Batu Onyx Paling Laris, Putu Eka Widya Raup Omzet hingga Rp 30 Juta dari Bisnis Perhiasan Batu Alam
Ni Putu Eka Widya memulai bisnis dinamai Taksu Batu Alam sejak 2016. Ini berawal dari hobinya terhadap perhiasan dan batu alam
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Batu Onyx Paling Laris, Putu Eka Widya Raup Omzet hingga Rp 30 Juta dari Bisnis Perhiasan Batu Alam
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berita Denpasar hari ini, kisah sukses pengusaha Bali, Ni Putu Eka Widya memulai bisnis dinamai Taksu Batu Alam sejak 2016. Ini berawal dari hobinya terhadap perhiasan dan batu alam.
Produknya yang paling diminati selama ini adalah batu onyx berwarna hitam.
Selain itu, ada juga Red Agate, Green Agate, Tiger Eye, Kecubung, dan jenis batu lainnya.
“Saya mencoba merangkai batu alam yang ada berbagai jenis menjadi suatu perhiasan agar bisa dipakai sehari-hari. Serta bisa digunakan ke berbagai acara pesta dan sebagainya. Saya bisa menggunakan satu batu, bisa dicampur juga dengan aksesori biar lebih cantik,” kata Owner Taksu Batu Alam ini kepada Tribun Bali, Kamis (11/7/2019).
Kata dia, yang paling sulit dicari adalah jenis giok karena langsung diekspor dari China.
Lanjutnya, kalung giok asli diikat dengan perak sehingga banyak yang berminat.
Baca: Tim Woodball Bali Raih 4 Medali Emas, 2 Perak dan 1 Perunggu di Pra PON 2019
Baca: Juni 2019 Kota Singaraja Tercatat Inflasi Sebesar 0,02 Persen
“Kami mencoba supaya barang bagus, batu asli batu alam tapi harganya kompetitif. Ini yang bikin lama mencari,” katanya.
Selain diimpor, batu kadang dicari di Kalimantan dan kadang impor dari luar.
Onyx menjadi yang paling dicari, baik oleh laki dan perempuan karena warnanya yang netral.
“Sementara kalau jenis kecubung kan lebih banyak cewek. Warnanya lebih terang dan girly,” jelasnya.
Bahkan kelebihan perhiasan batu-batuan ini secara alami memberikan karakteristik, seperti onyx yang bagus untuk proteksi dan juga menyerap aura negatif di sekitar.
“Sementara Green Agate untuk membantu emosional balancing, jadi ini support bukan obat,” kata dia.
Baca: 7 Tahun Pacaran Dan Diputus Saat Masih Sayang, Isnen Tak Terima Lalu Nekat Bakar Mantan Kekasih
Baca: Diplomasi Kopai Osing Banyuwangi di ICAO Montreal Kanada
Harganya pun sangat terjangkau mulai dari Rp 140 ribu dan paling mahal jutaan, khususnya yang biasanya diikat perak.
Ia pun menjualnya dengan sistem online melalui media sosial.
Pemasarannya ke seluruh Indonesia dengan pasar paling besar adalah Jawa, Bali dan Papua.
“Ya omzet standar saya itu Rp 30 juta,” sebutnya.
Sejauh ini, kendalanya hanya kesulitan mencari bahan batu seperti giok dan beberapa batu lainnya.
Sementara itu pengiriman dilakukan melalui Pos, JNT, dan JNE. Targetnya ke depan bisa memiliki toko khususnya di wilayah Denpasar.
“Ia pun menggunakan tema berbeda untuk menarik konsumen, seperti tema valentine dan sebagainya,” katanya.
Sementara itu, untuk membedakan batu asli dan tidak bisa dengan cek lab. (*)