Biofoam dan Obat Sariawan Antarkan Siswa SMAN 1 Denpasar Raih Prestasi Tingkat Dunia
Siswa kelas XI SMAN 1 Denpasar (Smansa) tersebut bersama dua tim berbeda berhasil meraih dua Silver Medal (medali perak) dalam lomba penemuan dan pene
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pande Nyoman Dimas Pratistha (16) pantas disebut sebagai siswa berprestasi.
Bagaimana tidak, siswa kelas XI SMAN 1 Denpasar (Smansa) tersebut bersama dua tim berbeda berhasil meraih dua Silver Medal (medali perak) dalam lomba penemuan dan penelitian tingkat dunia ‘Thailand Inventors Day 2019’ yang dilaksanakan oleh NRCT (National Research Council of Thailand) di Bangkok, Thailand.
Lomba yang diikuti oleh beberapa peneliti dan penemu dari seluruh dunia itu dilaksanakan mulai dari memamerkan dan mempresentasikan hasil penelitiannya, selanjutnya dilakukan penjurian, dan terakhir dari hasil penelitian itu juri akan mengklasifikasikan medali apa yang bisa didapatkan.
Perlombaan berlangsung di Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition, Thailand, 2-6 Februari 2019.
Dimas mengatakan dalam lomba itu lebih banyak berkaitan dengan penemuan dan riset untuk membantu aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi lebih baik dan lebih mudah.

Kompetisi diikuti oleh 16 negara di dunia seperti Polandia, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Inggris, dan sebagainya.
Penelitian pertama yang ditampilkan Dimas, bersama teman-temannya I Made Denis Agung Prastya, Kadek Adisty Maharani Putri, Made Kirana Devi Savita dan A.A Ayu Ratih Utari Dewi berjudul ‘BIOPORA (Biofoam From Rhizophora Mucronata Fruit and Leave)’ yaitu tentang styrofoam alami, atau yang biasa disebut biofoam.
Ia mengungkapkan mendapat inspirasi dari penelitian tersebut karena melihat saat ini banyak pedagang yang menggunakan styrofoam yang berbahan dasar plastik untuk membungkus makanan, padahal bahan dari styrofoam itu sebenarnya sulit untuk diurai.
“Kami kemudian membuat inovasi styrofoam alami yang gampang terurai dari bahan buah dan daun mangrove. Biofoam tersebut kemudian kami buat agar dapat cepat terurai,” terang Dimas saat ditemui di SMAN 1 Denpasar, Senin (11/3/2019).
Penelitian kedua yang ditampilkan pada ajang dunia tersebut adalah membuat obat sariawan dari daun jempiring dan belimbing buluh.
Temuannya itu kemudian diberi nama AVEGAR OINTMENT (Ointment from Gardenia Augusta and Averrhoa Billimbi leaves extract)
Obat tersebut dibuat dalam bentuk salep.
Kedua jenis daun tersebut selanjutnya diekstrak dan dicampurkan dengan vaselin yang menghasilkan salep sehingga bisa berfungsi untuk meredakan sariawan di mulut.
Penelitian Kedua tim Smansa, terdiri dari Dimas, Putu Aditya Adi Perdana, I Ketut Aditya Teken, Edwin Candra dan Ni Putu Linda Eka Dewi, berlangsung selama 1,5 bulan sebelum dipresentasikan pada perlombaan tingkat dunia itu.
Dimas menyebut sebelum berkompetisi timnya dilatih di sekolah dengan mengikuti Kelompok Ilmiah Siswa (KIS) SMAN 1 Denpasar.
Sedangkan untuk mengekstrak salep, lanjut dia, timnya harus meminjam laboratorium di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, dan proses pengujiannya dilakukan di Fakultas Kedokteran Unud untuk menentukan berhasil atau tidaknya obat tersebut menjadi salep pereda sariawan.
Mengapa meneliti styrofoam?
Ia menjelaskan karena di sekolah dirinya sering melihat pada saat jam istirahat semua pedagang menggunakan styrofoam.
Styrofoam tersebut pada saat siswa selesai makan langsung dibuang begitu saja, karena tidak bisa digunakan dua kali.
Karena bersifat sekali pakai, maka otomatis hanya bisa digunakan sekali saja dengan resiko sampahnya sulit terurai dan akan terus menumpuk.
“Lama kelamaan kalau terus ditumpuk akan menimbulkan beberapa masalah, seperti mutasi genetik, kalau mencemari air bisa menjadi microplastic,” papar Dimas yang merupakan alumni SMPN 10 Denpasar dan SD Saraswati 3 Denpasar.
Di samping itu, kalau mencemari air juga tak kalah berbahaya, misalnya sampah sterofoam itu ditaruh ditempat sampah dan dibuang ke TPA Suwung.
Sedangkan TPA Suwung lokasinya dekat dengan pantai.
Otomatis styrofoam tersebut akan mencemari air dan akan menjadi microplastic.
Microplastic kemudian akan mencemari organisme laut dan dimakan oleh ikan
“Ikan tersebut kita konsumsi dan pengkonsumsian ikan tersebut berarti tidak baik lagi untuk manusia,” imbuhnya.
Maka dari itu, untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat microplastic, para pedagang diharapkan menggunakan biofoam, sehingga sampahnya jika langsung dibuang dan terkena air maka bisa langsung terurai.
Adapun bahan-bahannya terbuat dari bahan alami sehingga jika terurai, maka tidak akan menghasilkan masalah apapun, dan bahkan bisa menjadi pupuk.
Siswa yang bercita-cita melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran Unud ini menambahkan dari hasil penelitian, umumnya styrofoam yang berbahan konvensional baru bisa hancur sekitar 900 tahun atau lebih, tergantung dari tempat dan situasinya.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Bali juga sudah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang ‘diet plastik’, dan salah satu jenis plastik yang dilarang adalah sterefoam.
“Maka dari itu kami mendukung visi dan misi Pemerintah Provinsi Bali dengan membuat biofoam itu,” tandas siswa kelahiran Denpasar, 25 September 2002 ini.
Sementara Kepala SMAN 1 Denpasar, Made Rida, M.Pd mengatakan permasalahan utama ketika anak didiknya mengikuti ajang perlombaan ke luar negeri adalah terbatasnya anggaran sehingga orang tua harus ikut membantu pembiayaannya.
“Kalau keluar negeri kita memang belum bisa mengakomodasi. Kalau dalam negeri baru bisa kita anggarkan dan siapkan,” tuturnya.
Dikatakannya sebelum berangkat siswa diberikan pembinaan khusus.
Mereka dibina dalam ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Siswa. Dalam ekstrakurikuler itu, mereka dibina dan ditempa seminggu sekali.
Bahkan sebelum mengikuti lomba intensitasnya meningkat menjadi dua sampai tiga kali.
Rida menyampaikan prestasi siswa Smansa yang terakhir adalah berhasil lolos dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kota Denpasar.
Dan selanjutnya SMAN 1 Denpasar berhasil meloloskan 12 anak mewakili Kota Denpasar yang akan mengikuti OSN ke tingkat Provinsi pada Bulan April 2019 mendatang. (*)