Gempa Bumi Lombok
Krama Bali di Lombok Hendak Gotong Royong Bangun Rumah saat Gempa 5,8 SR Mengguncang Sore Tadi
Nir Arta mengatakan bahwa hari ini krama Bali di daerahnya hendak gotong royong membangun rumah saat gempa 5,8 terjadi sore tadi
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, LOMBOK - Bencana gempa bumi kembali terjadi di Lombok, Minggu (17/3/2019) sore tadi.
Berdasarkan informasi BMKG gempa tersebut berkekuatan 5.8 SR terjadi pada pukul 14:07:25 WIB dengan 8.30 LS, 116.60 BT, serta di kedalaman 10 Km Sumbawa Region.
Sementara yang kedua, pada lokasi yang sama gempa berkekuatan 5.2 SR yang terjadi pukul 14:09:19 WIB, 8.51 LS, 116.49 BT dan kedalaman 11 Km.
Berdasarkan informasi BMKG gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Tribun Bali mencoba mengonfirmasi kejadian tersebut kepada narasumber yang berada dekat dengan lokasi.
Termasuk beberapa Krama Bali yang tinggal di Dusun Kebaluan, Desa Senaru, Bayan, Lombok Utara.
Jumlah Krama Bali yang tinggal di lokasi tersebut berkisar 350 jiwa.
Jero Mangku Pura Penataran Agung Rinjani, Nir Arta saat dihubungi via telepon oleh tribun-bali.com, Minggu (17/3/2019) sore tadi, mengatakan guncangan gempa yang berpusat di Lombok Timur juga terasa hingga ke Lombok Utara.
Baca: Skor Akhir Timnas U-23 Indonesia 3 Vs 0 Bali United, Gol Cepat Jadi Petaka Serdadu Tridatu
Baca: Warga Panik Lihat Pesenam Pingsan di CFD Gianyar, Ini Penjelasan Tentang Peristiwa Sebenarnya
Dia bahkan menjelaskan, baru saja hari ini Krama Bali akan menggelar gotong royong membongkar rumah yang rusak bekas gempa, dan akan mendirikan rumah dengan bantuan dari pemerintah, ternyata gempa berkekuatan 5,8 SR mengguncang bersama Krama Bali lainnya.
"Kalau di sini guncangan gempa lumayan terasa keras juga. Kebetulan juga ini teman-teman lagi gotong royong mengerjakan bantuan rumah itu, baru mulai, ternyata ada gempa lagi.
"Iya ini baru saja mulai, baru membongkar beberapa bagian rumah yang rusak, tiba-tiba ada guncangan lagi. Kami bertanya-tanya, bagaimana ini, sempat gugup juga kita di sini, karena ada tempayan-tempayan tanah yang terbuat dari gerabah berisi air itu semuanya rebah (pecah) dia. Padahal itu air untuk persediaan sehari-hari," jelasnya dengan suara terdengar gugup.
Sebelum gempa 5,8 SR sore tadi, dia mengaku merasakan guncangan kecil pada pagi hari tadi.
"Saat pagi tadi sempat ngerasa ada guncangan gitu, tapi kecil. Kerasa pagi tadi, tapi memang kecil. Terasa di rumah, karena rumahnya atapnya seng, jendelanya pakai kaca tempelan, itu sangat bergetar dia," akuinya.
Usai merasakan getaran tersebut dirinya lantas bercerita dengan beberapa warga sekitar, padahal pihaknya akan memulai bekerja membangun rumah.
"Setelah itu, baru cerita sama teman-teman, lah bagaimana ini gempa lagi, saya bilang. Tau-taunya saat kami gotong royong membongkar rumah yang rusak bekas gempa kemarin, eh nyusul dua kali lagi gempanya, keras lagi," ujarnya lagi.
Baca: Vietnam Pelajari Gaya Beramain Timnas U-23 Indonesia, Kami Punya Data Mereka untuk Dianalisis
Baca: Gede Sukadana dkk Bikin Kejutan di Piala Presiden 2019, Ini 8 Tim yang Lolos ke Perempat Final
Ia mengungkapkan, berdasakan pengamatannya, saat ini tidak ada kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa yang cukup keras tadi.
"Kalau kerusakan tidak ada, tapi belum begitu baik kondisinya. Beberapa rumah sudah jadi, tapi yang pakai besi dia, rumah swadaya lah belum permanen. Kalau kondisi Pura juga masih seperti itu (sebagaimana pemberitaan tribun-bali.com sebelumnya), beberapa kerusakan belum bisa diperbaiki total, kalau tembok penyengker sudah mulai kita bangun," ungkapnya.
Berkaitan dengan kekhawatiran ada atau tidaknya gempa susulan, dia mengatakan warga sekitar tetap waspada.
"Biasa lah kita saling calling saja, seperti yang dulu-dulu. Karena keadaannya begini, juga rumah yang belum ada permanen jadi ya, seperti itu, masih rumah-rumah darurat.
"Kalau bicara trauma, ya masih keras traumanya. Makanya kami ini walaupun rumahnya seadanya ini, tidak berani juga di bawah atap, getaran itu terasa sekali. Palingan sering aja kita ngumpul di Pura, karena termasuk kondisinya agak lapang, rindang, ngumpul di lapangan bersama warga, ya sambil memantapkan warisan daripada Penglingsir kita, ada belajar menari, dan lain-lain kami ngumpul-ngumpul," kata dia dengan nada pasrah.
Sebelumnya, Sofyan saat dihubungi terpisah oleh tribun-bali.com untuk menanyakan perihal kondisi terkini di Lombok khususnya di daerah Mataram, mengatakan semua masyarakat sempat panik dengan kejadian tersebut.
Sofyan mengatakan, saat terjadi gempa ia tengah berada di kamar sedang menonton video di aplikasi YouTube, dan seketika ia berlari ke luar rumah.
Baca: Soal Tendangan Bebas, Del Piero Beri Jawaban Ini Saat Dibandingkan dengan Cristiano Ronaldo
Baca: Buku Siapkah Jadi Mahasiswa? Bahas Soal Beasiswa Salah Sasaran hingga Menikah atau Lanjut Kuliah
"Tadi gempa sekitar jam 15.00 Wita, dua kali berturut-turut itu. Iya ada dua kali tadi, beda waktu aja sekitar 3-4 detik saja. Kalau digabung guncangannya ada 30 detik-an itu," kata Sofyan kepada tribun-bali.com.
Sofyan menyebut, pada guncangan pertama terasa lumayan keras, juga susulannya.
"Lumayan keras tadi. Saat gempa kan lagi nonton YouTube, terus saya dengar bak air di kamar mandi kok bunyi, akhirnya sadar gempa, langsung loncat saya. Tau-taunya benar.
"Kami semua dalam kosan lari keluar. Masyarakat sekitar juga keluar semua. Di luar tadi sambil menunggu reda, ada 20 menitan baru masuk lagi ke kamar," sebutnya.
Berdasarkan pengamatan Sofyan, gempa tersebut tidak menyebabkan kerusakan di sekitar tempat tinggalnya.
"Tidak ada yang rusak, Bang. Cuma takutnya (gempa) susulannya nanti besar. Artinya kami trauma lah kayak kemarin-kemarin itu. Sebagai mahasiswa yang merantau merasa sudah trauma dengan gempa bumi ini," katanya serius.
Disinggung apakah sempat menerima informasi gempa?
Sofyan mengatakan, hingga dihubungi Tribun Bali sekira pukul 16.16 Wita, ia belum mendapatkan informasi apapun.
"Belum ada informasi yang sebelumnya, apalagi jarang buka aplikasi BMKG. Makanya tidak tahu. Kalau dilihat dari pusat gempanya, dengan jarak saya di Barteis Mandalika, Kota Mataram, agak jauh. Kan pusatnya di Lombok Timur," katanya lagi. (*)