Malam Dipijat & Dicium Sang Anak, Pagi-pagi Diminta Lihat Jasad oleh Polisi dan Dibekali Rp 10 juta

Dia tidak ingat jelas isi suratnya. Namun, yang dia ingat surat itu berisi keterangan bahwa Yudi meninggal karena asma.

Editor: Rizki Laelani
(KOMPAS.COM/WALDA MARISON)
Maspupah saat ditemui di rumahnya, Kamis (3/10/2019) 

Dia memberikan amplop dengan uang sebesar Rp 10 juta kepada Maspupah.

Maspupah berkesimpulan itu merupakan uang duka.

Mengingat penghasilannya sebagai juru parkir di Tanah Abang tidak cukup untuk membiayai proses pemakaman, maka uang itu diambil Maspupah.

Jenazah kemudian dipulangkan kerumah untuk dimandikan dan dishalatkan.

Namun, kecurigaan mulai muncul ketika Maspupah mengamati betul-betul tubuh Yadi.

Banyak luka pukul di bagian belakang tubuh Yadi.

Darah kerap keluar dari kuping dan hidung. Memar-memar di tubuh Yadi menimbulkan kecurigaan.

Ia menduga Yadi bukan meninggal karena asma, tapi karena dipukuli.

Dia pun geram, kesal dan sedih karena melihat keadaan tersebut.

Ingin mencari keadilan, namun sadar dia bukan siapa-siapa dan tidak tahu harus menuntut kemana.

"Saya nggak terima kalau anak saya dipukulin sampai meninggal. Dunia akhirat saya nggak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena penyakit dan kehendak Allah, saya ikhlas," kata dia sambil menunjuk-nunjuk langit dengan nada sedikit keras.

Darah terus saja mengucur. Hingga dimakamkan pun darah masih memenuhi kain kafan di bagian kepala Jenazah.

Tidak ada seorang polisi pun yang datang ke pemakaman Yadi, bahkan hingga saat ini.

Seakan tidak ada yang mau menjelaskan ke Maspupah tentang keadaan yang sebenarnya.

Maspupah dibiarkan kehilangan sang putra dengan ribuan tanda tanya.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved