Malam Dipijat & Dicium Sang Anak, Pagi-pagi Diminta Lihat Jasad oleh Polisi dan Dibekali Rp 10 juta
Dia tidak ingat jelas isi suratnya. Namun, yang dia ingat surat itu berisi keterangan bahwa Yudi meninggal karena asma.
Bukan hanya tanda tanya besar, beban Maspupah semakin berat.
Janda beranak empat ini harus jadi tulang punggung keluarga pascakepergian Yadi.
Dia juga harus mengurusi keluarga Yadi. Pasalnya, Yadi sudah memiliki dua anak berusia empat dan dua tahun.
"Kalau maling, copet, nggak apa-apa dipukulin. Anak saya kan nonton demo, bukan maling," kata dia.
Bantahan Polisi
Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati sebelumnya memastikan tak ada tanda kekerasan pada jasad Yadi.
"Tidak ada faktor kekerasan pada jasad korban saat kami terima di kamar mayat," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Edi Purnomo di Jakarta, Kamis (3/10/2019) sore.
Satu-satunya petunjuk saat proses otopsi di tubuh korban berada pada pembengkakan pembuluh darah di bagian leher.
"Tapi memang ada pembesaran pembuluh darah di leher. Itu biasanya terjadi pada orang yang mengalami sesak nafas," katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan seorang pedemo tewas saat demonstrasi yang berujung kerusuhan di sekitar Gedung DPR pada pada Rabu (25/9/2019).
Tito menegaskan pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa namun kelompok perusuh.
Kapolri juga membantah penyebab kematian korban bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh. (*)
Artikel ini ditulis Walda Marison telah tayang di Kompas.com