Andai Malam Itu Tak Lewat Legian, Tionlina Ceritakan Detik-detik 2 Bom Meledak 'Seperti Ditabrak'
"Saya pas didalam bilang 'tolong tolong' sambil meraba-raba yang namanya mobil. Tapi saya merasa itu kaca-kaca sudah pada pecah. Saya coba buka pintu,
Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Rizki Laelani
Andai Malam Itu Tak Lewat Legian, Tionlina Ceritakan Detik-detik 2 Bom Meledak 'Seperti Ditabrak'
TRIBUN-BALI.COM, KUTA - Tragedi bom Bali yang terjadi di Jalan Legian, Kuta, Badung 17 tahun silam atau tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2002 menjadi luka mendalam bagi masyarakat baik nasional maupun internasional.
Peristiwa itu menewaskan 202 korban jiwa dari 21 negara ini, menjadi suatu tragedi yang tidak pernah bisa dilupakan.
Tepat pada hari ini, Sabtu (12/10/2019) tragedi bom Bali pun diperingati di Ground Zero atau Monumen Tragedi Kemanusiaan Bom Bali.
Semua elemen masyarakat baik lokal maupun asing datang berkumpul untuk merenung kembali dan berdoa diselingi berbagai acara.
Dalam hal ini, Tribun-Bali.com, berkesempatan mewawancarai satu korban selamat saat terjadi peristiwa mengerikan tersebut.
Tionlina Marpaung (44) asal Medan, Sumatera Utara pun menceritakan, saat kejadian usiannya baru 27 tahun.
Tionlina Marpaung saat itu tengah berkeliling bersama kedua temannya, yakni Dewa Ketut Rumit dan Gatot Indro.
Tionlina Marpaung berkeliling bersama rombongan setelah merayakan aniversary mobil VW.
Saat, itu Tionlina Marpaung sebenarnya tidak melewati lokasi kejadian.
"Saat itu saya bersama dengan klien VW pas aniversary. Sebenarnya kita tidak melewati lokasi itu (tempat kejadian). Namun, karena saat itu malam minggu mereka (kedua rekannya) bilang ingin ke Legian untuk melihat Kuta di malam hari. Akhir kita lewati jalur itu," cerita Tionlina Marpaung.

Di tengah situasi Jalan Legian yang macet, saat itu mobil Tionlina Marpaung berada di depan mobil lainnya sebanyak 8 mobil yang ada di belakang.
Sekitar pukul 22.00 WITA, tiba-tiba dari arah belakang mobilnya seperti ada yang mendorong atau menabrak.
"Saat kita lewat dan berada di deretan mobil lainnya. Tiba-tiba dari belakang itu seperti menabrak. Ternyata itu pas ledakan pertama. Saya lalu menanyakan kepada temen saya, tapi belum selesai saya tanya 'pak siapa yang nabrak' tiba-tiba ledakan kedua terdengar keras," lanjutnya.
"Saya pas didalam bilang 'tolong tolong' sambil meraba-raba yang namanya mobil. Tapi saya merasa itu kaca-kaca sudah pada pecah. Saya coba buka pintu, tapi gak bisa. Saat itu kondisi temen saya masih pingsan," katanya.
"Setelah itu ada satu tangan besar menarik saya, tapi gak tau lewat mana, saya dikeluarin apa dari kaca atau pintu. Tiba-tiba saja, saya rasa sudah berada di atas trotoar," ujar Tionlina Marpaung sambil mengingat.
Setelah kejadian itu, ia sempat sadar lalu mencoba lari menjauh dari tempat kejadian bom tersebut sambil tetap minta tolong kepada orang-orang.
Lalu, tiba-tiba ada yang meluknya dan membawa masuk ia ke mobil untuk dibawa ke SOS terdekat.
Tionlina Marpaung menyebut orang tersebut bukanlah warga sekitar, melainkan warga negara asing.
Di dalam mobil, Tionlina Marpaung tak sendiri. Ada korban lainnya yang juga dibawa ke rumah sakit.
Tionlina Marpaung sempat ditanyai identitasnya.
Saat itu Tionlina Marpaung dipindahkan ke mobil ambulan, dan seingatnya ia dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD).

Mengingat Malam 12 Oktober 2002
Ketenangan Sabtu malam di kawasan Kuta dan Denpasar terkoyak akibat meledaknya tiga buah bom yang mengguncang Pulau Dewata.
Rentetan bom tersebut terjadi pada 12 Oktober 2002 sekitar pukul 23.15.
Arsip pemberitaan Harian Kompas, 13 Oktober mengabarkan, malam itu, ledakan pertama dan kedua terjadi lima meter di depan DiskotekSari Club, di Jalan Legian, Kuta.
Sesaat setelah ledakan pertama, sebuah bom kembali meledak di Diskotek Paddy's yang terletai di seberang Sari Club.
Akibat dari ledakan beruntun ini, baik Sari Club, Diskotek Paddy's dan bangunan Panin Bank yang terletak persis di depan Sari Club terbakar.
Selain itu, puluhan bangunan yang berada di radius 10 hingga 20-an meter dari lokasi rusak berat.
Adapun kaca-kaca hotel, toko maupun tempat hiburan lainnya tak luut dari kerusakan.
Bahkan kuatnya ledakan juga membuat kantor biro perjalanan yang berada di samping Sari Club rata dengan tanah.
Kemudian sesaat setelah itu, ledakan ketiga terjadi sekitar 100 meter dari Kantor Konsulat Amerika Serikat di daerah Renon, Denpasar, Bali.
Kuatnya ledakan di ketiga tempat tersebut menyisakan lubang selebar 4-4,5 meter dengan kedalaman 80 sentimeter.
Kejadian ini merenggut nyawa 202 orang yang saat itu berada di lokasi kejadian.
Korban mayoritas merupakan warga negara Australia. Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal (Pol) Dai Bachtiar saat itu mengatakan, lokasi ledakan di Jalan Legian pada hari yang sama dikunjungi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan pejabat tinggi negara lainnya.
Pemberitaan Harian Kompas, 14 Oktober 2002 mengabarkan, para pejabat tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla, Menko Bidang Perekonomian Dorodjatun Koentjoro-Jakti, Panglima TNI Jenderal Endiartono Sutarto, serta Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda.
Kejadian bom pada 12 Oktober 2002 tersebut tak hanya terjadi di Bali.
Beberapa saat sebelumnya, sebuah bom rakitan meledak pada Sabtu petang pukul 18.50 di pintu gerbang masuk kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Filipina di Jalan Tikal, Kelurahan Tikala Ares, Lingkungan I, Manado.
Peristiwa tersebut tidak memakan korban jiwa. Meski begitu, daun pintu besi kantor Konjen Filipina dikabarkan terlempar sekitar empat meter dari tempatnya.
Serangan bom di beberapa tempat di Bali dinyatakan terkait dengan organisasi Al-Qaeda.
Harian Kompas, 15 Oktober 2002 mengabarkan, Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat (AS) di Surabaya, Philips L Antweiler mengatakan, pihaknya melihat adanya tanda-tanda nyata tentang kaitan aksi teror dengan jaringan tersebut.
"Apa yang terjadi di Bali merupakan kegiatan teroris meskipun kami belum tahu pesis siapa pelakunya. Namun kami melihat ada tanda-tanda cukup nyata tentang kaitan peristiwa itu dengan jarinan Al-Qaeda," ujar Antweiler.
Dalam pengejaran terhadap tersangka, polisi berhasil menangkap Amrozi bin H Nurhasyim yang didakwa hukuman mati.
Fakta di persidangan menyatakan, bahwa para pelaku diyakini merupakan anggota Jamaah Islamiyah (JI).
"Kami berkeyakinan, kegiatan mereka tidak lepas dari jaringan internasional. Atau setidaknya regional di kawasan Asia," ujar Jaksa Penuntut Umum Urip Tri Gunawan saat persidangan Amrozi.
Kemudian polisi juga menangkap Imam Samudra alias Abdul Aziz.
Sama seperti Amrozi, Imam Samudra juga dijatuhi hukuman mati.
Harian Kompas, 11 September 2003 mengatakan, vonis tersebut diberikan setelah majelis hakim menyatakan Imam Samudra terbukti bersalah.
Selain itu, tindakannya juga dinilai telah memenuhi unsur dari empat dakwaan primer yang dituntutkan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi Bali sebelumnya.
Keempat dakwaan primer tersebut adalah dua dakwaan dalam perkara peledakan bom Bali dan dua dakwaaan lain dalam perkara peledakan bom malam Natal.
Selain itu, pelaku lain yang terlibat dalam tragedi ini adalah Ali Ghufron bin H Nurhasyim alias Muklas, seperti dikutip dari Harian Kompas, 3 Oktober 2003.
Adapun tersangka lain seperti Ali Imron bin H Nurhasyim alias Alik divonis penjara seumur hidup.
Vonis serup ajuga diterima oleh Mubarok alias Utomo Pamungkas dan Suranto Abdul Goni alias Umar alias Wayan.
Sementara tersangka lain, Dulmatin tewas dalam pengepungan di Pamulang, Tangerang Selatan.
Adapun teroris yang paling dicari yakni Dr Azahari bin Husin atau yang seriing disebut sebagai The Demolition Man tewas pada 2005. (*)
Artikel ini ditulis Rosiana Haryanti telah tayang di Kompas.com