Nyaris Hilang Ditelan Bumi, Ini Kondisi Candi Borobudur Saat Pertama Kali Ditemukan Raffles
Dalam prosesnya, meninggalkan dokumen atau arsip yang menyimpan informasi penting tentang sejarah pelestarian Candi Borobudur.
Penulis: Rizki Laelani | Editor: Alfonsius Alfianus Nggubhu
Untuk itulah arsip-arsip tersebut dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta, pada 10-15 Oktober 2017. Pameran tersebut bertajuk "Melestarikan Dokumen Sejarah Pemugaran Candi Borobudur sebagai Memory of the World".
Candi Borobudur pernah mengalami beberapa kali pemugaran baik skala kecil maupun besar.
Akan tetapi sebagian besar pengunjung menyangka candi yang dibangun pada abad ke-9 itu ditemukan pertama kali sudah dalam keadaan utuh.
Pameran seperti ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada masyarakat umum bahwa dibutuhkan kerja keras untuk merestorasi candi yang ditemukan pertama kali pada tahun 1814, saat Inggris, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, menjajah Nusantara.
Arsip, foto, gambar, film, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan proses renovasi Candi Borobudur dipamerkan dalam empat ruangan di Museum Nasional.
Soal penemuan Candi Borobudur pada masa Raffles bisa dilihat di ruang pertama.
Ruangan kedua memajang bukti-bukti pemugaran kedua pada 1973-1983.
Ada juga beberapa foto pemugaran pertama yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda oleh Theodore van Erp.
Di ruangan lain terdapat sketsa lukisan pertama Candi Borobudur yang dicetak dalam buku "Boro-Boedoer, Het Eiland Java" karya FC Wilsen, JFG Brumund, dan C Leemans pada 1873.
Para pengunjung juga bisa menyaksikan film dokumenter restorasi Candi Borobudur, juga candi tersebut pasca-letusan Gunung Merapi tahun 2010.
Jejak Bencana di Borobudur
Dikutip dari laman Kompas.com, sekitar 198 tahun lalu, Perwakilan Serikat Dagang Inggris di Hindia Timur, Letnan Gubernur-Jenderal Sir Stamford Raffles mendapat kabar ditemukannya monumen kuno yang sangat besar di Desa Bumisegoro, dekat Magelang.
Namun, Raffles yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Semarang, Jawa Tengah, pada 1814 itu tidak bisa mengunjungi Candi Borobudur.
Ia kemudian mengirim anak buahnya, seorang insinyur Belanda bernama Cornelius, untuk melihat Candi Borobudur.
Raffles, yang sangat tertarik dengan kebudayaan dan sejarah Jawa, menginginkan informasi lebih detail mengenai temuan baru itu.