Desa Bebandem Gelar Ritual Nangluk Panca Baya Hari Ini, Mohon Perlindungan dari Lima Bahaya
Ritual ini bermakna Ida macecingak untuk memberikan kasih sayang sehingga lima marahabahaya tersebut tidak datang.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Krama Desa Adat Bebandem, Kecamatan Bebandem, Karangasem, melaksanakan ritual Nangluk Panca Baya hari ini, Kamis (17/10/2019) di Pura Dalem Adat Bebandem.
Ritual ini untuk memohon keselamatan.
Bandesa Adat Bebandem, Wayan Dana menjelaskan, secara etimologi, nangluk artinya memohon, panca artinya lima, dan baya artinya marabahaya.
Jadi ritual ini untuk memohon perlindungan dari lima jenis bahaya.
"Lima bahaya itu yakni, api, air, angin, merana, serta gering. Maksudnya api yakni supaya tak ada kebakaran, air supaya tak ada banjir, angin agar terhindar dari angin yang merusak rumah warga, merana agar tanaman masyarakat tak terserang hama," jelas Wayan Dana, Rabu (16/10/2019).
Rangkaian ritual Nangluk Panca Baya mulai digelar kemarin. Dimulai dari nunas tirta di sejumlah pura desa di Bebandem.
Sore harinya, tirta yang dibawa jero mangku disimpan di Bale Agung Desa Adat Bebandem.
Hari ini, tirta tersebut dibawa ke Pura Dalem.
"Krama sudah menyiapkan sarana untuk upacara di Pura Dalem. Di antaranya bantenan, canang, caruan, dan lainnya," ungkap Wayan Dana.
Sampai di Pura Dalem, krama langsung menggelar upacara persembahyangan, memohon penganugrahan dari Bhatara Siwa.
Upacara dilanjutkaan nunas tirta, nasi tawur, dan benang tridatu.
"Yang nunas perwakilan masing-masing kelian," ujarnya.
Tirta, nasi tawur, serta benang tridatu yang ditunas di Pura Dalem akan dibagikan ke krama untuk digunakan maturan di Sanggah Kemulan dan areal perumahan.
"Tujuannya untuk menetralisir energi negatif yang ada di pekarangan rumah," paparnya.
Besok, Ida Bhatara Alit tedun. Teruna Adat Bebandem bertugas ngiring ida keliling desa.
Ritual ini bermakna Ida macecingak untuk memberikan kasih sayang sehingga lima marahabahaya tersebut tidak datang.
"Setelah keliling, Ida Bhatara Alit malinggih ring Bale Agung. Sore harinya digelar tradisi matigtig. Prosesi ini dilaksanakan selama tiga hari," ungkap Wayan Dana. (*)