Cerita Mata-mata Kopassus Menyusup ke GAM Aceh, Pernah Ditembaki TNI karena Tak Ada yang Tahu

Pilihan seorang mata-mata hanya dua, sukses menyamar atau tewas dihabisi kelompok GAM

Editor: Huda Miftachul Huda
Tribunnews
Ilustrasi- Pasukan Kopassus saat dalam sebuah kegiatan 

TRIBUN-BALI.COM- Seorang anggota Kopassus mendapatkan tugas berat menyusup ke dalam kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh beberapa tahun silam.

Pilihannya hanya dua, sukses menyamar atau tewas dihabisi kelompok GAM.

Sejumlah kejadian heroik, menakutkan dan bahkan hampir menyudahi nyawa si anggota Kopassus yang ditugasi ini mewarnai tugas penyusupan berbahaya tersebut.

Cerita ini dikisahkan oleh seoaang anggota pasukan elit tersebut untuk jadi mata-mata.

Berikut kisahnya seperti dilansir dari buku berjudul 'Kopassus untuk Indonesia', karangan Iwan Santosa dan EA Natanegara sebagaimana dikutip dari laman surya.co.id, berikut ceritanya.

Saat itu GAM mempunyai basis militer di Lhokseumawe.

Lalu, dikirimlah seorang prajurit Kopassus sebut saja Sersan Badri (bukan nama sebenarnya) untuk menyusup ke dalam GAM

Sebelum menyusup ke dalam GAM selama satu tahun, Sersan Badri memetakan situasi lapangan Aceh terlebih dahulu.

Bukan perkara yang mudah bagi Sersan Badri memasuki lingkaran GAM.

Misi yang dilakukan Sersan Badri bisa dibilang misi sangat rahasia, hanya pimpinannya saja yang mengetahui misi tersebut.

Sersan Badri memutuskan menyamar sebagai seorang pedagang buah durian.

Ia mengirim dagangannya dari Medan ke Lhokseumawe.

Ada pengalaman unik yang dialami oleh Sersan Badri.

Ia pernah ditempeleng aparat saat melewati pos penjagaan karena diminta jatah durian.

Setelah berhasil menyusup ke GAM, kesetiaan Sersan Badri diuji.

Selama tiga bulan lebih, ia mendapat tantangan dari GAM.

Ia beberapa kali mengecoh patroli TNI agar GAM tidak bisa disergap.

Bahkan, Sersan Badri diminta meloloskan anggota GAM ke Malaysia.

Yang ekstrim adalah ketika Sersan Badri diminta menyembunyikan istri Panglima GAM.

Karena misinya yang sangat rahasia dan sedikit yang mengetahuinya, ia ikut ditembaki ketika GAM dikepung oleh prajurit TNI.

Beruntung dia masih selamat dari berondongan tembakan aparat.

Setelah Idul Fitri pada 2004, turun perintah penangkapan tiga pimpinan GAM, yaitu Muzakir Manaf, Sofyan Dawood, dan Said Sanan diturunkan.

Sersan Badri memberikan informasi keberadaan tokoh penting GAM tersebut.

Ia memberitahu kepada induk pasukan bahwa ketiganya berada di Cot Girek.

Kemudian tanggal dan jam penyerbuan ditetapkan. 

Kopassus menyerbu markas GAM di rawa-rawa Cot Girek.

Satu target, Said Adnan dan ajudannya seorang desersi TNI berhasil dilumpuhkan.

Mereka tewas akibat tembakan di dada dan perut.

Namun, dua target lainnya berhasil lolos, yakni Muzakir Munaf dan Sofyan Dawood.

Mereka lolos dari penyerbuan karena menyingkir ke kawasan Nisam.

Kendati demikian, Sersan Badri berhasil menemukan senjata yang digunakan dan sumber dana GAM.

Tim intelijen Kopassus berhasil menemukan bongkar muat sebanyak 125 pucuk senapan milik GAM yang berhasil diselundupkan dari Thailand ke Malaysia. 

Sumber dana GAM berasal dari perdagangan ganja kering yang berasal dari Aceh Timur dan Aceh Utara.

Ganja tersebut dikirim melalui kapal kecil dari jalur laut ke Malaysia.

Selain itu, GAM juga meraup uang dari perusahaan besar yang beroperasi di Aceh dan warga setempat.

Mereka diwajibkan memberi dana perjuangan GAM mulai dari hewan ternak, sawah, dan kebun dikenakan pajak.

Beberapa tahun berselang konflik GAM berakhir.

***

Kopassus menyamar jadi Paspampres Filipina

Aksi penyamaran Kopassus tak hanya untuk misi di dalam negeri, tapi bahkan pernah ke luar negeri.

Beberapa prajurit Kopassus pernah menyamar jadi pengawal presiden Filipina pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3.

Melansir dari buku berjudul 'Jejak Langkah Pak Harto : 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988', hal ini berawal saat Filipina dirundung konflik hebat, sehingga banyak kudeta dan pemberontak separatis yang mengancam pemerintahan Filipina.

Indonesia sebagai salah satu 'tetua' ASEAN kemudian mengambil inisiatif mengirimkan pasukan ABRI saat itu untuk turut mengamankan konferensi tersebut

Presiden Soeharto kemudian memerintahkan panglima ABRI L.B Moerdani untuk mengatur pengamanan KTT ASEAN ke-3 di Filipina.

ABRI kemudian membentuk Gugus Tugas pengamanan KTT ASEAN dengan melibatkan semua matra laut, udara dan darat.

TNI AL mengerahkan fregat KRI Zakarias Yohannes-332 dan KRI Sorong-911.

Marinir mengirimkan dua batalyon pasukan untuk disiagakan di Teluk Manila dan siap siaga melancarkan operasi pendaratan amfibi memasuki Manila jika diperintahkan.

Dari TNI AU menerbangkan jet tempur A-4 Skyhawk bermuatan bom Mk.82 yang siap membom para pengacau jika menganggu jalannya KTT.

TNI AU juga menyiapkan ambulans dalam pesawat angkut C-130 Hercules untuk pertolongan medis sewaktu-waktu.

Agak beda dengan Kopassus, satu tim pasukan baret merah ini tiba di Filipina dua pekan sebelum KTT berlangsung 

Tim Kopassus itu awalnya bertugas melatih para pengawal presiden (Paspampres) Filipina.

Setelah menjalani pelatihan singkat, performa dan kemampuan para pengawal presiden Filipina dinilai kurang mumpuni.

Tim Kopassus pun diterjunkan langsung untuk memberikan pengawalan ketat kepada presiden Filipina, Corazon Aquino.

Mereka menyamar menjadi Paspampres Filipina dengan mengenakan pakaian tradisional Barong Tagalog.

Bahkan, mereka juga ditugaskan menjaga para pemimpin ASEAN lainnya di hotel mereka menginap.

Angkatan perang Singapura dan negara ASEAN lainnya juga mengirimkan kekuatan militernya namun tetap komando teratas dipegang oleh ABRI.

Ketatnya pengamanan KTT ASEAN ke-13 Filipina membuat para pemimpin anggota ASEAN lainnya merasa aman selama konferensi itu berlangsung.

KTT ASEAN ke-13 Filipina kemudian berjalan sukses dan lancar tanpa kendala, berkat pengamanan yang dilakukan ABRI beserta angkatan perang negara lainnya. (*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul cerita-mata-mata-kopassus-menyusup-ke-tengah-kkb-aceh-pernah-ditembaki-tni-karena-tak-ada-yang-tahu

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved