Gerhana Matahari Total

Gerhana Matahari dan Perebutan Tirta Amerta

dalam berbagai literasi (bacaan) terutama Adi Parwa menyebut, jika awal mula adanya Gerhana Matahari adalah dengan adanya pembagian Tirta Amerta

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Rizki Laelani
Tribun Bali/Eviera Paramita Sandi
DOKUMENTASI: Gerhana Matahari yang Terlihat dari Tol Bali Mandara, Badung, Bali, Rabu (9/3/2016). 

Gerhana Matahari dan Perebutan Tirta Amerta. Gerhana Matahari dalam Mitologi Hindu: Raksasa Kalarau Dipenggal Cakra Dewa Wisnu

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Gerhana Matahari Total berlangsung hari ini, Selasa (2/7/2019) dan besok, Rabu (3/7/2019).

Cahaya matahari tertutup seluruhnya oleh bayangan bulan.

Akibatnya, bumi akan gelap untuk sementara.

Namun, gerhana matahari ini tidak bisa disaksikan di Indonesia.

Karena pada saat gerhana terjadi, di Indonesia memasuki waktu malam hari.

Gerhana matahari total ini bisa disaksikan di daratan Chili dan Argentina.

Mengulas mengenai Gerhana Matahari, dalam mitologi pun menguraikan hal tersebut.

Ketua PHDI Provinsi Bali, Gusti Ngurah Sudiana pernah mengulas terkait mitologi gerhana matahari pada artikel Tribun-Bali.com.

Baca: Live Streaming Gerhana Matahari Total Melalui Web NASA, Bisa Saksikan Pakai Smartphone

Baca: Gadis Belia di Denpasar Minta Dinikahi Padahal Baru Sehari Kenal, Kedua Kali Mau Diajak Intim

Ketua PHDI Provinsi Bali, Gusti Ngurah Sudiana menuturkan, dalam berbagai literasi (bacaan) terutama Adi Parwa menyebut, jika awal mula adanya Gerhana Matahari adalah dengan adanya pembagian Tirta Amerta (Air Suci) yang dibagikan oleh para Dewa.

Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA

Dalam pembagian Tirta Amerta itu, para Raksasa mendengar dan ingin mengambil Tirta.

Dengan begitu, terjadilah perebutan Tirta antara para dewa dan raksasa.

Perebutan ini tidak dilakukan dengan peperangan antara Dewa dan Raksasa.

Melainkan, para Raksasa menyamar menjadi seorang Dewa, saat para Dewa hadir untuk mengambil pembagian Tirta.

Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA

Dalam pembagian itu, para Dewa membawa sehelai daun, yang ukurannya hampir sama.

Berbeda dengan Raksasa Kalarau, yang membawa Daun berukuran cukup besar untuk mengambil jatah Tirta Amerta.

Tak pelak, dengan apa yang dilakukan oleh Raksasa Kalarau yang menyamar dan membawa daun besar itu, menimbulkan kecurigaan bagi para Dewa.

Dua dewa, yakni Dewa Surya dan Dewa Bulan mencurigai bahwa Dewa yang membawa daun besar bukanlah sebenarnya Dewa.

Atas hal itu, Dewa Surya dan Dewa Bulan melaporkan kejadian itu kepada Dewa Indra. Dewa Indra yang sudah mengetahui kebenaran itu akhirnya memberikan laporan ke Dewa Wisnu.

Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA

"Akhirnya, Dewa Indra pun melapor ke Dewa Wisnu. Dewa Wisnu pun mengeluarkan Cakranya dan memenggal kepala Raksasa Kalarau yang terpisah dari badannya," ulasnya, Senin (7/3/2016).

Gusti Ngurah melanjutkan, usai memenggal kepala dan badan Raksasa Kalarau, kemudian Raksasa Kalarau mengucap sumpah.

Dalam sumpah itu, Raksasa Kalarau menyebut jika pada suatu saat akan memakan Matahari dan Bulan.

Dan itulah yang terjadi ketika sumpah Raksasa Kalarau dilakukan, dan cikal bakal kepercayaan Hindu tentang Gerhana Matahari.

Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA

"Namun, karena badan dan kepala terpisah, setiap memakan Matahari dan Bulan selalu keluar lagi dari leher Raksasa Kalarau," katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved