Peringati Hari Laut Sedunia, Penggunaan dan Pengolahan Sampah Plastik Jadi Sorotan

Konferensi dan debat dengan topik pembahasan pertanggungjawaban perusahaan terhadap penggunaan dan pengolahan kembali sampah plastik.

Penulis: Noviana Windri | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Noviana Windri
Konferensi dan debat dalam rangka memperingati Hari Laut Sedunia di Zero Waste to Ocean Education Center, Jalan Bongantik, Benoa, Badung, Bali, Jumat (14/6/2019) sore. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Role Foundation dan Bali Swim menggelar konferensi dan debat dalam rangka memperingati Hari Laut Sedunia di Zero Waste to Ocean Education Center, Jalan Bongantik, Benoa, Badung, Bali, Jumat (14/6/2019).

Konferensi dan debat dengan topik pembahasan pertanggungjawaban perusahaan terhadap penggunaan dan pengolahan kembali sampah plastik.

Selain itu, konferensi dan debat diadakan untuk mengomunikasikan penanganan dan pengolahan sampah plastik kepada pemerintah serta peraturan penggunaan plastik kepada para produsen terutama produsen makanan.

Founder & CEO Role Foundation, Mike O'Leary menyampaikan bahwa penanganan dan pengolahan sampah plastik di Indonesia belum jelas.

"Kami menghadirkan orang-orang yang memiliki kompetensi di bidangnya untuk membicarakan penanganan dan pengolahan sampah plastik untuk dapat memberikan jalan keluar bagi manajemen sampah plastik,"

"Kami berharap melalui konferensi ini kita semua di sini dapat menyampaikan wacana yang sama tentang manajemen sampah plastik di institusi asal kita masing-masing," ucapnya.

Ahli Biologi Kelautan Universitas Udayana, I Gede Hendrawan dalam konferensi mengatakan bahwa Pantai Kuta sejak tahun 2014 menjadi sorotan ketika datang musim sampah pada bulan-bulan tertentu.

Namun, sampah di Pantai Kuta selalu dikatakan adalah sampah kiriman dari Jawa dan pulau lainnya.

"Kita menyurvei 9 sungai di bagian Tabanan dan Jembrana. Tidak ada satu pun sungai yang kita kategorikan bebas dari sampah. Ketika hujan, jumlah sampah luar biasa yang dialirkan ke laut,"

"Kita juga melakukan penelitian 50 titik di Bali. Yang kita temukan 45 hingga 60 persen adalah pembungkus makanan dari plastik," paparnya.

Lebih lanjut, Gede Hendrawan menjelaskan bahwa tanggung jawab tidak hanya pada produsen, melainkan semua masyarakat juga ikut bertanggung jawab untuk menghindari pengunaan plastik.

Exclusive Distributor Indonesia of Eco Smart Hub, Cristian Fritz mengatakan perusahaan di Bali telah ikut andil untuk tidak menyediakan plastik sebagai pembungkus barang belanja sebagai salah satu pertanggungjawaban dari pihak perusahaan.

"Pada dasarnya kita bisa melihat bagaimana perusahaan berusaha bertanggung jawab atas sampah plastik melalui brand tertentu yang telah mengusung tema ramah lingkungan. Seperti kedai kopi yang tidak lagi menyediakan sedotan plastik, atau tempat makan yang mulai menggunakan daun pisang untuk pembungkus makanan," jelasnya.

Pihaknya berharap pengurangan penggunaan plastik terus dilakukan kepada para produsen dan perusahaan bukan hanya tuntutan tetapi juga jalan keluar.

Menghadirkan pembicara Surya Anaya dari Komunitas Peduli Sampah, Cristian Fritz dari Eco Smart Hub, Dwi Jayanthi dari Plastik Detox Bali, Silvija Rumiha dari Zero Waste Bulk Store.

Reza Helmi dari No Plastic Indonesia, Brenda Ritchmond dari Bali Buda, I Gede Hendrawa seorang ahli Biologi Kelautan Udayana, serta Pie Van Zyl dari Positive Impact Forever.

Sementara, konferensi dan debat internasional ini dihadiri oleh sekitar 230 tamu undangan dari berbagai produsen dan perusahaan dalam dan luar negeri. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved