Pengakuan Korban Reynhard Sinaga, Tabir Kejahatan Terkuak di Iphone4 Putih dari Saku Celana Korban

Sorotan muncul lagi setelah media Inggris, Daily Mail edisi Minggu (26/1), mempublikasikan wawancara dengan seorang pria berusia 21 tahun,

Editor: Ady Sucipto
dok/ist
Reynhard Sinaga 

Pengakuan Korban Reynhard Sinaga: Tabir Kejahatan Terkuak di Iphone4 Putih dari Saku Celana Korban

TRIBUN-BALI.COM, MANCHESTER -- Reynhard Sinaga (36), warga negara Indonesia yang dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Manchester, Inggris, karena memperkosa 195 pria, kembali jadi sorotan.

Sorotan muncul lagi setelah media Inggris, Daily Mail edisi Minggu (26/1), mempublikasikan wawancara dengan seorang pria berusia 21 tahun, sebut saja Peter (nama samaran), korban perkosaan yang kemudian melapor ke polisi.

Laporan Peter pada  1 Juni 2017 itu kemudian membuka tabir kejahatan Reynhard, warga Depok, Jawa Barat yang menggemparkan Inggris.

Sebelum lapor polisi, Peter mengaku sempat bertarung dengan Reynhard di apartemen tempat ia mengalami perkosaan.

Saat itu usia Peter masih 18 tahun.

"Saya sempat mengira telah membunuhnya. Dia tidak bergerak. Saya telah memukulinya hingga di luar batas. Saya melakukan apa yang harus saya lakukan pada saat itu untuk bertahan hidup," kata Peter.

Setelah berhasil keluar dari apartemen Reynhard, Peter menelepon ibunya, minta dijemput di lokasi semula ketika ia diturunkan enam jam sebelumnya.

Setelah melapor kepada polisi, Peter sempat ditahan selama 11 jam karena dicurigai menganiaya Reynhard hingga pingsan.

Beruntung polisi menemukan handphone milik Reynhard yang dipakai untuk merekam tindakan perkosaannya.

Akhirnya polisi mempercayai laporan Peter mengenai perkosaan terhadap dirinya sehingga remaja itu kemudian dibebaskan.

Reynhard Sinaga dinyatakan bersalah memperkosa 195 pria, setelah melumpuhkan mereka menggunakan obat bius.

Uniknya Reynhard merekam sejumlah perkosaan itu.

Para korban mengaku sering tidak memiliki firasat buruk terhadap pelaku. Hingga saat ini sebanyak 70 korban belum dapat diidentifikasi.

Orangtua Peter takut terhadap efek perkosaan itu dan kondisi psikologis anaknya di masa depan.

Pengadilan mendengar kesaksian beberapa korban Reynhard Sinaga menderita gangguan psikologi yang berat, dan dua orang mencoba bunuh diri.

Sekarang, Peter telah lulus kuliah. Selama kuliah dia menceritakan pengalaman buruk itu kepada pacarnya. Ia kini bekerja sebagai pelatih olahraga.

Ia menolak disebut pahlawan karena membuka tabir Reynhard.

Namun ia mengakui tindakannya melapor ke polisi telah membantu pemulihannya.

Semua bermula ketika pada pengujung Mei 2017, Peter dan teman-temannya minum-minum di sebuah pub sebelum menuju ke acara di klub bernama Factory. 

Sekira pukul 00.30, ia  keluar dari klub karena merasa gerah dan berkeringat.

Dia mengaku setengah mabuk setelah minum lager dan vodka.

Peter duduk di sebuah lorong sambil mencoba menghubungi temannya melalui telepon.

Mendadak muncul seorang pria muda yang mengajak mengobrol.

"Saya pikir dia seorang siswa yang keluar setelah minum-minum. Dia bilang namanya Rey. Kami mengobrol sekira 10 menit. Dia mengaku seorang mahasiswa," kata Peter.

Pusing dan Mual

Pria berkacamata itu, Reynhard, tampak sederhana dan ramah.

Reynhard kemudian menawari Peter bertandang ke apartemennya, tak jauh dari lokasi itu. Rupanya Peter setuju.

Apartemen Reynhard berada di lantai tiga, kecil dan berantakan, khas tempat tinggal mahasiswa.

Ada kamar tidur dilengkapi tempat tidur ganda dan meja, area dapur, dan kamar mandi.

"Saya pergi ke toilet dan ketika saya keluar dia menuangkan dua tetes cairan bening seperti vodka atau sambuca, saya tidak yakin apa itu. Kami terus mengobrol," kata Peter.

Reynhard mengaku dari Indonesia dan Peter menganggapnya sangat normal.

Reynhard Sinaga kemudian menuangkan cairan merah. Dalam beberapa menit setelah meminumnya, Peter mulai merasa pusing dan mual.

Saat itu Peter ingin menelepon kawan-kawannya tapi dicegah Reynhard.

"Dia berkata, kamu hanya perlu duduk dan santai. Kamu tidak dalam keadaan baik untuk melakukan apapun. Ia  sangat tenang dan peduli," kenangnya.

Tak lama kemudian Peter pingsan. Saat terbangun empat jam kemudian, Peter  dalam kondisi tertelungkup di atas selimut di lantai kamar. 

Ia baru menyadari telah mengalami serangan seksual.

"Saya bingung, dalam menghadap ke bawah di atas bantal. Saya ingat celana dan jins saya melorot hingga ke lutut saya. Ia berada di atasku dan celananya di bawah," ujarnya.

Tak lama kemudian Reynhard melompat dan berlari keluar ruangan.

"Dia kembali ke kamar. Saya berkata kepadanya, apa yang terjadi? Saya hanya ingin pulang. Ia lalu berteriak, penyusup! Ada penyusup," kata Peter.

Tak lama kemudian Reynhard menyerang Peter. Ia menggigit bahu dan perutnya. Peter membalas.

"Kami bergulat.  Saya berhasil memukul kepalanya beberapa kali. Saya memukul dan menyikutnya," tambah Peter.

Rahasia Tersimpan di HP Putih

Sebelum Peter melapor ke polisi di Manchester pada 1 Juni 2017, ia menyebut terjadi perkelahian hebat di apartemen Reynhard Sinaga.

Korban merasa di atas angin karena tubuhnya lebih besar dari pelaku perkosaan.

Pergumulan terjadi di tempat tidur.

"Aku mendorongnya ke tempat tidur. Dia meraih kaus saya dan menarik saya ke atas. Dia meraih saya dan menggigit saya. Saya memukulnya beberapa kali lagi dan dia berbaring di tempat tidur," ujar Peter kepada Daily Mail dalam publikasi Minggu (26/1).

Ketika Reynhard mulai linglung, Peter mengumpulkan barang barangnya.

"Saya keluar dari kamar dan menemukan telepon saya di kamar mandi, begitu juga dompet saya. Dia pasti mengeluarkannya dari sakuku ketika aku pingsan,"'katanya.

Ketika hendak keluar, ternyata pintu terkunci. Saat itu Reynhard melompat ke punggung Peter.

Korban kemudian  memukuli kepala si pemerkosa. "Aku meninju kepalanya dan akhirnya dia melepaskanku. Saya membuka pintu depan dan berlari keluar."'

Jins biru Peter dan kaus hitam basah oleh darah Reynhard Sinaga. Dia memeriksa teleponnya tetapi kehabisan baterai sehingga dia berlari di seberang jalan dan menghentikan seseorang.

Peter menggunakan telepon orang itu untuk menghubungi ibunya.

"Aku minta ibu menjemputku di tempat ia menurunkanku semalam," katanya.

Ketika menunggu, dia berpikir Reynhard mungkin sudah mati.

"Untuk sesaat aku berpikir untuk tidak memanggil polisi karena aku khawatir akan mendapat masalah. Tetapi aku harus melakukannya. Saya perlu memberitahu mereka apa yang telah terjadi."

Peter kembali ke dalam blok apartemen dan mengetuk sebuah apartemen di lantai pertama untuk meminjam telepon.

"Saya menelepon 999. Saya berkata, saya pikir saya telah diperkosa dan telah memukuli pria ini di apartemennya."

Ketika ibu Peter tiba 20 menit kemudian, polisi telah berada di lokasi kejadian.

Reynhard Sinaga terbaring dalam genangan darah di lorong apartemen.

Celakanya Peter justru ditangkap karena dicurigai menyerang Reynhard.

Diminta mengeluarkan isi sakunya, Peter terkejut menemukan iPhone 4 putih di saku belakang celana jinsnya.

Rupanya Peter keliru meraih telepon milik Reynhard Sinaga.

Ternyata benda itu justru merupakan temuan penting karena video dan gambar lusinan pria yang telah dibius dan diperkosa oleh pelaku Sinaga selama 2,5 tahun sebelumnya.

Polisi juga menemukan iPhone kedua di flat Reynhard Sinaga yang digunakan untuk merekam perkosaan terhadap Peter.

"Semula mereka (polisi) menganggap saya pelaku penganiayaan terhadap seorang pria Asia yang tubuhnya setengah dari ukuran tubuh saya. Polisi bertanya apakah saya homoseksual? Saya bilang saya jujur."

Setelah 11 jam ditahan, Peter dibebaskan dengan jaminan polisi dan diizinkan pulang.

Kemudian, ia diberitahu tentang penemuan telepon kedua iPhone 6 hitam dari bawah tempat tidur Reynhard Sinaga.(feb)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved