Kisah Heroik di Balik Peristiwa Cikini, Granat Dilempar Polisi Ini Jadi Tameng & Selamatkan Soekarno

Sejarah mencatat, kiprah politik Presiden Soekarno di dalam negeri hingga mancanegara menimbulkan berbagai intrik dan polemik hingga memunculkan

Editor: Ady Sucipto
Sukarno.org
Bung Karno di masa akhir kekuasaannya. 

TRIBUN-BALI.COM - Sejarah mencatat, kiprah politik Presiden Soekarno di dalam negeri hingga mancanegara menimbulkan berbagai intrik dan polemik hingga memunculkan ketidaksukaan kelompok tertentu.

Berbagai upaya penyingkiran paksa Presiden Soekarno direncanakan bahkan hingga rencana pembunuhan.

Satu diantara upaya pembunuhan Presiden Soekarno yang menjadi sejarah yang tak terlupakan adalah peristiwa pelemparan granat di Cikini, Jakarta. 

Namun, berkat kesiapsiagaan pengawal dari unsur kepolisian, Presiden Soekarno lolos dari maut meski menelan korban jiwa. Berikut ulasannya. 

Soekarno pernah mendapatkan ancaman pembunuhan granat di Cikini, Jakarta.

Soekarno saat itu akan dibunuh melalui pelemparan granat.

Beruntung saat itu nyawa Soekarno masih bisa diselamatkan.

Walaupun, pada akhirnya peristiwa itu juga memakan korban.

Seorang pengawal Soekarno, yang juga merupakan seorang polisi kehilangan nyawa seusai menyelamatkan sang presiden.

Kisah itu seperti yang terdapat dalam buku berjudul "Jenderal Polisi RS Soekanto Tjokrodiatmojo, Bapak Kepolisian Negara RI Peletak Dasar Kepolisian Nasional yang Profesional dan Moder", karya Awaloedin Djamin, dan G Ambar Wulan, terbitan Kompas, tahun 2016 lalu.

Dalam buku itu disebutkan, peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 31 Oktober 1957 malam.

Saat itu, Soekarno akan meninggalkan gedung Sekolah Rakyat Cikini.

Saat ini, gedung tersebut terletak di Jalan Cikini Raya.

Soekarno berada di tempat itu karena adanya perayaan sekolah sebagai orang tua murid.

Namun, saat akan menaiki mobilnya untuk meninggalkan sekolah tersebut, upaya pembunuhan pun terjadi.

"Granat-granat dilemparkan ke arah Presiden secara berturut-turut, tepat pada waktu komandan Polisi Lalu Lintas yang mengawal Presiden mempergunakan sepeda motor memberikan aba-aba dengan kata,"Hormat", tulis penulis di buku tersebut.

Pemberian penghormatan ini merupakan keharusan yang selalu dilakukan oleh para pengawal, termasuk pengawal kehormatan dari Polisi Lalu Lintas kepada Presiden RI yang selalu mendampingi di kanan, kiri dan depan mobil presiden dalam perjalanan.

Pada saat pelemparan granat, dua orang anggota pasukan pengawal pribadi presiden, yaitu IP I Oding Suhendar, dan IP I Soedirjo berdiri di kanan kiri Soekarno.

Mereka kemudian membuka jalan dari desakan murid-murid Sekolah Rakyat Cikini yang mengantar Soekarno ke mobilnya.

Secepat kilat, Soedijo dan Oding Suhendar merangkul dan menarik Soekarno untuk dibawa lari dalam posisi membungkuk.

Tujuan mereka adalah sebuah rumah yang ada di depan Sekolah Rakyat Cikini, sebagai tempat penyelamatan presiden.

Beruntung, dalam peristiwa itu Soekarno berhasil diselamatkan.

Namun, seorang pengawal Soekarno, yang juga merupakan seorang anggota polisi, Oding Suhendar tergeletak di samping Soekarno.

Saat itu, Oding Suhendar mengalami luka-luka akibat pecahan granat.

Darah Oding Suhendar pun terus-menerus keluar.

Sehingga, Oding Suhendar pun kehilangan nyawanya.

Selain Oding Suhendar, juga ada pengawal lainnya yang juga menjadi korban peristiwa itu.

Di antaranya AIP I Soemardi, AIP Ngatijimo, dan AIP I Toepan Waloejo, yang mengalami luka-luka di tubuhnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Cara Polisi Selamatkan Soekarno dari Granat di Cikini, Kehilangan Nyawa Seusai Rangkul Sang Presiden

(Januar AS )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved