Smart Woman
Terinspirasi dari Kearifan Lokal Bali, Cindy Mambo Kembangkan Brand Kind Poleng
Saking identiknya Cindy Mambo dengan fesyen motif poleng, para sahabat sampai menjulukinya Miss Poleng
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM - Saking identiknya Cindy Mambo dengan fesyen motif poleng, para sahabat sampai menjulukinya Miss Poleng.
Dalam suasana kasual maupun formal, Cindy memang sering terlihat mengenakan busana berunsur poleng. Ia pernah terlihat memadukan kain poleng ungu-putih dengan kebaya berwarna senada.
Pernah juga kain poleng itu ia jahit menjadi rok selutut, kemudian dipadukan dengan busana santai. Penampilannya pun tetap terlihat matching dan fashionable.
“Bagi saya motif poleng ini menarik dan unik. Dipadu-padankan dengan gaya busana apapun cocok,” ungkap wanita kelahiran Jakarta, 28 Juni 1967 ini.
Melihat adanya potensi pada kain poleng, Cindy pun membuat brand fashion bernama Kind Poleng.
Kind Poleng dirintisnya sejak dua tahun lalu. Produk yang dihasilkan berupa kain dengan motif poleng, juga busana lain, seperti kemeja dan rok dengan motif serupa.
Julukan Miss Poleng yang diberikan sahabatnya pun ia anggap sebagai branding yang cukup efektif.
Cindy menuturkan, motif poleng terinspirasi dari kearifan lokal Bali. Saat pertama kali berkunjung ke Bali, ia dibuat penasaran dengan kain poleng yang sering dipasang pada bangunan suci atau pohon besar.
“Di Jawa pun sesunguhnya ada motif batik serupa yang disebut motif catur. Setelah saya cari tahu, rupanya baik motif poleng maupun motif catur memiliki makna yang dalam. Ini membuat saya semakin tertarik,” tutur Cindy.
Lewat fesyen yang dikembangkannya, Cindy juga memiliki misi memperkenalkan kearifan lokal ini kepada masyarakat, terutama yang tinggal di luar Bali.
Namun berbeda dengan kain poleng Bali yang identik hitam-putih, motif Kind Poleng dibuat lebih berwarna.
Ada yang berwarna dasar merah, kuning, biru, hijau, ungu, atau kombinasi. Paduan warna-warna ini, menurut Cindy menyimbolkan hidup yang penuh warna.
Kind Poleng mendapat respons positif dari pecinta kain. Ia beberapa kali diundang menampilkan karya dalam bentuk pameran dan fashion show.
Pemakai Kind Poleng pun tak terbatas pada pecinta kain di Bali, namun juga luar Bali. Bahkan turis asing pun berminat pada Kind Poleng.
“Apresiasi dari merekalah yang membuat saya termotivasi dan tambah semangat untuk berkarya. Ke depannya pun saya ingin mengembangkan Kind Poleng. Misalnya dengan memadukan motif,” ujar Cindy.
Ada kalanya juga Cindy mendapat tantangan ketika akan menjual produknya. Beberapa menganggap motif poleng terlalu sederhana.
Menanggapi respon ini, Cindy pun memperlihatkan bahwa kesederhanaan ini tak membuat motif poleng ketinggalan zaman. Dengan dipadukan dengan busana senada, kain motif poleng juga bisa terlihat segar dan modis.
Ada pula yang beranggapan motif poleng tak sesuai bagi mereka yang berukuran plus size. Cindy pun menjawab tantangan itu dengan menerbitkan motif kotak-kotak yang lebih kecil.
Cindy ingin menunjukkan corak warisan nenek moyang ini tak pernah ketinggalan zaman.
“Saya ingin masyarakat, terutama generasi muda tetap mencintai kain dan motif tradisional. Mari tumbuhkan rasa bangga dengan produk-produk dalam negeri,” pesan Humas Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Bali ini. (*)