Hasil Lab Babi Mati di Badung Belum Diketahui, Kadis Pertanian Minta Peternak Terapkan Bio Sekuriti
Hingga saat ini dinas pertanian Kabupaten Badung belum mengetahui hasil laboratorium dari Balai Besar Veteriner Denpasar terkait matinya babi
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Irma Budiarti
Hasil Lab Babi Mati di Badung Belum Diketahui, Kadis Pertanian Minta Peternak Terapkan Bio Sekuriti
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Hingga saat ini dinas pertanian Kabupaten Badung belum mengetahui hasil laboratorium dari Balai Besar Veteriner Denpasar terkait matinya babi di Kabupaten Badung.
Meski demikian, dinas setempat meminta agar peternak mengantisipasi meluasnya penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana mengatakan, pihaknya sudah turun ke lapangan terkait masalah peternak babi di Badung.
Guna mengantisipasi meluasnya penyebaran penyakit yang menyebabkan kematian ternak babi di beberapa daerah di Badung, masyarakat khususnya peternak diminta menerapkan bio sekuriti secara ketat.
"Iya, Kamis lalu saya didampingi Kabid Keswan Provinsi Bali, Kepala Balai Karantina dan Camat Abiansemal sempat turun meninjau peternak di Kecamatan Abiansemal. Sekaligus malaksanakan pertemuan dengan peternak babi di Badung," ungkapnya, Minggu (26/2/2020).
Wijana mengatakan, sejak adanya laporan kematian babi awal Januari 2020 lalu, pihaknya sudah menurunkan petugas untuk melakukan surveilans atau pemantauan.
Selain itu juga melakukan pendataan sekaligus melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).
"KIE sudah kami lakukan, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat, khususnya peternak, tentang bahaya penyakit babi yang sedang berjangkit. Termasuk cara-cara mencegah meluasnya penyebaran penyakit," bebernya.
Ia pun mengaku saat ini hasil laboratorium belum juga diketahui.
Pasalnya, sampel yang dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar masih harus dikonfirmasi ke Balai Besar Veteriner Medan yang punya kewenangan menentukan jenis penyakit ini.
Meski demikian pihaknya mengaku penyakit tersebut cepat menular pada babi.
"Maka kami imbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak resah, karena penyakit ini tidak menular kepada manusia, namun penyebarannya sangat cepat kepada ternak babi," kata Wijana.
Mantan Camat Kuta Selatan ini menjelaskan, satu-satunya cara untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah ini adalah peternak babi harus menerapkan bio sekuriti dengan serius.
Bio sekuriti yang dimaksud yakni dengan menjaga kebersihan kandang, melakukan spraying dengan disinfektan, membatasi dengan ketat lalu lintas orang, termasuk hewan yang mudah terkontaminasi virus dalam kandang.
"Intinya kami imbau agar masyarakat tidak menggunakan pakan bekas limbah hotel atau restoran, karena diduga menjadi pemicu munculnya wabah ini. Selain itu dalam memusnahkan babi yang sudah mati, tolong dilakukan dengan cara dibakar atau dikubur, jangan sampai dibuang seenaknya hingga mencemari lingkungan dan bisa menyebarkan virus," katanya.
Mengingat sebentar lagi Hari Raya Galungan dan Kuningan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui aparat desa/kelurahan, desa adat termasuk akan memberikan pembinaan kepada tukang potong karena mereka juga berperan besar dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit ini.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gde Asrama membenarkan hasil laboratorium belum diketahui hingga saat ini.
Pasalnya hasil laporan tersebut harus dikonfirmasi ke medan.
"Karena yang konfirmasi harus ke Medan dari Balai Besar Veteriner Denpasar, makanya kami belum menerima hasil. Namun nanti saya minta informasi ke Balai Besar Veteriner Denpasar," jelasnya.
Disinggung apakah ada penambahan babi yang mati di Badung, pihaknya belum berani memastikan.
Pasalnya tim di lapangan belum melakukan pelaporan.
"Kemarin karena libur jadi pendataan belum maksimal. Mungkin besok akan dilaporkan," pungkasnya.
Untuk diketahui, di Kabupaten Badung sentra ternak babi hanya ada di wilayah Kecamatan Mengwi dan Abiansemal yang jumlahnya mencapai 30 setra ternak.
Di Kecamatan Mengwi tercatat ada sebanyak 14 sentra dan Abiansemal sebanyak 16 sentra, dengan jumlah pemeliharaan sebanyak 100 ekor lebih.
Selain sentra ternak, ada sebanyak 300 lebih warga Badung yang memelihara babi.
Dari catatan Dinas Pertanian sebelumnya, ada sebanyak 20 peternak yang mengeluhkan penyakit babi tersebut, dengan kepemilikan yang bervariasi.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/wabah-penyakti-babi-di-badung.jpg)