WIKI BALI
TRIBUN WIKI - 9 Patung yang Ada di Kota Denpasar Beserta Sejarahnya
Kota Denpasar memang dikenal punya sejarah panjang sebagai kota yang telah ada sejak zaman pemerintahan kolonial
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kota Denpasar memang dikenal punya sejarah panjang sebagai kota yang telah ada sejak zaman pemerintahan kolonial, bahkan jauh sebelum itu meski belum bernama Denpasar.
Dari adanya sejarah yang panjang itu, tentunya Kota Denpasar tidak ingin melupakannya begitu saja.
Untuk mengenang para pejuang kemerdekaan misalnya, Kota Denpasar membuatkan patung pejuang yang diletakkan di berbagai sudut kota.
Selain itu ada juga patung-patung lain yang menghiasi Denpasar dan mempertegas kota ini sebagai kota budaya.
Tribun Bali merangkum beberapa patung-patung yang menghiasi kota Denpasar hingga saat ini.
1. Patung Mayor I Gusti Bagus Sugianyar
Patung Mayor I Gusti Bagus Sugianyar terletak diDenpasar Utara, tepatnya di persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Cokroaminoto. Patung ini dibangun pada 4 Agustus 1994.
2. Patung Kapten Cokorda Agung Tresna
Patung Kapten Cokorda Agung Tresna di persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Nangka dibangun pada 31 Desember 1993.
3. Patung Letnan Ida Bagus Putu Djapa
Sementara itu, Patung Letnan Ida Bagus Putu Djapa dibangun pada 20 November 1996.
Patung ini terletak di persimpangan Jalan Raya Puputan dan Hayam Wuruk atau yang dikenal dengan sebutan bundaran Renon yang juga merupakan kawasan pusat pemerintahan Provinsi Bali.
Letnan Ida Bagus Putu Djapa atau yang lebih dikenal dengan nama Kapten Japa merupakan salah satu pejuang Kota Denpasar yang tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa Serangan Umum Kota Denpasar yang berkecamuk pada 11 April 1946.
Sang kapten yang dikenal berani, tegas namun humoris ini harus wafat terkena berondongan peluru NICA di tangsi Kayumas pada hari bersejarah tersebut.
4. Patung Perang Puputan
Di jantung Kota Denpasar, berdiri patung Perang Puputan Badung dengan visualisasi pejuang laki-perempuan Bali yang menghunus keris dan membawa tombak.
Patung ini dibangun pada 20 September 1979 yang bertepatan dengan perayaan peringatan ke-73 tahun Perang Puputan Badung.
Puputan berarti perang habis-habisan dan konon saat perang puputan terjadi, di lokasi inilah ribuan manusia meregang nyawa karena dentuman meriam Belanda.
5. Patung Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Mantuk Ring Rana
Patung Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Mantuk Ring Rana yang dibangun di persimpangan Jalan Nangka-Jalan Patimura, Denpasar pada tahun 2010.
Patung dengan tinggi sekitar 3 meter dibuat menggunakan anggaran APBD induk tahun 2010 sebesar Rp 700 juta lebih.
Petung ini berbahan perunggu agar lebih tahan cuaca dan bebas perawatan sehingga bisa bertahan hingga puluhan tahun.
6. Patung Ida Cokorda Pemecutan IX
Patung Ida Cokorda Pemecutan IX di depan Puri Pemecutan, Denpasar dibangun pada tahun 2011.
Patung dibuat di Jogjakarta oleh seniman pematung I Nyoman Alim Mustapha.
Sedangkan tempat patung dibuat di lokasi pemasangan patung yakni di perempatan Jalan Hasanuddin-Imam Bonjol, Denpasar.
Tempat patung berukuran 5 x 7 meter dengan tinggi 4,75 meter.
Sementara patung ini memiliki tinggi 4,3 meter dan berbahan perunggu.
Patung tersebut terdiri atas empat prajurit yang menandu Ida Cokorda Pemecutan IX yang ada di atasnya.
Jadi total ada lima patung yang diletakkan di depan Puri Pemecutan ini.
Sebenarnya menurut rencana sebelumnya, istri dari Ida Cokorda Pemecutan IX juga akan dibuat mendampingi raja ini.
Hanya saja, karena tempat patung yang tidak pas, maka rencana itu diurungkan
Baca: Tidak Banyak yang Tahu, Inilah 5 Catatan Sejarah Kelam Gempa Bumi di Bali
Baca: Memohon Jodoh hingga Rujuk di Patung Sang 7 Dewi
Baca: TRIBUN WIKI - 3 Seniman Patung Ternama Asal Bali, Satu Di Antaranya Pembuat Patung Dewa Ruci
7. Patung Titi Banda

Patung Titi Banda terletak diantara By Pass Ngurah Rai dan Ida Bagus Mantra.
Patung ini memiliki tinggi hingga 18 meter yang menyerupai tokoh Ramayana.
Sang Rama yang berdiri gagah dengan panah kemudian di sekelilingnya terdapat pasukan kera sedang bergotong royong membawa batu.
Cerita dari patung ini memang mengisahkan tentang perjalanan Sang Rama dalam menyelamatkan istrinya Dewi Sita setelah diculik oleh Rahwana.
Sang Rama, Laksamana beserta pasukan keranya harus melewati lautan yang sangat luas untuk mencapai Alengka, kerajaan Rahwana.
Untuk mencapai itulah Rama dan pasukannya membuat jembatan dari batu yang disebut Situbanda.
8. Patung Catur Muka

Ide pembuatan Patung Catur Muka lahir setelah disahkannya Lambang Daerah Kabupaten Badung oleh DPRD dengan SKP tanggal 18 Juni 1971.
Sebagai realisasinya, diterbitkan SKP tanggal 28 Desember 1971 yang isinya berupa penugasan membuat gambar Pra Rencana Monumen di Perempatan Agung Denpasar.
Patung ini dibuat untuk penyebaran nilai-nilai filosofis dan konsepsi kepemimpinan.
Pada awalnya patung ini bernama Patung Empat Muka, namun sekarang lebih popular disebut Patung Catur Muka.
Catur Muka berwajah empat menghadap ke empat penjuru mata angin.
Menghadap ke Timur ada wajah Sanghyang Iswara yang bermakna keputusan kamoksan atau kebijaksanaan.
Menghadap ke Selatan ada Sang Hyang Brahma bermakna menjaga ketentraman (menghilangkan segala kejahatan, penyamun, menegakkan keamananan dan ketertiban).
Sanghyang Mahadewa, menghadap ke Barat diikenal juga sebagai Dewa Asung yang mengkaruniakan kasih sayang.
Sanghyang Wisnu, menghadap ke arah Utara (uttara), mempunyai kekuatan untuk menyucikan jiwa manusia “sahanning ras lara roga musna” (segala cacat yang menggangu di dunia termusnahkan), rakyat menjadi bersukaria, negeri aman, manusia gemar menjaga kesucian dan keindahan, negeri sejahtera sentosa.
9. Patung Padarakan Rumeksa Gardapati
Patung Padarakan Rumeksa Gardapati memiliki makna dan simbolitas masyarakat Bali dalam melawan segala bentuk kejahatan.
Selain itu juga memiliki arti rakyat yang menjaga dan mengawal sampai mati, khususnya terhadap aksi premanisme dan peredaran narkoba yang berpuluh tahun mencengkram Bali.
Patung ini diresmikan oleh Kapolda Bali, Irjen Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose yang berlokasi di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi, Renon, Denpasar bertempatan dengan Hari Pahlawan pada 10 November 2018. (*)