.

Namun karena dalam dirinya mengalir darah pahlawan, senantiasa ada keinginan untuk berdedikasi kepada masyarakat.

Salah satunya, almarhum sempat mendirikan yayasan dan sekolah di Carangsari sekitar tahun 1980-an.

Bahkan saat itu, sekolah tersebut digratiskan.

“Beliau ingin agar anak-anak di sini bisa mengenyam pendidikan. Karena saat itu sekolah di sini masih jauh,” katanya.

Ngurah Putra mengatakan semasa hidup almarhum senantiasa mengingatkan agar anak-anaknya tetap rukun dan menjaga persatuan.

Di samping itu, agar senantiasa berbuat yang terbaik untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Prof. Dr. I Wayan Windia yang merupakan salah satu teman dekat I Gusti Ngurah Tantra menambahkan, almarhum merupakan bagian dari perjalanan sejarah I Gusti Ngurah Rai.

Hidup sebagai putra pejuang saat itu, kata Windia, bukan hal mudah.

Hal itu juga dialami oleh Ngurah Putra.

“Bahkan beliau bersama ibunda sempat ditawan di tangsi Belanda di Gianyar,” tutur Prof Windia saat ditemui di rumah duka, kemarin.

Meski begitu, ketika situasi bangsa kembali pulih seperti, Ngurah Tantra dikatakan tak tinggi hati.

Justru tekadnya mengisi kemerdekaan sangat kuat.

Salah satunya dengan mendirikan yayasan dan sekolah Panca Marga untuk anak-anak kurang mampu.

“Beliau tidak pernah bersikap berlebihan, meski menjadi anak seorang pahlawan besar,” ungkapnya dengan rasa bangga. (komang agus aryanta)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved