Sejak Bayi Hidup di Kandang Ayam, Isabel Tak Bisa Menangis, Kisahnya Berawal dari Diagnosa Dokter

Praktik kekejaman orangtua terhadap anaknya sendiri sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu.

Editor: Rizki Laelani
http://lilu4you.ru
Maria Isabel Quaresma Dos Santos, si gadis ayam. Praktik kekejaman orangtua terhadap anaknya sendiri sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. 

Sejak 1 Bulan Tinggal di Kandang Ayam, Isabel Dewasa Tak Bisa Menangis, Kisahnya Berawal dari Diagnosa Dokter

TRIBUN-BALI.COM - Praktik kekejaman orangtua terhadap anaknya sendiri sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu.

Waktu itu tahun 1980, publik Portugal dikejutkan kasus yang dialami Maria Isabel Quaresma Dos Santos.

Dia adalah gadis 9 tahun yang menghabiskan seluruh masa kecilnya di kandang ayam.

Isabel dirampas kebebasan berkomunikasinya, tak mendapat kasih sayang semestinya.

Dia hanya tumbuh bersama ayam-ayam hingga membuat perilakunya berubah.

Selanjutnya, dia lebih dikenal sebagai “Gadis Ayam”.

Baca: Begini Perilaku Raja-raja Mataram saat Meminta Berkah dari Nyai Roro Kidul

Baca: Maut Setelah Berkencan, Luka Cekik, Sayatan di Tubuh Ais, Roy Takut Ditinggal, Pilih Gantung Diri

Baca: Niat Melamar Gadis Pujaan, Pemuda Pengangguran Ini Justru Dipolisikan, Faktanya Ini Terungkap

Baca: Dukun Sakti, Dalih Buang Guna-guna karena Lama Jomblo, Malah Setubuhi Remaja Ini Hingga 10 Kali

Baca: 6 Orang di Mobil Avanza Tercebur ke Sungai Brantas, Cerita Sang Penolong: 3 Orang Masih di Dalam

Baca: Galeri Kenangan IB Putu Dunia, Merekam Jejak Anak Petani Hingga Jadi Marsekal

Merujuk pada sebuah artikel yang diterbitkan surat kabar Diano de Noticias tahun 1980, Isabel lahir pada 6 Juli 1970 di sebuah peternakan di Tabua, Distrik Coimbra, Portugal.

Saat umurnya masih 1 tahun, oleh ibunya yang seorang dokter, Isabel didiagnosis menderita masalah mental yang berat membuatnya tak dianggap keluarganya sendiri dan dikurung dalam kandang.

Isabel kemudian menghabiskan 8 tahun hidupnya di tempat itu.

Ia ditemani ayam, bertahan hidup pun dengan makanan yang sama dengan temannya itu, memakan biji-bijian, dan sisa makanan apa pun yang diberikan keluarganya.

Yang lebih menyedihkan adalah, saudara-saudara lelaki Isabel merasakan hidup seperti manusia normal.

Mereka tidur di rumah, pergi ke sekolah, dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Sampai akhirnya, orang-orang di Tabua tahu tentang kondisi Isabel, tapi tidak satu pun dari mereka yang mengecam keluarga itu atau bahkan melaporkannya pada pihak berwenang.

Tabua hanya pedesaan kecil pada masa itu, dan orang lebih fokus serta sibuk bekerja di ladang daripada terlibat urusan tetangganya.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved