Ramadan 2019

Hikmah Idul Fitri Bagi Umat Islam Menurut M. Ghazi Habibullah

Kita kembali pada hati nurani kita sendiri, setidak-tidaknya setahun sekali, yaitu dalam suasana Idul Fitri.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Umat Muslim mulai memadati Lapangan Puputan Margarana Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi, Denpasar, Rabu (5/6/2019) pagi untuk melaksanakan sholat perayaan Idul Fitri 1440H/2019M. Cuaca pagi ini cerah 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - M Ghazi Habibullah menjadi Khatib dalam Salat Id, perayaan Idul Fitri di Lapangan Puputan Margarana Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi, Renon, Denpasar, Bali, Rabu (5/6/2019).

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan kutbahnya yang berjudul "Hikmah Idul Fitri Bagi Umat Islam".

Lalu bagimana sesungguhnya hikmah itu?

Berikut Tribun Bali sampaikan kembali khotbah tersebut dengan ringkasan seperlunya.

"Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Hari ini kita berhari raya Idul Fitri setelah melakukan puasa sebulan lamanya, sebulan lamanya melatih diri mengekang hawa nafsu yang angkara murka, memperlihatkan kesanggupan kita berbuat dan bertindak sesuai dengan ilmu yang ada pada kita, juga sebagai manifestasi ketaatan kita kepada Allah Swt.

Kita sambut hari raya yang mulia ini dengan takbir dan tahmid, kita syiarkan kebesaran Allah dan kita syukuri nikmatNya.

Bukan ditempat ini saja saudara-saudara nama Allah diagungkan orang hari ini, tetapi diseluruh penjuru alam dimana kaum muslimin berada, disanalah mereka mengumandangkan bunyi takbir, mengucapkan kalimat suci itu dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Hari raya fitrah adalah hari kemenangan, karena kita umat Islam insya Allah telah keluar sebagai pemenang dalam peperangan dan pertarungan melawan hawa sendiri dari kecenderungan kearah pandangan, sikap, ucapan dan perbuatan yang tidak terpuji di sepanjang bulan Ramadhan.

Lebih dari satu milyar umat Islam di seluruh pelosok dunia ini sejak malam sampai pagi hari mengumandangkan takbir "Allahu Akbar", mengumandangkan tahlil "Laa Ilaa Illalloh", mengumandangkan tahmid "Walillahilhamd".

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Idul Fitri mempunyai dua makna sekaligus. Pertama bermakna hari raya fitri sebagaimana Idu Adha misalnya bermakna hari raya qurban.

Yang kedua Idul Fitri berarti kembali kepada fitrah.

Apa pula arti "fitrah" ini saudara-saudara?

Konsepsi Al Qur'an tentang manusia adalah mengatakan bahwa, manusia dan fitrahnya adalah hanif.

Fitrah berarti mula kejadian sesuatu yang jati sekali. Jadi manusia pada fitrahnya hanif, itu berarti manusia pada mula kejadiannya yang jati sekali adalah "hanif".

Nah apa pula yang dimaksud dengan hanif ini saudara-saudara?

Pada dasarnya hanif berarti "kerinduan" dan "kecenderungan", dalam hal ini kepada yang Maha Pencipta yaitu Allah Swt.

Jadi saudara-saudara, ungkapan bahwa manusia pada fitrahnya adalah hanif itu, mengandung makna bahwa manusia pada mula kejadiannya yang jati sekali adalah rindu kepada Yang Maha Pencipta.

Allah Swt mempunyai sifat-sifat yang identik dengan nama-namaNya yang serba indah, seperti Maha Agung, Maha Suci, Maha Mulia, Maha Perakhmat, Maha Baik, Maha Indah, Maha Benar dan Maha Adil.

Kalau begitu, pernyataan bahwa manusia pada fitrahnya hanif, mengandung makna bahwa manusia pada mula kejadiannya yang jati sekali rindu dan cenderung pada keagungan dan kesucian, pada kemuliaan dan kerakhimman, pada kebaikan dan keindahan, pada kebenaran dan keadilan.

Kesimpulannya, bahwa Idul Fitri berarti kembali pada fitrah insani yang sejati.

Artinya kembali kepada keagungan dan kemuliaan, kembali pada kecucian dan kerakhiman, kembali kepada kebaikan dan keindahan, kembali kepada kebenaran dan keadilan, yang kesemuanya itu sesungguhnya sejiwa dan senyawa dengan fitrah manusia.

Saudara-saudara kamu muslimin vang berbahagia Agama Islam memang sering disebut sebagai agama fitrah.

Mengapa?

Pertama karena Agama Islam itu "fitratallah".

Agama Fitrah ciptaan Allah.

Dan kedua, agama Islam itu sesuai benar dengan fitrah kejadian azali manusia.

Agama Islam, sesungguhnya merupakan agama yang sesuai dan selaras dengan hati nurani, atau dengan kata lain, hati nurani insani itu selaras dan sesuai benar dengan agam Islam.

Apa yang diungkapkan oleh Agama Islam, itu pula yang disuarakan oleh hati nurani manusia.

Apa yang dibisikkan oleh hati nurani, itu pula yang diajarkan oleh Agama Islam.

Islam mencela pandangan, sikap ucapan dna perbuatan yang dursila.

Demikian juga hati nurani manusia.

Hati nurani manusia memuji dan menghormati pandangan, sikap, ucapan dan perbuatan yang susila Demikian pula agama kita.

Jadi hati nurani manusia itu konsisten dengarn agama samawi.

Hati nurani adalah pesawat atau lebih tepat daya.

Dalam rohani kita yang peka terhadap segala daya rangsang dari luar (yang positif maupun negatif), maka segala yang bersifat positifsegera diterima sedang yang negatif ditolak.

Hati nurani ini laksana lentera yang menerangi alam sekitar, bila nyalanya seksama dan kacanya bersih dari segala polusi.

Hati nurani harus senantiasa didengarkan, diperhatikan.

Bila ia terus menerus tidak diindahkan, tidak dihiraukan, maka lama kelamaan nyalanya kian redup karena keranda lenteranya dipenuhi polusi ketidakpedulian kemasabodohan.

Cahaya lentera itu memudar, tidak mampu menyinari lingkungannya.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia

Dalam kesempatan Idul Fitri ini, marilah kita kembali pada mula kejadian kita yang jati sekali yaitu cenderung dan rindu kepada Allah Yang Maha Agung lagi Mulia, Yang Maha Suci lagi Rahim, Yang Maha Baik lagi Indah, Yang Maha Benar lagi Adil.

Kita kembali pada hati nurani kita sendiri, setidak-tidaknya setahun sekali, yaitu dalam suasana Idul Fitri.

Dengan kembali ke hati nurani sendiri, yang serasi dengan wahyu Ilaahiyah dengan jalan senantiasa mendengarkan dan mengindahkan bisikan lembut dan suara halusnya, maka kita akan selalu memilih keagungan dan menolak kerendahan.

Kita memilih kemuliaan dan menolak kehinaan.

Memilih kesucian dan menolak kenajisan Pendek kata memilih semua yang baik dan menolak semua yang buruk, yang tidak sesuai dengan bisikan hati nurani, tidak selaras dengan ajaran Islam.

Dalam suasana Idul Fitri ini, mari kita menyeka keranda lenteran kita dengan seksama agar cahaya yang meredup berbinar kembali, dengan tuntunan dan bimbingan,penyuluhan dan asuhan Al Qur'an dan Sunnah Nabi kita Muhammad Saw

Demikian saudara-saudara."

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved