Pawang Reptil Ungkap Jenis Ular yang Tewaskan Bocah SD di Gianyar, dari Cirinya Bukan Gigitan Kobra
Jenis ular weling atau bungarus, biasa masyarkat Bali biasa menyebutnya Lipi Poleng ini aktif pada malam hari dan seneng berada di rawa-rawa atau sema
Penulis: Rino Gale | Editor: Rizki Laelani
Pawang Reptil Ini Ungkap Jenis Ular yang Tewaskan Bocah SD di Gianyar, Bukan Gigitan Kobra
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seorang anak, Ismi Nursaubah (10) warga Samplangan, Kabupaten Gianyar, tewas digiti ular saat tidur di rumahnya.
Kabar meninggalnya bocah cerdas dan periang siswi SDN 7 Gianyar ini, akibat gigitan ular sendok (kobra) menyebar begitu cepat di wilayah Samplangan, Kabupaten Gianyar.
Lebih mengejutkan adalah, bagaimana korban mampu bertahan dari gigitan mematikan ular kobra hingga sedemikian lamanya, sekitar 5 jam setelah racun masuk ke tubuhnya.
Korban awalnya bagun sekitar pukul 03.00 WITA pada Rabu (27/2/2019), akibat gigitan ular.
Baca: Gigitan Ular Kecil Ini Sangat Mematikan, Bocah Cerdas dan Periang di Samplangan Jadi Korbannya
Baca: Bocah Ini Akhirnya Terkulai Tak Berdaya Setelah Bertahan 4 Jam Seusai Dipatuk Ular Sendok
Baca: 3 Siswi Ikut Grup Video Porno, Ada Chat Mesum Menjurus Hubungan Sesama Jenis
Hingga setelah itu, korban sehabis bermain dengan anak sebayanya, mengeluhkan tak enak badan hingga jatuh pingsan.
Diduga saat itu, racun yang ada dalam tubuh benar-benar membunuh korbannya.
Bahkan korban sempat bermain bersama anak-anak lainnya, hingga akhirnya terkulai lemah, ketika racun sudah masuk ke dalam darah dan melumpuhkan jaringan tubuhnya.
Seorang warga yang sempat melihat ular kecil itu menyebut, ular berwarna hitam itu disebut ular sendok atau kobra.

Ular itu berukuran kecil dan tidak terlalu panjang, serta berwarna hitam.
"ini memiliki ciri-ciri fisik, tubuhnya sebesar jari telunjuk, panjang sekitar 50 centimeter (cm) dan berwarna hitam," kata Suparman.
Paman korban, Ibrahim (25) menyebut, ular beracun tersebut diduga datang dari semak-semak yang berada di belakang kamar korban.
“Pagi sekitar jam 3, keponakan saya bangun karena digigit ular. Dia tidak nangis sama sekali. Bangun pagi-pagi, bahkan sempat bermain dengan anak saya,” ujar Ibrahim.
Mengetahui di kawasan sana terdapat ular, Ibrahim pun mencari keberadaannya.
“Setelah ditangkap, saya tanya ke ibu keponakan saya, ular ini mau diapakan. Katanya, jangan dibunuh, biarin saja hidup. lalu saya masukkan ke dalam botol, lalu dibuang ke Tukad Pakerisan,” ujarnya.
Ibrahim dan keluarga awalnya menyangka itu hanya gigitan ular biasa.
Namun setelah itu kondisi keponakannya mengatakan tidak enak badan.
Setelah itu, merekapun membawa kobran ke rumah sakit swasta terdekat.
Namun, pendapat berbeda diutarakan pawang reftil dari Bali Reptile Rescue Gumbrih, I Kadek Adi Saputra.
Ray biasa dipanggil, menjelaskan, kemungkinan korban dipatuk ular jenis weling atau bungarus, bukan ular sendok atau kobra.
Hal itu dia simpulkan dari keterangan sang paman, yang menyebut korban meninggal setelah berjam-jam dari patukan ular.
Sebab, lanjutnya, jika dipatuk ular sendok atau kobra, biasnya korban meninggal dalam hitungan menit setelah gigitan.
Jenis ular weling atau bungarus, biasa masyarkat Bali biasa menyebutnya Lipi Poleng ini aktif pada malam hari dan seneng berada di rawa-rawa atau semak-semak berair, serta di tumpukan bebatuan.

Ular ini sangat berbahaya dan menyebabkan kematian, apabila tak segera ditangani pascagigitan.
Gigitan jenis ular weling ini tidak sakit, namun menyebabkan rasa kantuk berat.
Racun yang dimiliki yakni hemotoksin dan neorotoksin. Hemotoksin yang menyerang sel darah dan menyebabkan pendarahan. Jika neorotoksin, menyerang saraf dan jantung
"Karena racunnya yang menyerang saraf dan jantung, kemungkinan jika tergigit, menyebabkan kematian lebih cepat 30-60 menit," ujarnya. (*)