Racik Kulit Rambutan dan Biji Pepaya Jadi Sampo, Siswa SMAN 3 Denpasar Raih Emas di Malaysia
enghargaan kali ini diraih dari kompetisi World Young Inventors Exhibition (WYIE) serangkaian dari 30th International Invention, Innovation and Techno
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Rizki Laelani
Racik Kulit Rambutan dan Biji Pepaya Jadi Sampo, Siswa SMAN 3 Denpasar Diganjar Emas di Malaysia
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Siswa SMA Negeri 3 Denpasar lagi-lagi menunjukkan prestasi yang gemilang.
Penghargaan kali ini diraih dari kompetisi World Young Inventors Exhibition (WYIE) serangkaian dari 30th International Invention, Innovation and Technology Exhibition 2019 (ITEX'19).
Ajang internasional tersebut berlangsung dari 2 hingga 4 Mei 2019 di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia.
Tim riset yang berhasil menyabet medali emas itu terdiri dari lima siswa.
Di antaranya Anak Agung Istri Ary Anggreni, Naufalia Alfina Hidayanti, Zahra Evatus Solekha, I Made Merthayasa dan Ni Luh Yuliantari.
Mereka datang ke Negeri Jiran membawa sebuah penelitian berjudul Rampaya Shampoo: Anti Hairloss And Anti Dandruff Shampoo From Papaya Seeds (Carica Papaya) & Rambutan Fruit (Nephelium Lappaceum).
“Waktu ke malaysia kemarin kami itu buat sampo yang dibuat dari kombinasi kulit rambutan sama biji pepaya,” kata ketua kelompok Anak Agung Istri Ary Anggreni.
Saat ditemui di sekolahnya belum lama ini, ia juga menceritakan latar belakang dari penelitiannya itu.
Ary Anggreni menuturkan, Indonesia negara tropis yang sering kali menyebabkan kulit kepala menjadi basah berkeringat.
Berkeringatnya kulit kepala ini akan memicu tumbuhnya jamur candida albicans yang menyebabkan ketombe.
“Dari sana menyebabkan akar rambut menjadi tidak kuat dan akan menyebabkan kerontokan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Ary Anggreni bersama kawan-kawannya akhirnya mencoba mencari solusi dengan memeriksa berbagai jurnal.
“Proses penelitiannya itu awalnya kita cari-cari di jurnal soal apa saja sih senyawa-senyawa yang ada di dalam kulit rambutan dan biji pepaya,” kata dia.
Dari berbagai jurnal itu banyak yang menjelaskan bahwa kulit rambutan dan biji pepaya memiliki manfaat untuk memperkokoh akar rambut dan dapat mencegah penyebaran jamur candida albicans.
Setelah mengetahui bahan yang tepat, mereka akhirnya mencocokkan kandungan dari kulit rambutan dan biji pepaya itu dengan kakak kelasnya yang juga membuat produk yang sama.
Dari hasil itu ternyata terdapat beberapa kandungan yang sama, sehingga mereka secara langsung menggunakan bahan berupa kulit rambutan dan biji pepaya tersebut.
“Jadi kita kayak ganti bahan-bahannya saja, tapi dengan senyawa dan kemampuan yang sama,” tuturnya.
Menurut Ary Anggreni, bahan berupa kulit rambutan dan biji pepaya ini sangat mudah untuk didapatkan.
Selama ini dirinya melihat banyak sekali bahan-bahan tersebut ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Di pasar-pasar itu kan banyak banget yang buang-buang kulit rambutan tapi enggak dipakek dan enggak dimanfaatkan limbah organik itu secara maksimal. Jadi kita pakek itu. Ya nyarinya di pasar-pasar, soalnya di pasar itu banyak banget limbah organik yang tidak terpakek,” jelasnya.
Sementara pada saat lomba di Malaysia dirinya menuturkan para juri menanyakan soal pengujian produk sampo yang telah mereka buat.
Kemudian juri dari industri lebih menanyakan soal daya tahan dan harga jika seandainya produk tersebut akan dijual di pasaran.
Mengenai pertanyaan yang muncul itu, pihaknya menjawab bahwa jika untuk dipasarkan rencananya akan dijual dengan harga Rp 20 ribuan, sama seperti harga sampo lainnya di pasaran.
“Dari bahan-bahan tersebut kita udah kalkulasiin sebelumnya dan kalau itu dibagi rata itu kira kira Rp 20 ribuan. Dan kalau tentang tahan lamanya itu kira-kira bisa kurang lebih satu tahun,” terangnya.
Saat ini, kata dia, produk berupa shampo dari bahan organik ini sudah jadi dan melalui tes uji sesuai dengan standar shampo lainnya di pasaran.
Pengujiannya dilakukan di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana (FTP Unud).
Kepala SMA 3 Denpasar Ida Bagus Sudirga saat dimintai keterangan mengaku senang dengan anak didiknya yang sudah berkreativitas dan berinovasi untuk menekuni riset-riset seperti ini.
Menurutnya, ke depan hal ini akan terus ditingkatkan sehingga para siswa dalam mengikuti pelajaran sains juga sekaligus bisa langsung menerapkan.
"Jadi mudah-mudahan anak-anak terus menggali potensi dirinya dan saya selaku kepala sekolah memberikan motivasi terus baik secara spiritual maupun material sesuai dengan kondisi anggaran sekolah," tuturnya.
Model pembinaan selama ini, kata dia, memang sudah diberikan waktu kepada masing-masing pembina, tidak hanya pada waktu jadwal tetap, tetapi juga pada jadwal lain sesuai dengan kesanggupan siswa di luar jadwal rutin.
"Sehingga kadang juga anak-anak malam mengerjakan tugas-tugas. Tentu dengan pertimbangan-pertimbangan juga," tuturnya.
"Jadi waktu memang kita berikan alokasi penuh kepada pembina dan komitmen kepada siswa," jelasnya. (*)