Harga Cabai Naik di Badung, Ini yang Akan Dilakukan TPID
Pasokan cabai di Badung semakin berkurang lantaran petani kini jarang menanam cabai lantaran cuaca.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Kander Turnip
Harga Cabai Naik di Badung, Ini yang Akan Dilakukan TPID
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Belakangan ini harga cabai di Kabupaten Badung, Bali, naik melambung tinggi.
Bahkan harga cabai dinilai tak turun-turun karena pasokan cabai semakin berkurang.
Menyikapi hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Badung berencana menjalin kerjasama dengan daerah lain dalam upaya memasok lebih banyak cabai ke pasaran.
Kerjasama yang dilakukan disebut-sebut untuk menstabilkan harga cabai yang saat ini di pasaran tembus Rp 95.000 per kilogram.
Selain menyetabilkan harga, pasokan cabai di Badung semakin berkurang lantaran petani di Badung kini jarang menanam cabai lantaran cuaca yang tidak menentu.
Kabag Perekonomian Setda Badung AA Sagung Rosyawati yang juga selaku Koordinator Tim Kesekretariatan TPID Badung saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut.
Menurutnya, semua itu adalah solusi untuk memperoleh pasokan jangka pendek.
“Kemungkinan menjajaki kerjasama dengan kabupaten lain untuk memasok cabai merupakan program jangka pendek. Kalau tidak dengan kabupaten yang ada di Bali, karena kenaikan harga cabai merata di seluruh Bali, kami akan lakukan penjajakan dengan Kabupaten Banyuwangi, Lumajang, dan Blitar, Jawa Timur,” katanya, Selasa (28/1/2020).
Menurut Rosyawati, rencana menjalin kerjasama ini bahkan sudah dikomunikasi dengan Perumda Pasar Mangu Giri Sedana Kabupaten Badung.
Maka dia berharap semakin cepat menjalin kerjasama, tentu semakin baik.
Pihaknya mengakui saat ini saat ini harga cabai di pasaran telah mencapai Rp 95.000.
Maka dari itu pihaknya harus cepat melakukan langkah untuk meminimalisir itu.
“Makanya, kami akan segera menyampaikan ke pimpinan atas kondisi yang terjadi. Mudah-mudahan segera ada solusi, sebab kita tidak mau menunggu harga cabai mencapai di atas Rp 100.000 per kilogram,” ungkapnya
Program jangka pendek lainnya, terangnya TPID Badung akan meningkatkan pemantauan ke lapangan.
Pemantauan ini dilakukan agar tidak ada oknum supplier maupun tengkulak yang memanfaatkan keterbatasan produksi untuk mencari keuntungan yang sangat tinggi.
“Bisa saja kan tengkulak membeli cabai pada petani lebih murah. Setelah itu ditimbun dan dijual di pasaran dengan harga tinggi,” bebernya sembari mengatakan untuk di Badung belum ada.
Disinggung program jangka panjang untuk menstabilkan harga cabai, Soryawati menyebut akan melakukan beberapa langkah.
Pertama, mendorong penambahan luas tanam cabai dengan cara membantu bibit pupuk dan obat-obatan kepada petani, termasuk mengatur pola tanam, sehingga produksi merata sepanjang tahun.
Kemudian, mendorong masyarakat memanfaatkan tanah pekarangan untuk menanam cabai.
“Tak kalah pentingnya, kami akan mendorong desa untuk memanfaatkan dana APBDes dalam pengadaan bibit cabai yang disebar kepada masyarakat. Ini kita lakukan karena kejadian ini seakan menjadi musiman. Dari Desember hingga triwulan pertama pasokan cabai akan menurun,”jelasnya.
Lanjut Rosyawati menjelaskan, melambungnya harga cabai ini hampir terjadi setiap tahun.
Salah satunya penyebabnya adalah berkurangnya produksi karena faktor cuaca.
Seiring denga musim hujan, produksi cabai menurun dengan drastis di seluruh wilayah di Bali.
Sehingga kondisi ini menyebabkan harga cabai meningkat dengan tajam.
“Untuk jumlah berapa kita akan lakukan pasokan itu belum. Sementara kita akan jajaki dulu untuk melakukan pemasokan cabai ini,” pungkasnya. (*)