Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan
Minta Waspada dengan Aksi Susulan, Ridlwan Habib Sebut Aksi Bom Medan adalah Balas Dendam ISIS
Penyerangan Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, adalah aksi terorisme bom bunuh diri. Polisi sebagai sasaran utama penyerangan.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA -- Penyerangan Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, adalah aksi terorisme bom bunuh diri.
Polisi sebagai sasaran utama penyerangan.
Ini merupakan karakteristik kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pakar intelijen Ridlwan Habib.
Menurut Ridlwan Habib dari sasaran, cara menyerang, dan pemilihan lokasi, ini karakteristik kelompok Pro ISIS.
Serangan menggunakan bom low eksplosif yang menewaskan pelaku.
Diduga pelaku menggunakan bom sabuk.
"Ini bagian dari upaya pembalasan dendam atas kematian pimpinan ISIS Abu Bakr Al Baghdadi.
Saya meyakini pelaku bukan lone wolf melainkan terkait dengan jaringan terorisme yang ada sebelumnya.
Pasti ada bantuan dari teman-temannya, misalnya dalam menyiapkan bom.
Harus ada pengamanan terhadap para pejabat dan objek vital nasional.
Waspada dengan aksi-aksi susulan", ujar Ridlwan Habib.
Pelaku Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan Lilitkan Bom di Badan
Markas kepolisian kembali jadi sasaran teror.
Kali ini, aksi bom bunuh diri terjadi di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11) sekitar pukul 08.40 WIB.
Pelaku berinisial RMN (24) alias Dedek diduga melilitkan bom di badannya kemudian meledakkan dirinya di area parkir.
Ledakan tersebut terjadi saat warga ramai-ramai datang ke Mapolrestabes Medan untuk membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) guna keperluan melamar calon pegawai negeri sipil (CPNS).
Seorang saksi, Lila Mayasari, mengaku saat kejadian sedang berada di Polrestabes Medan untuk pengurusan SKCK.
Lila berangkat dari rumah sekitar pukul 08.00 WIB dan sekitar pukul 08.35 WIB dia sampai di lokasi untuk mengurus SKCK.
Tak berapa lama berselang, betapa terkejutnya Lila saat mendengar suara ledakan yang begitu keras. Dia sontak berlari untuk melihat apa yang terjadi.
"Pas saya keluar, saya enggak lihat korban, tapi saya dengar suara ledakan kuat sekali," kata Lila dengan napas terengah-engah.
Saat kejadian, lanjut Lila, ada sekitar 50 orang di dekat lokasi ledakan.
Begitu meledak ada asap putih dan ada yang teriak bilang bom. Mereka yang panik kemudian berdesak-desakan untuk keluar.
"Ledakan terasa sampai saya terangkat. Pas kejadian saya lagi nyantai dan tiba-tiba seperti terangkat. Saya langsung engeh ini bom," ujar Lila.
“Lalu saya teriak bom, bom...,” lanjutnya.
Setelah terdengar suara ledakan yang begitu kuat, dirinya beserta orang-orang yang sedang melakukan pengurusan SKCK diarahkan untuk keluar menyelamatkan diri.
"Saya ingat anak dan langsung keluar berdesak-desakan dengan yang lain," jelas Lila.
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membenarkan RMN alias Dedek (24) menjadi pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan.
Hal itu terungkap usai penyelidikan oleh aparat gabungan di tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan sidik jari oleh tim Inafis.
Polisi juga menunjukkan gambar pelaku yang telah banyak tersebar di media sosial.
"Inafis berhasil mengidentifikasi pelaku. Pelaku ini inisialnya RMN, usianya 24 tahun, lahir di Medan, statusnya adalah pelajar/mahasiswa.
Kemudian yang bersangkutan selain di identifikasi identitasnya juga masih akan dikembangkan oleh aparat Densus 88," kata Karopenmas Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, saat jumpa pers di Jakarta.
Dari hasil penelusuran, Dedi mengungkapkan, RMN meledakkan diri menggunakan bom yang disembunyikan di dalam tubuh.
Dia bilang, bom tersebut dililitkan di sekitar pinggang dan perut.
"(Bom) dililit tubuh," terangnya.
Sebelum aksi bom bunuh diri terjadi, polisi tengah bersiap melakukan apel siaga.
Tak lama kemudian, dua orang yang menggunakan jaket ojek online masuk ke kantin Polrestabes Medan.
Mereka masuk melalui pintu depan menuju Bagian Op, sesampai di sana meledakkan diri dan mengakibatkan korban berjatuhan.
Dedi Prasetyo menyatakan, pelaku disebutkan sengaja menggunakan seragam ojek online untuk melakukan penyamaran.
"Itu penyamaran. Kan sudah disampaikan bahwa statusnya itu adalah mahasiswa atau pelajar," kata dia.
Penyidik juga berhasil menemukan baterai hingga paku yang diduga menjadi bahan baku peledak.
"Barang yang berhasil diamankan terkait menyangkut masalah jenis bom yang diidentifikasi antara lain ada baterai 9 volt, kemudian ada juga pelat besi metal kemudian ada sejumlah paku cukup banyak, paku dalam berbagai ukuran yang ada ditemukan," kata Dedi.
Selain barang tersebut, kata Dedi, tim gabungan juga mengamankan sejumlah potongan kabel dan tombol switch yang diduga menjadi tombol peledak bom pelaku.
"Ada beberapa irisan-irisan kabel itu nanti akan didalami. Lalu ada beberapa potongan kabel cukup besar juga didalami kemudian ada tombol switch on off, kemudian ada potongan tubuh," ungkapnya.
Selanjutnya, ia menyatakan, seluruh barang bukti tersebut telah diamankan oleh tim Labfor dan Densus 88.
Termasuk CCTV sebelum peledakan bom yang telah diamankan oleh Polri.
"Kami juga mengidentifikasi ada beberapa kendaraan roda dua yang masih dicurigai nah itu masih didalami semuanya. Sementara tim masih bekerja di lapangan," pungkasnya.
Enam Korban Luka
Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan ada enam korban luka dan satu orang tewas yang merupakan pelaku.
"Ada empat personel polisi, satu orang PLH dan satu orang warga sekitar," kata Mardiaz.
Data korban terluka antara lain Kasi Propam Polrestabes Medan Kompol Abdul Mutolip yang mengalami luka robek di bagian tangan kanan, Kasubag Bin Ops Polrestabes Medan Kompol Sarponi mengalami luka robek bagian bokong kanan, Propam Polrestabes Medan Aipda Deni Hamdani mengalami luka terkena serpihan dan Propam Polrestabes Medan Bripka Juli Chandra mengalami luka di telinga kanan dan tidak bisa mendengar.
Korban dua luka lainnya dari warga adalah pekerja harian lepas (PHL) Bag Ops Ricard Purba, yang mengalami luka memar di wajah dan lengan, serta Ihsan Mulyadi Siregar warga Bakti Suka Dono Dusun IV, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, yang mengalami luka di pinggul kiri akibat serpihan.
Korban luka-luka akibat bom bunuh diri dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumatera Utara.
Selain korban lua ada juga mobil operasional yang rusak.
Kendaraan yang rusak terdiri dari mobil Dinas KA Bag Ops, yang mengalami kaca pecah akibat terkena serpihan, mobil pribadi KA Bag Ops, serta dua unit truk dinas mengalami kaca pecah akibat terkena serpihan ledakan.
Tidak Takut
Sementara itu Presiden Joko Widodo melalui Juru Bicaranya Fadjroel Rachman mengutuk aksi teror yang mengakibatkan enam orang terluka.
"Indonesia tidak takut dengan bentuk teror apapun. Pasti bahu membahu melawan terorisme. Presiden menyatakan sedih atas korban luka di Mapolrestabes Medan. Beliau mendoakan agar korban lekas sembuh dan segera beraktivitas," ujar Fadjroel Rachman.
Fadjroel Rachman melanjutkan pemerintah menjamin penuh keamanan seluruh masyarakat. Terlebih negara memiliki aparatur keamanan yang siap bekerja menangani aksi-aksi teror.
Di sela-sela Rakornas Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forkopimda di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat pagi tadi, diungkap Fadjroel, perintah Jokowi tegas meminta pelaku dan jaringan terorisnya diusut tuntas.
"Sangat penting melindungi 260 juta jiwa. Terorisme akan ditangani kepolisian.
Tadi di Sentul, Presiden sudah bertemu Menkopolhukam, Kapolri, Panglima TNI, Kadiv Humas Polri meminta segera bertindak cepat ýmenyelidiki pelaku dan jaringannya," tutur Fadjroel.
Presiden, kata Fadjroel tidak akan memberi toleransi pada pelaku terorisme.
Mantan Wali Kota Solo tersebut juga menginginkan agar upaya pemberantasan terorisme tidak hanya melibatkan pemerintah tapi juga semua pihak.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengingatkan agar semua pihak waspada dengan paham radikalisme.
Hal tersebut diungkapkan Moeldoko menyikapi peristiwa bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan.
"Jangan langsung dianulir seolah-olah mana itu paham radikalis. Ini sebuah bukti nyata bahwa kita semua perlu waspada. Persoalan itu tidak bisa dibiarkan," ujar Moeldoko.
Terkait keamanan di Mapolsek dan Mapolres, Moeldoko mengatakan Kapolri akan melakukan perbaikan lewat aturan-aturan yang sudah ada.
"Saya pikir nanti Kapolri akan melakukan perbaikan, melihat kembali melalui protap-protap yang ada seperti apa" kata Moeldoko.
Menurutnya perlu ada perubahan-perubahan terkait pengamanan yang dilakukan mengingat aksi penyerangan terhadap markas polisi bukan kali pertama dilakukan kelompok teror.
"Ini (terkait pengamanan) perlu ada perubahan-perubahan, karena modus yang digunakan juga berubah," katanya.
(mal/wly)