Pemilu 2019

54 Petugas KPPS Meninggal, Bagaimana Nasib Orang Terkasih yang Ditinggalkan?

emerintah maupun KPU tak berpikir panjang terkait dampak atau kemungkinan-kemungkinan seperti yang saat ini sudah terjadi.

Editor: Rizki Laelani
tribunkaltim.co/christoper desmawangga
Jenazah Dany Faturrahman (41) setelah dishalatkan san akan dimakamkan di TPU Kenanga, jalan Sentosa, Samarinda, Kamis (18/4/2019). Petugas KPPS ini meninggal dunia setelah menunaikan tugasnya. 54 Petugas KPPS Meninggal, Bagaimana Nasib Orang Terkasih yang Ditinggalkan? 

54 Petugas KPPS Meninggal, Bagaimana Nasib Orang Terkasih yang Ditinggalkan?

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Setiap harinya ada saja laporan petugas KPPS pada pemilu 2019 ini, dilaporkan meninggal dunia.

Dalam penyelenggaraan pemilu Indonesia sejak era reformasi 1998, jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia saat atau setelah bertugas, terbilang sangat banyak. 

Sayangnya pemerintah maupun KPU tak berpikir panjang terkait dampak atau kemungkinan-kemungkinan seperti yang saat ini sudah terjadi.

Akibatnya, petugas KPPS yang meninggal dunia maupun sakit parah tak tersentuh jaminan baik BPJS maupun lainnya. Lalu, bagaimana nasib keluarga terkasih yang ditinggalkan?

Sebanyak 54 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia seusai menjalankan tugas menghitung dan merekap suara hasil Pemilu 2019.

Selain itu, 32 petugas KPPS dilaporkan sakit. Data tersebut berdasarkan laporan yang diterima Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Minggu (21/4/2019).

Sri Utami, seorang anggota KPPS di Konawe harus dirawat di rumah sakit karena keguguran setelah bertugas di TPS
Sri Utami, seorang anggota KPPS di Konawe harus dirawat di rumah sakit karena keguguran setelah bertugas di TPS (dokumentasi/istimewa)

"86 petugas yang mengalami musibah, meninggal 54 orang dan sakit 32 orang," kata komisioner KPU, Viryan Azis, di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/4/2019).

Menurut Viryan, petugas yang meninggal dunia ataupun sakit sebagian besar karena kelelahan.

Ada pula petugas yang mengalami kecelakaan. Jumlah tersebut masih mungkin bertambah lantaran KPU terus melakukan pembaruan data.

Saat ini, petugas juga masih melakukan rekapitulasi suara di tingkat kecamatan.

"Sangat mungkin masih bertambah karena sekarang rekapitulasi suara di kecamatan sedang berlangsung, KPPS, PPS, dan PPK terus merekap suara," ujar Viryan.

Seorang anggota KPPS tengah menghitung peroleh suara
Seorang anggota KPPS tengah menghitung peroleh suara (Tribun Bali/ Manik Priyo Prabowo)

Atas kejadian ini, Viryan berharap ada layanan kesehatan gratis dari Kementerian Kesehatan atau pemerintah daerah di setiap kecamatan.

Layanan ini diharapkan dapat memfasilitasi seluruh jajaran penyelenggara pemilu, baik KPPS, PPS, PPK, hingga pengawas TPS, PPL, panwas kecamatan, hingga saksi dan peserta pemilu.

"Sedih sekali melihat teman-teman kami berguguran. Mereka pahlawan Pemilu Indonesia 2019," kata Viryan.

Bambang Wijayanto, seorang Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Bandar Lampung meninggal dunia saat bertugas.

Keluarga telah mengikhlaskan kepergian almarhum.

Sejumlah petugas KPPS sedang mendistribusikan Logistik pilkada dan menyiapkan  TPS VI, Desa Lokasari, Sidemen, Rabu (9/12/2015)
Sejumlah petugas KPPS sedang mendistribusikan Logistik pilkada dan menyiapkan TPS VI, Desa Lokasari, Sidemen, Rabu (9/12/2015) (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)

Bambang bertugas di TPS 27 Kelurahan Sepang Jaya, Labuhan Ratu, Bandar Lampung.

Ia meninggal dunia usai melakukan penghitungan suara di TPS dan hendak membagikan honor KPPS pada Kamis (18/4/2019), sekitar pukul 17.00 WIB.

Selain Bambang, anggota KPPS lain yang meninggal dunia yakni Ikhwanudin Yuda Putra, bertugas di TPS 7 Desa Bagelen, Gedong Tataan, Pesawaran.

Selain itu, Paidi, yang meninggal saat bertugas di TPS 3 Desa Negara Harja, Kecamatan Pakuan, Way Kanan.

Ketiganya meninggal karena kelelahan.

Kediaman keluarga almarhum Bambang terlihat masih ramai para pelayat.

Tujuh papan bunga duka masih berjejer di depan rumah almarhum.

Bendera kuning pun masih terpasang di rumah duka Jalan M Noer II, No 28A Sepang Jaya, Labuhan Ratu, Minggu (21/4/2019).

"Keluarga sudah mengikhlaskan, harus. Mungkin sudah jalannya," ungkap Prita Puspitasari (25), anak bungsu almarhum dari dua bersaudara, kemarin.

Di mata Prita, ayahnya sosok yang pekerja keras dan sangat bertanggungjawab.

Ayahnya, kata Prita, sering ditunjuk sebagai penanggungjawab kegiatan dan sering dimintain tolong sebagai ketua.

Dan ketika mendapatkan tugas, ayahnya selalu mengerjakan secara totalitas.

Karena itu, kata Prita, tak heran saat ayahnya melaksanakan tugas pemungutan suara di TPS 27, dari pagi ketemu pagi.

"Iya kan hitung suara, pulang itu 4 subuh lewat dari kantor kelurahan. Padahal keluar dari rumah pukul 06.00 pagi dan itu langsung ke TPS," ucapnya.

Prita pun mengaku, keluarga sempat mengingatkan untuk tidak terlalu memforsir tenaganya.

"Tapi tetap aja kerja keras. Ya kami biarkan, karena kami berpikir bapak sudah pensiun dari penyuluh pertanian BPTP Lampung," ceritanya.

Saat ayahnya ditunjuk sebagai Ketua KPPS 27, dia sangat semangat.

"Waktu pembacaan sumpah saksi, pas hari H saya lihat bapak semangat sekali. Gak kelihatan kalau besoknya pulang," ujar Prita.

Dikatakan Prita, ayahnya meninggal usai membagikan honor KPPS di TPS 27, Kamis (18/4/2019), sekitar pukul 17.00 WIB.

"Jadi setelah pulang pagi, bapak langsung tidur. Baru ketahuan meninggal sore jam 4. Katanya saat itu, beliau pergi ke TPS mau bersih-bersih sekalian bagi-bagi honor," katanya.

"Posisi pas duduk, tiba-tiba merosot jatuh, dan langsung dibawa ke Imanuel karena mungkin bisa ditolong, ya mungkin udah takdir," imbuhnya.

"Siang ditelepon, kepikiran aja, udah makan siang belum. Pas ditelepon jawabnya udah dan menjawabnya itu masih semangat, gak ada pertanda," paparnya.

Walau demikian, lanjut Prita, ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung koroner.

"Udah lama gak cek up, biasanya ke RSCM dan udah pasang ring," jawabnya.

Prita mengaku tidak punya firasat sebelum kepergian sang ayah.

Namun sebelum ayahnya berpulang, almarhum sempat meminta baju hitam ke ibunya.

"Enggak ada firasat, cuman katanya mama, memang beberapa hari lalu minta baju hitam. Ngomongnya saya gak punya baju hitam, masa mau berduka gak ada baju hitam," tandasnya.

Kelelahan

Tak hanya di Lampung saja, anggota KPPS meninggal. Di sejumlah daerah juga terdapat puluhan anggota KPPS meninggal.

Rata-rata, mereka meninggal karena kelelahan.

Seperti di Jawa Barat, sampai Minggu (21/4/2019), tercatat ada 13 orang anggota KPPS yang meninggal dunia.

Kemudian di Jawa Timur ada 9 anggota KPPS meninggal, di Jawa Tengah ada 10 orang dan lainnya lagi.

Coba Bunuh Diri
Selain meninggal dunia, ada pula anggota KPPS yang ingin bunuh diri karena stres.

Kejadian di Malang, ketua KPPS TPS 07 Kelurahan Lesanpuro, inisial SU (42).

SU ditemukan anggota keluarganya di dalam kamar tidur dalam keadaan tergeletak tak berdaya pukul 09.00 WIB.

Di bagian perut SU, terdapat dua luka tusuk.

Menurut Kapolres Malang AKBP Asfurimenjelaskan, SU nekat melakukanpercobaan bunuh dirilantaran stres dan capek.

SU menusuk perutnya dengan golok.

"Setelah dilakukan interogasi, yang bersangkutan merasa capek dan stres. Karena ada selisih perhitungan surat suara DPD dan DPRDKota Malang," ucap AKBP Asfuri.

Kini, SU dirawat di Rumah Sakit Panti Nirmala, Malang. (Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Firasat Keluarga Ketua KPPS di Bandar Lampung yang Meninggal Usai Bagikan Honor, Bertugas 22 Jam. (*)

Sumber:
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Anggota KPPS Meninggal Tak Lama Usai Membagikan Honor di TPS 27, Sempat Minta Dibelikan Baju Hitam

Artikel ini ditulis Fitria Chusna Farisa telah tayang di Kompas.com dengan judul "KPU: 54 Petugas KPPS Meninggal Dunia, 32 Orang Sakit" 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved