Bahasa Indonesia Berubah di Era Digital, Emosikon dan Stiker Gantikan Fungsi Bahasa
Tak hanya dipersingkat dan menggunakan bahasa asing, kehadiran emosikon dan stiker juga menggantikan fungsi bahasa dalam berkomunikasi di internet
TRIBUN-BALI.COM – Internet sudah membawa perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan manusia.
Mulai dari cara mencari hiburan, informasi, bahkan dalam pekerjaan.
Namun, tanpa disangka sebelumnya, internet ternyata telah membawa perubahan dalam hal komunikasi, khususnya dalam penggunaan bahasa.
Pengaruh ini akhirnya memunculkan komunikasi berperantarakan komputer-internet (KBKI), yang menurut Kepala Bidang Pelindungan, Pusat Pengembangan dan Pelindungan, BPBP Dr. Ganjar Harimansyah dalam artikel berjudul ‘Bahasa Indonesia di Dunia Siber: Komunikasi Berperantarakan Komputer-Internet’ merupakan genre baru dalam berkomunikasi.
Penggunaan bahasa dalam KBKI atau di internet ini sering kali tidak beraturan.
• Dua Pelatih Bali United Berambisi Isi Kursi Timnas Indonesia Senior, Siapa Layak?
• Viral dengan Lagu Kasih Sayang Kepada Orangtua, Ini Arti Musik bagi Mawang
• Jadwal Bulu Tangkis SEA Games, 5 Wakil Indonesia Bertanding di Semifinal Hari Ini
Misalnya penggunaan bahasa asing seperti bahasa Inggris dan akronim seperti OTW (on the way), BTW (by the way), CMIIW (correct me if I’m wrong), dan OOT (out of topic) sering kali digunakan dalam ketika menuliskan status, atau berkomunikasi dalam forum dan media sosial.
Tak hanya dipersingkat dan menggunakan bahasa asing, kehadiran emosikon dan stiker juga menggantikan fungsi bahasa dalam berkomunikasi di internet, contohnya emosikon :( untuk menunjukan sedih, :) untuk menunjukkan rasa gembira, T,T untuk menunjukkan tangisan dan masih banyak lagi.
Selain itu, pengguna bahasa daerah juga kerapa kali muncul. Penggunaan istilah teh, wae, bah, dan wong terlihat tak asing ketika berkomunikasi di internet.
Perubahan dalam berbahasa ini, menurut Ketua Jurusan PBSI UIN Jakarta Dr Makyun Subuki, M.Hum saat Seminar Nasional bertema ‘Dinamika Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0’ pada Rabu (3/10/2019) lalu di Jakarta, adalah sebuah fenomena dimana penggunaan bahasa mengikuti kehidupan penggunanya.
• Jackson Doakan Teco, Pelatih Bali United, Makan Malam Dua Pelatih Jelang Adu Taktik
• Cincin Nikah Dibuat di Hongkong, Berikut 5 Persiapan Pernikahan Jessica Iskandar & Richard Kyle
• Tiga Pemain Penting Bali United Absen, Teco Siapkan Skuat Terbaik di Laga Kontra Persipura
“Bahasa Indonesia yang kita pakai mengikuti penggunaan. Setiap teknologi yang kita pakai membawa dan memengaruhi perilaku berbahasa kita,” ujar Dr Makyun Subuki, M.Hum, ketua Jurusan PBSI UIN Jakarta.
Seminar yang berlangsung sebagai rangkaian acara memperingati Bulan Bahasa sekaligus penutup Olimpiade Bahasa dan Sastra Indonesia 2019 ini mengungkapkan secara lebih terperinci seperti apa penggunaan bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.
Pembahasan ini pun secara apik didiskusikan bersama Dr Luh Anik Mayani, M.Hum; Ivan Lanin; dan Amalia Zahra, Ph.D yang membagikan dinamika ini dari beberapa sisi, seperti sosial, ekonomi, hingga perkembangan teknologi dari generasi ke generasi.
Luh Anik yang hadir dalam seminar tersebut mengungkapkan, tak hanya membawa perubahan dalam berkomunikasi, hadirnya teknologi seperti internet ternyata juga memunculkan kata-kata baru yang mewakili suatu konsep yang belum ada sebelumnya.
“Contohnya kata laman, situs, unggah, unduh, kata kunci, pengguna (user), warganet (warga+internet), dan lain-lain,” ujarnya.
• Jadi Orang Terkaya ke-2 di Dunia, Tenyata Sumber Kebahagiaan Sejati Bill Gates Bukan Uang
• Turunkan Tim Klarifikasi Loker Diskriminatif Burger Shot,Disnaker Bali Beri Teguran Tertulis Riksa I
• Ini Daerah di Bali Jadi Lokasi Konvoi Bali United Juara, Kota Denpasar Masih Rencana
Wadah Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kemunculan teknologi seperti internet tak hanya membawa perubahan bahasa tulisan dan lisan bahasa Indonesia, lewat internet kini masyarakat juga bisa mempelajari bahasa Indonesia secara mudah dan cepat.
Salah satunya untuk mengetahui berbagai kosakata Indonesia dan cara penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar lewat media sosial.
Ivan Lanin, salah satunya. Lewat twitter, Ivan memberikan beberapa ilmu baru seperti kosakata yang jarang digunakan hingga penulisan suatu kata yang benar.
Tak jarang, beberapa pengikutnya ada yang berkonsultasi menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
Ivan juga menunturkan, perkembangan teknologi menjadi ladang baik untuk pengajaran bahasa, terlebih jika melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
“Banyak orang Indonesia belum bisa membedakan e taling dan e terbuka, toko dan tokoh, yang memiliki pelafalan berbeda, namun dilafalkan sama oleh masyarakat,” terangnya.
• Turunkan Tim Klarifikasi Loker Diskriminatif Burger Shot,Disnaker Bali Beri Teguran Tertulis Riksa I
• Ini Daerah di Bali Jadi Lokasi Konvoi Bali United Juara, Kota Denpasar Masih Rencana
Penggunaan Bahasa di Era Revolusi Industri 4.0
Berbeda dengan yang lain, Amalia Zahra yang turut hadir dalam seminar tersebut mengungkapkan jika pengguna bahasa akan sangat berbeda dalam Era Revolusi Industri 4.0 ini.
Ia menyoroti bagaimana bahasa memiliki peran yang penting dalam perkembangan sistem integrasi teknologi.
Contohnya seperti sistem teknologi smart home yang hanya dengan mengucapkan suatu fon atau kata yang bisa dipahami oleh sistem tersebut.
“Misalnya kita lupa mematikan kompor. Jika dulu harus pulang ke rumah, sekarang hanya melalui aplikasi smart home pada smartphone kita hanya perlu mengucapkan beberapa kata dan kompor tersebut telah mati,” ujar Amalia.
Jadi bisa disimpulkan, jika pada Era Revolusi Industri 4.0 dinamika bahasa tak hanya membawa perubahan dan memberikan kosakata baru, namun juga menaikkan penggunaan bahasa yang semakin erat dengan penggunan teknologi sekarang bahkan di masa depan nanti.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengintip Perubahan Bahasa Indonesia di Era Digital, Sarat Kata Baru dan Emosikon