Masih Banyak Kesalahan Tulis Aksara Bali, Kasihan Jika Cetaknya di Batu Granit yang Mahal

Niat baik terkait Perda Penulisan Aksara Bali belum sejalan dengan pengetahuan tentang aksara Bali yang benar sehingga masih terjadi banyak kesalahan

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Eri Gunarta
Penulisan aksara Bali yang salah di sebuah warung makan di Gianyar. Foto diambil, Jumat (7/6/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Hampir semua instansi serta perusahaan di Provinsi Bali sudah memberlakukan ketentuan Perda Bali Nomor 1 tahun 2018  tentang Penulisan Aksara Bali.

Namun,  niat baik tersebut belum sejalan dengan pengetahuan tentang aksara Bali yang benar sehingga masih terjadi banyak kesalahan penulisan.

Satu di antaranya terlihat di sebuah rumah makan di Gianyar Kota.

Pantauan Tribun Bali, Jumat (7/6/2019), pemilik warung diduga berniat menerjemahkan tulisan latin ‘Matur Suksma Atas Kunjungannya’ ke dalam aksara Bali.

Namun, penulisannya 100 persen salah karena mengeja huruf  Latin ke dalam aksara Bali  satu persatu.

Tanpa uger-uger seperti gantungan dan gempelan dan pengangge-aksara yang berfungsi membunyikan tulisan.

Dosen Program Studi (Prodi) Sastra Bali Universitas Udayana (Unud) Denpasar, I Gede Nala Antara, tak menampik kesalahan penulisan masih terjadi.

Tak hanya di Gianyar, namun hampir di semua kabupaten dan kota di Provinsi  Bali.

Menurut dia, ada dua faktor penyebab. Pertama, masyarakat tidak mau bertanya kepada orang yang memahami aksara Bali.

Kedua, mereka hanya bergantung pada program Bali Simbar (aplikasi komputer yang dapat mengubah huruf latin ke aksara Bali).

Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Budaya Unud ini, menegaskan program Bali Simbar belum maksimal. 

“Itu masalahnya, banyak yang tidak mau bertanya dan merasa mampu. Ketika proses pengaksaraan dengan sistem komputer, banyak yang tidak paham, dikira program itu bisa membalikkan begitu saja seperti font-font yang lain. Padahal walaupun ada program Bali Simbar, kompetensi keaksaraannya kan harus diikuti. Sebenarnya sama  menulis dengan tangan hanya dipindahkan ke papan ketik saja,” ujarnya.

I Gede Nala Antara siap membantu jika ada pertanyaan dari masyarakat.

“Jangan malu bertanya, saya siap memberitahu tulisan yang benar. Selama ini, banyak hotel yang tanya lewat WhatsApp atau datang ke kampus karena kan kasihan jika cetaknya pakai batu granit yang harganya mahal, lalu tulisannya salah,” ujarnya.

Akademisi kelahiran Seraya, Karangasem tahun 1962 itu bersyukur, meskipun masih banyak salah tulis, namun masyarakat antusias menggaungkan aksara Bali.

“Sejak beberapa bulan ini, animo orangtua dalam memasukkan anaknya dalam les aksara Bali sangat tinggi. Meskipun masih ada salah tulis, itu jangan dibesar-besarkan. Karena ini baru awal gebrakan memuliakan aksara Bali,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved