Kisah Ipda Aldri Anggota Samapta Polda Bali Amankan Demo di Jakarta, Kena Tembak Katapel & Terluka
Seorang petugas Brimob Polda Bali, Ipda Aldri Setiawan (24) juga ikut mengawal pengamanan di Jakarta. Sayangnya, kejadian tersebut diiringi
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA -- Kerusuhan aksi demo di Jakarta, 22 Mei 2019, lalu tidak hilang begitu saja dari ingatan.
Aksi anarkis yang dilakukan orang-orang tak dikenal itu pun berlangsung cukup lama, hingga malam dini hari.
Akibat dari tindakan kekerasan mereka, beberapa petugas kepolisian ikut menerima imbasnya.
Di antaranya petugas kepolisian Samapta Polda Bali yang juga diutus ke Jakarta amankan aksi demo tersebut.
BKO Polda Bali yang berangkat ke Jakarta pada tanggal 17 Mei lalu berjumlah 202 personel Denpasar, misi khusus membantu pengamanannya pasca pemilu tersebut.
Baca: Gerindra Sebut Pihaknya Tengah Menginvestigasi Terkait Ambulans Berisi Batu di Lokasi Kerusuhan
Seorang petugas Samapta Polda Bali, Ipda Aldri Setiawan (24) juga ikut mengawal pengamanan di Jakarta.
Sayangnya, kejadian tersebut diiringi dengan peristiwa yang tidak mungkin dilupakannya.
Bagaimana tidak, di sela-sela pengamanan tersebut dirinya terkena tembakan katapel di bagian pelipis bawah matanya yang membuatnya merasa kesakitan.
Di tengah mendapat amukan massa dia pun harus mengobati pelipisnya dan kembali ke pasukan untuk menyekat massa.
Aldri bercerita, awalnya Samapta Polda Bali mendapat jatah menjaga di daerah Dukuh Atas, Sudirman, tanggal 22 Mei, tetapi dari Kapolres Jakarta Barat meminta untuk personil dari Polda Bali, Polda Bangka Belitung, dan Polda Jawa Timur untuk melaksanakan penyekatan di daerah dekat Pasar Slipi, di Fly Over.
Karena massa di sana kata pria asal Pekanbaru Riau itu sudah berkumpul sekitar 2.000 orang.
Hal itu mengharuskan dirinya bersama pasukan berangkat pukul 12.00 siang dan sekitar jam 1 siang tiba di lokasi.
"Kami backup dari jam 13.00. Sampai jam 16.00 sore itu, masih ada nego antara petugas dengan massa. Tapi setelah shalat ashar mereka berkumpul semua dan mungkin gak tahan ingin menerobos pasukan, ya udah di situ mulai rusuh.
Baca: Sopir Tiba-tiba dengar Suara Duk, Kernet Ini Ditemukan Tewas Seketika Terlindas Bus
"Mulai melempar batu segala macam, dari situ akhirnya pasukan nembakin flash ball juga dan akhirnya mereka mundur agak jauh. Kami standby di pasar Slipi itu menunggu Brimob sampai jam 22.00 malam, nahan mereka terus. Kami maju juga karena dibantu pasukan penindak dari Brimob," kisah Aldri kepada tribun-bali.com, Sabtu (25/5/2019), malam ini.
Dia melanjutkan, perlengkapan timnya pun sebagian ada yang rusak.
Seperti kaca helm kurang lebih 50 unit rusak, tongkat ada beberapa yang patah, juga beberapa senjata flash ball yang pecah.
Dan dirinya mengakui terkena lemparan benda ke wajahnya.
"Jadi pasukan dari Samapta Polda Bali sekitar 6 orang cidera. Salah satunya saya. Saya kena lem kelereng yang ditembakkan dengan katapel mengenai pelipis mata saya bagian bawah, untungnya gak kena mata. Sekarang sudah agak baikan, cuma kemarin saat situasi rusuh jadi saya cuma obatin pake Betadine sebentar di medis terus lanjut lagi ke pasukan," akunya, mencoba mengingat kembali kejadian naas itu.
"Teman yang lain ada yang kena ledakan petasan, jadi petasan yang panjang itu dinembakin ke arah bawah, lalu masuk di sela-sela tameng, jadi ledakannya di dalam pasukan. Nah kena anggota lainnya di lutut, luka bakar. Terus ada yang hidungnya kena lemparan batu, ada dagu dan leher sobek kena serpihan kaca (botol), sama ada telunjuknya keseleo sama luka," ungkapnya, yang masih ingat betul detik-detiknya.
Dia menjelaskan, pelemparan itu dilakukan dari setelah waktu ashar sampai jam 23.00 malam, hingga menunggu bantuan Brimob dan TNI baru pendemo mundur.
"Selang waktu itu mereka terus maju, terus melempar, ada pakai mercon, molotov, pakai batu. Saat itu pun keluarga pada nelpon mungkin karena lihat di berita jadi pada menghubungi gitu. Kita gak sempat juga ngabarin karena situasi kacau.
"Kalau masalah takut gak ada, soalnya kita tetap bertahan juga sesuai SOP. Cuma masalah makan saja, jadi masing-masing Polda kerja sama saat ada anggota yang makan," ujarnya menjelaskan.
Dia menuturkan, pihaknya berangkat ke Jakarta sekitar tanggal 17/5/2019, lalu.
Sementara, untuk berhadapan dengan massa, timnya hanya mendapati pada tanggal 22 Mei, kemarin.
"Ampai saat ini masih aman-aman aja, dari massa belum ada pergerakan. Penugasan pada tanggal 22 itu kita meluncur jam 12 siang dan sampai di lokasi jam 13.00 sampai massa bubar sekitar pukul 01.00 pagi. Tapi itu pun belum langsung pulang. Perintah dari Bapak Kapolres untuk stand by sampai menunggu petugas pagi," tuturnya.
Dia menyebutkan, ia dan kawan-kawan harus beristirahat di halaman parkir dengan jangka waktu yang pendek dengan rasa was-was tinggi.
"Di situ kami tidur di halaman parkir, dekat Panin Sula. Jam istirahatnya ya, dua jam saja, itupun was-was juga takutnya mereka nyerang lagi gitu. Kita juga Ship-ship-an sampai pagi. Sampai menunggu datangnya petugas pagi," sebut dia.
Ditanya kapan rencana kembali, dia belum mengetahui pasti jadwalnya.
"Untuk rencana kembali sih belum ada perintah lebih lanjut, karena besok masih ada pengarahan dari Bapak Kapolri. Dari tanggal 23 Mei, sampai hari ini sih pergerakan massa tidak ada. Mudah-mudahan bisa cepat balik, apalagi mau masuk hari raya Idul Fitri," jawabnya berharap. (*)
