Sylvia Plath yang Tersiksa, Penyair Jujur dan Pertempuran dengan Depresi
Sosok Sylvia Plath adalah seorang penyair, novelis, cerpenis, dan eseis asal Amerika Serikat.
Penulis: Rizki Laelani | Editor: Rizki Laelani
TRIBUN-BALI.COM - Sosok Sylvia Plath adalah seorang penyair, novelis, cerpenis, dan eseis asal Amerika Serikat.
Sylvia Plath lahir pada 27 Oktober 1932 dan meninggal dunia pada 11 Februari 1963.
Sylvia Plath dikenal atas The Bell Jar, novel semi-autobiografinya yang menceritakan perjuangan melawan depresi.
Kehidupan Sylvia Plath singkat, tetapi puisinya yang jujur dan kejam, yang sering mencerminkan emosinya yang kuat, terus menyentuh generasi pembaca lebih dari 50 tahun setelah kematiannya.
Tubuhnya bekerja memberi pandangan pada jiwa yang sensitif yang menjalani sebagian besar kehidupan dewasanya dengan serangan depresi manik.
• Prediksi Bali United vs Barito Putera, Live Streaming TV Online Bisa Diakses di Sini dan Indosiar
• Live Streaming Bali United vs Barito Putera, Sama-sama Bernafsu Rebut 3 Poin
Dikutip dari cnet.com, untuk merayakan kontribusi Plath pada puisi, Google mendedikasikan Doodle-nya kepada penulis Amerika yang terkenal pada ulang tahunnya yang ke-87.
Doodle mencerminkan puisinya, yang sering ditetapkan di antara musim dingin dan salju.
Penggunaan metafora dan citra gelap dalam prosa emosional bisa jadi cerdas, ironis, dan nyata.
Dilahirkan di Boston pada 27 Oktober 1932, Plath menunjukkan janji sebagai penulis pada usia 8 tahun, setelah kematian ayahnya.
Dia menulis Electra di Azalea Path sehari setelah kunjungan pertamanya ke makam sang ayah.
Puisi itu mewakili emosi campuran kesedihan dan rasa bersalah setelah kematian ayahnya.
Serangan depresi, sering terjadi selama musim dingin, telah dikaitkan dengan kehilangan awal ayahnya.
Dia terkenal karena koleksi puisinya, The Colossus dan Other Poems, Ariel dan The Collected Poems, yang terakhir diterbitkan secara anumerta pada tahun 1981 dan membuatnya mendapatkan Hadiah Pulitzer hampir 20 tahun setelah kematiannya.
Satu-satunya novelnya, The Bell Jar, adalah kisah semi-otobiografi tentang penyakit mental yang mencerminkan pengalaman Plath sendiri. Itu diterbitkan dengan nama samaran setahun setelah Plath bunuh diri pada tahun 1962 pada usia 30.
Sylvia Plath dan Anne Sexton dianggap mengembangkan aliran puisi konfesional yang diciptakan Robert Lowell dan W.D. Snodgrass.
Sejak kejadian bunuh dirinya, Sylvia Plath telah menjadi seorang ikon dan dianggap sebagai salah satu penyair terbesar pada generasinya.
Novel Sylvia Plath mengeksplorasi tema kematian, diri dan watak manusia dalam karya yang mengungkapkan sikap tidak pastinya terhadap alam semesta. (*)