Potret SDN 4 Sayan di Tengah Kawasan Ubud yang Mendunia, Saat Ingin Toilet Layak Harus Seperti Ini
Bali dikenal sebagai lokasi favorit wisatawan mancanegara. Uang kelas, meja, kursi, hingga toilet dalam keadaan rusak parah.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Rizki Laelani
Potret SDN 4 Sayan di Tengah Kawasan Ubud yang Mendunia, Ingin Toilet Layak Harus Seperti Ini. Kawasan Ubud di Kabupaten Gianyar, Bali dikenal sebagai lokasi favorit wisatawan mancanegara. Ruang kelas, meja, kursi, hingga toilet sekolah dalam keadaan rusak parah.
TRIBUN-BALI.CIM, GIANYAR – Kawasan Ubud di Kabupaten Gianyar, Bali dikenal sebagai lokasi favorit wisatawan mancanegara.
Namun, di tengah kawasan wisata dunia tersebut, terdapat sekolah dasar negeri yang justru memprihatinkan.
Lokasinya adalah SDN 4 Sayan di Banjar Kutuh, Desa Sayan, Ubud.
Ruang kelas, meja, kursi, hingga toilet sekolah dalam keadaan rusak parah.
Selain berada di kawasan ternama, Kabupaten Gianyar pun menyandang status kabupaten berpredikat Kota Layak Anak (KLA).
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Persela Vs Bali United, Teco Tak Mau Ambil Risiko
Baca: Skor Akhir Persib 1 Vs 1 Arema FC, Drama Dua Biru Berbagi Poin, Leg Kedua Diprediksi Memanas
Sayangnya, Pemkab Gianyar belum bisa memberikan fasilitas prima di bidang pendidikan.
Ketua Komite SDN 4 Sayan, I Wayan Budiana mengungkapkan, kondisi SD Negeri 4 Sayan kondisinya sangat memprihatinkan.
Plafon ruangan kelas jebol dan geting berlubang sehingga setiap musim hujan siswa harus gaser-geser meja, untuk mengindari rembesan air.
Kondisi empat toilet yang dimiliki siswa juga tak bisa difungsikan, sehingga para guru dan siswa terpaksa berbagi toile di ruang kepala sekolah, lantaran hanya di sana yang kondisinya masih relatif layak pakai.
“Sejak kapan kondisi ini terjadi saya kurang tahu. Tapi sejak saya menjabat ketua komite, kondisinya sudah parah,” ujarnya, Minggu (17/2/2019).
Pria asal Banjar Kutuh ini mengungkapkan, para guru dan komite sekolah sudah mengajukan bantuan perbaikan ke Pemkab Gianyar.
Namun hanya diberikan satu pilihan proyek saja.
Karena itu, pihaknya memutuskan agar bantuan pemerintah dialokasikan pada perbaikan ruang kelas.
Sementara untuk perbaikan lainnya, seperti empat unit toilet, dananya dicari dengan cara menggelar konser amal.
“Kebetulan saya dekat dengan pengusaha yang peduli terhadap anak-anak, salah satunya Blue Bear."
"Kami bikin konser amal, dalam acara itu kami juga pertontonkan kondisi sekolah."
"Akhirnya ada warga luar negeri yang tak ingin disebutkan identitasnya, memberikan uang tunai Rp 65 juta, serta bantuan terkumpul lainnya mencapai sekitar Rp 66 juta,” ujarnya.
Perjuangan komite sekolah tak sampai di sana. Sebab uang yang terkumpul masih belum mencukupi untuk renovasi total toilet sekolah.
“Tamu yang nyumbang banyak itu, minta agar toiletnya berstandar internasional jadi karena uangnya masih kurang lagi sedikit, kami orangtua siswapun mengeluarkan dana sukarela tak ada paksaan,” tandasnya.
Proyek perbaikan toitel ini sudah dimuli sejak awal 2019 ini, dan saat ini sudah rampung 40 persen.
“Ada empat toilet, yang dibagi dua. Yakni dua toilet untuk pria dan dua toilet perempuan, lengkap dengan westafel."
"Ini bukan bentuk kritik pada pemerintah, tapi sebagai langkah cepat untuk menciptakan suasana sekolah yang layak,” tandasnya. (*)