Bukan Mobil, Drone yang Akan Menyalurkan Alkes di Puskesmas di Daerah Terpencil di Sulsel

Sembari melakukan pelayanan, pemerintah juga akan mengadakan pelatihan khusus untuk mengoperasikan alat ini, sehingga misi 2020 mengelola drone ini

tribun timur/Desi Triana Aswan
Sang Jaya Arif (29) kanan dan Ahmad Reza (30) kiri sedang memaparkan cara penggunaan drone, dalam drone class private di Jl Kajaolalido No 3C, Makassar, Kamis (3/1/2019). 

TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat dalam menekan angka kematian ibu dan bayi.

Bentuk perhatian itu, dengan menjadikan Sulsel sebagai pilot project dalam menyalurkan bantuan alkes melalui kamera drone.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Dr dr Bachtiar Baso mengatakan, pihaknya baru saja mengikuti rapat terkait program pelayanan drone di Kementerian Bidang Koordinator Kemaritiman di Jakarta.

Dalam rapat itu hadir langsung Menko Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Kesehatan dr Nila Moeloek, Menteri Bappenas RI Bambang Brodjonegoro.

Lalu Wagub Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, dan perusahaan Zipline (perusahaan asal Amerika), serta Kepala Staf Angkatan Darat.

 "Pelayanan drone insya allah akan jalan tahun 2019. Kita awali di daerah pelosok dan pulau," ujar Bahtiar, Senin (8/4/2019) malam, via telepon.

Ia menyebutkan dirinya yang turut hadir dalam rapat bersama tiga menteri mengatakan bahwa hasil kesepakatan bersama, tahun 2019, program ini akan ditalangi oleh investor asal Amerika.

Investor itu adalah perusahaan Zipline, perusahaan asal Amerika yang bergerak dibidang teknologi drone.

Dalam tahun 2019 ini, Zipline akan menggelontorkan anggaran sebesar Rp 86 miliar.

Anggaran ini akan diperuntukkan untuk mengadakan drone beserta stasiun penerbangan di beberapa titik di Sulsel.

Pelayanan ini bagi Zipline bukanlah hal yang baru, dua negara di Afrika yaitu Ghana dan Rwanda telah memakai sistem ini dan hasilnya sangat memuaskan.

Target untuk menekan angka kematian ibu dan anak menurun di tahun yang telah direncanakan negara itu sendiri.

"Jadi didunia itu, Indonesia yang ketiga tapi di Indonesia hanya Sulsel yang mendapatkan kesempatan emas ini," kata Bahtiar.

Karena ini baru di Indonesia, pengendalian dan operasi pelayanan drone akan dikelola oleh tim yang direktur oleh Zipline.

Sembari melakukan pelayanan, pemerintah juga akan mengadakan pelatihan khusus untuk mengoperasikan alat ini, sehingga misi 2020 mengelola drone ini bisa terwujud.

"Jadi ceritanya di tahun pertama pihak Zipline dulu, nanti di tahun berikutnya baru pemerintah kita, baik pusat maupun daerah. Kita target 2022 sistem ini berjalan normal," katanya.

Dari 2000an Puskesmas di Sulsel, tercatat ada 110 puskesmas didaerah terpencil atau sulit dijangkau.

Ia menjelaskan drone nanti Akan menyalurkan alkes di Puskesmas yang tidak bisa diakses dengan cepat melalui jalur darat.

Solusi drone akan mengcover kebutuhan Puskesmas dari kekurangan alkes dan kantung darah.

Drone ini kata Bahtiar, bisa membawa 2 kg. Serta bisa bolak balik 150 kali, dengan jarak tempuh 150 km. "Dalam sehari bisa 300 kilo alkes yang dibawa untuk satu drone," katanya.

Ia pun berharap Juni 2019, program ini sudah beroperasi di Sulsel, agar misi menekan angka kesukaan ibu dan anak menurun.

Sebelumnya Menteri Bappenas RI Bambang Brodjonegoro memaparkan dengan adanya fasilitas drone, setidaknya dapat menghemat waktu antara jarak tempuh.

Mengingat, transfusi darah dari satu tempat ke tempat yang lain tak bisa lama. Satu drone ini dapat mengangkut setidaknya 300 kg perhari ke berbagai pelosok daerah yang berada di Sulsel.

"Paling tidak, dapat membantu meringankan pendistribusian ke berbagai pelosok desa yang ada seperti puskesmas, posyandu ataupun pusat kesehatan lainnya yang berhubungan dengan bidang kesehatan tentunya," terangnya.

Untuk pembagian drone itu sendiri ke berbagai pelosok Sulsel, akan mengikutkan kurang lebih 2.000 desa dan 600 lebih puskesmas selama tiga tahun. Untuk kebutuhan pembiayaannya, kurang dari satu persen dari pembiayaan APBD Sulsel yang akan datang.

Bambang berharap, mengenai hal ini yang akan difungsikan nanti bahwa kebutuhan drone mungkin akan diadakan secara bertahap, dan dipusatkan mulai pada daerah-daerah terpencil dahulu. Sumbernya bisa di dapatkan dari APBN maupun hibah.

Sementara, Wagub Sulsel Andi Sudirman menyarankan kajian lanjutan soal drone ini dengan pelibatan pemerintah pusat oleh Bappenas dan kementerian kesehatan dan pemerintah daerah.

Kajian yang dimaksud, termasuk untuk melihat cost operational, mahalnya investasi dalam bentuk cost comparison, dan daerah sasaran yang tentunya bukan untuk kota, tapi kepulauan dan daerah terpencil tak terjangkau.

Secara khusus, Andi Sudirman juga berharap kepada Kemenko Kemaritiman agar mempertimbangkan untuk bisa membantu membangun instalasi kabel bawah laut, agar kepulauan menikmati listrik yang stabil, juga sebagai sarana pendukung program.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek meminta agar dikaji lagi, dan menyarankan bukan vaksin tapi darah. Karena, isu vaksin bukan barang-barang emergency seperti darah dalam pemakaiannya, serta termasuk bahan berbahaya ketika jatuh dan lain-lain.

"Ini sebagai harapan bersama agar jaminan produk terkirim tidak terkontaminasi bahan lain dan keamanan operasionalnya dalam pengawasan pemerintah atas barang yang dikirim," ujarnya.

Sekedar diketahui, investasi awal oleh Zipline untuk membiayai Pilot Project Drone untuk distribusi obat dan vaksin, selanjutnya akan menjadi proyek bersama pusat dan daerah. Mengenai keberlangsungan program akan sangat tergantung efektivitasnya yang dievaluasi secara berkala.(*)

Laporan wartawan tribun-timur.com, Saldy

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Drone Segera Gantikan Ojek Angkut Alkes ke Puskesmas Terpencil di Sulsel, .
Penulis: Saldy Irawan
Editor: Hasrul

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved