Serangan Iran ke Amerika Serikat

Siapkan Ratusan Rudal, Iran Targetkan Usir Amerika Serikat dari Timur Tengah

Serangan terhadap pasukan Amerika Serikat di Irak bisa jadi hanya awal dari operasi besar di Timur Tengah apabila AS melakukan serangan balasan.

Editor: Rizki Laelani
Tribun Bali/Prima
Iran mengakui tembak jatuh pesawat komersil milik Ukraina berpenumpang ratusan orang. 

"Kami memperkirakan bentrokan itu akan berlanjut selama tiga hari hingga sepekan. Kami telah menyiapkan sekian ribu rudal dalam keadaan seperti sekarang," kata Hajizadeh, sebagaimana dilaporkan kantor berita Fars.

Brigjen Hajizadeh juga mengatakan Iran telah meluncurkan serangan siber yang ia klaim telah melumpuhkan sistem AS dalam melacak rudal selama serangan.

Meski demikian, para pejabat AS menyatakan dapat mencegah korban berjatuhan karena sistem peringatan dini berjalan efektif.

Wartawan BBC Persia, Jiyar Gol, menyebut penampilan Brigjen Hajizadeh, dengan bendera berbagai kelompok milisi dibariskan di belakang podiumnya, merupakan upaya pamer kekuatan di kawasan Timur Tengah.

Hajizadeh disebut ingin menunjukkan bahwa berbagai kelompok itu berada di bawah komando Iran.

Bendera-bendera itu, di antaranya bendera pasukan Mobilisasi Populer Irak, yang pemimpinnya tewas bersama Soleimani, serta Hizbullah Lebanon dan Hamas Palestina.

Bendera kelompok Houthi Yaman, yang hingga kini diklaim Iran bebas kepentingan mereka, juga dipajang dalam jumpa pers.

Rabu (8/1/2020), Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menggambarkan serangan terhadap pasukan AS sebagai 'hinaan' bagi AS.

Namun ia menyebut upaya balas dendam merupakan 'persoalan yang berbeda'.

Selama ini Jenderal Soleimani secara luas dianggap sebagai orang terkuat kedua di Iran.

Sebagai kepala pasukan Quds, dia adalah arsitek kebijakan Iran di Timur Tengah.

Sementara itu AS mengatakan "siap untuk terlibat tanpa prasyarat dalam perundingan serius" dengan Iran.

Dalam sebuah surat kepada PBB, AS membenarkan upaya pembunuhan terhadap Soleimani sebagai tindakan membela diri.

Bagaimana Ketegangan AS-Iran Bermula?

Ketegangan Teheran-Washington mulai meningkat pada 2018 setelah Presiden Trump menyatakan AS menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Iran dan sejumlah negara besar.

Kesepakatan nuklir pada 2015 antara Iran, AS, China, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris itu mencabut sanksi atas Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved