Pemilu 2019
Pembuluh Darah Anggota KPPS di Bali Ini Pecah Usai Siapkan TPS, 2 Anggota Pengawas Meninggal
Pria yang menjabat sebagai kelian banjar ini jatuh sakit akibat kelelahan saat menjalankan tugasnya sebagai Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
Penulis: eurazmy | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Nengah Widiartha (55) asal Banjar Sindhu Saraswati, Kelurahan Karangasem, tergolek lemah di sal Nagasari RSUP Sanglah Denpasar, Selasa (23/4).
Pria yang menjabat sebagai kelian banjar ini jatuh sakit akibat kelelahan saat menjalankan tugasnya sebagai Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 di lingkungannya, Rabu (17/4).
Widiartha adalah satu di antara ribuan pahlawan Pemilu yang rela mengorbankan waktu, jiwa, dan raganya demi kelancaran pesta demokrasi di Indonesia.
Hingga saat ini, KPU Bali mencatat lima anggota KPPS yang sakit saat menjalankan tugas di TPS.
Di antaranya tiga orang dari Karangasem dan sisanya dari Badung dan Bangli. Widiartha termasuk korban yang kondisi paling parah.
Ni Nyoman Wahyu Meitriyani (20), anak kandungnya mengatakan, berdasarkan diagnosa dokter di RSUD Karangasem, ayahnya mengalami pecah pembuluh darah di bagian kepala.
"Karena itu ayah langsung dirujuk opname di sini (RSUP Sanglah) malam itu juga. Katanya karena kelelahan, telat makan dan gak tidur,'' tuturnya meniru kata dokter.
Ia menceritakan ayahnya sudah mulai sibuk sejak sepekan sebelum hari H Pemilu. Pulang mengajar di SDN 5 Karangasem, ayahnya langsung menuju lokasi mempersiapkan Tempat Pemungutan Suara (TPS).
''Gak makan juga, langsung berangkat aja. Malamnya mereka begadang, kan nunggu surat suara yang belum datang,'' ujar Wahyu, yang setia menjagai ayahnya yang terbaring lemah.
Hingga pada Rabu (17/4) pagi, kata Wahyu, ayahnya mengeluh badan lemas dan sebagian anggota tubuhnya di bagian kanan kesemutan. ''Tangan dan kaki dia kayak gak kerasa gitu. Mukanya kelihatan kuning pucat. Untung aja gak sampai pingsan. Langsung dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.
Menurut Wahyu, sebelumnya ayahnya tidak memiliki riwayat sakit apapun.
''Gak ada (riwayat) sama sekali. Hari itu baru lihat, tensi darahnya langsung naik 170/100. Sekarang sudah agak mendingan, Cuma kepala masih agak sakit,'' tambahnya. Diperkirakan, Widhiarta masih menjalani perawatan hingga pekan depan.
Wahyu prihatin atas kejadian yang menimpa para anggota KPPS di seluruh Indonesia, termasuk ayahnya.
Data terakhir dari KPU pusat mencatat sebanyak 91 petugas KPPS meninggal dunia dan 384 orang jatuh sakit.
''Ya supaya menjadi perhatian hal-hal begini,” katanya.