Pemprov Bali Tanggapi Kasus Kematian Sapi di Bangli, Sebut Karena Keracunan Pestisida

Dirinya mengatakan, guna melakukan pencegahan kematian sapi berikutnya maka harus diketahui secara pasti penyebabnya.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Eviera Paramita Sandi
Kolase Tribun Bali
Pengambilan sampel sapi yang mati mendadak di Bangli. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kematian sejumlah sapi secara misterius di Kabupaten Bangli beberapa hari lalu akhirnya disikapi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, mengenai adanya kematian sapi tersebut, tim dokter hewan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali sudah turun.

Berdasarkan hasil laporan tersebut, Sekda Dewa Indra mengklaim bahwa kematian sapi tersebut diduga karena rumput yang dimakan oleh sapi.

Rumput tersebut bisa menyebabkan kematian diduga karena mengandung pestisida.

“Karena dokter hewan dari sini, dari dinas sudah turun ke sana melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanannya. Jadi penyakit yang disebutkan di media itu, menurut dokter hewan tidak demikian adanya,” klaimnya.

Oleh karena itu, kata Dewa Indra, saat ini sedang diperiksa tempat peternak tersebut menyabit untuk mencari pakan sapi apakah mengandung pestisida atau tidak.

“Karena rumput yang disabit itu disampingnya ada tanaman lain, diduga habis nyemprot,” tuturnya.

Dirinya mengatakan, guna melakukan pencegahan kematian sapi berikutnya maka harus diketahui secara pasti faktor penyebabnya.

Jika nantinya memang disebabkan karena rumput yang dimakan mengandung pestisida maka upaya pencegahan juga dilakukan pada faktor tersebut.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah sapi di wilayah Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali mengalami kematian mendadak.

Walau telah dilakukan pengambilan sampel, hingga kini belum ada kejelasan apa faktor penyebab kematian ternak warga.

Perbekel Desa Ulian, Kintamani, I Wayan Berana mengungkapkan kematian sapi di wilayah Desa Ulian sudah diketahui sejak sebulan terakhir.

Hingga kini, setidaknya terdapat 30 ekor sapi yang telah mati.

"Sekarang kematiannya sudah sedikit mereda. Memasuki bulan Februari ini belum ada laporan kematian lagi,” ucapnya Senin (3/2/2020)

Berana mengungkapkan, pihak desa sejatinya sudah melaporkan musibah itu kepada bagian peternakan, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli.

Pihak dinas pun sudah turun ke lapangan untuk melakukan pengambilan sampel.

Meski demikian, hingga saat ini belum ada jawaban pasti mengenai apa penyebab kematian ternak warga tersebut.

“Hanya praduga manten, kira-kira keracunan manten. Turun ten wenten hasil yang pasti,” ujarnya dengan nada kesal.

Ciri-ciri kematian sapi di Desa Ulian cenderung mendadak.

Pasalnya ketika sapi diberi makan pagi hari, pada sore harinya sapi telah ditemukan mati.

Beberapa kejadian juga diketahi kematian baru terjadi keesokan harinya.

Kematian sapi juga tidak menimbulkan gejala apapun.

“Padahal hanya diberi makan rumput saja. Kematian ini terjadi pada sapi dewasa maupun anakan,” katanya.

Kematian yang cenderung mendadak tak ayal menyebabkan para peternak lain dihantui kecemasan.

Berana mengakui tak sedikit warganya yang memiliki sapi terpaksa menjual dengan harga miring.

Dari yang seharusnya sapi dewasa usia tiga tahunan laku seharga Rp. 11 juta, kini hanya dijual seharga Rp. 8 juta.

“Warga cemas kalau sapinya mati. Karenanya cepat-cepat dijual meskipun harus banting harga. Ini merupakan kejadian pertama kali. Beberapa warga yang sapinya mati ada yang terpaksa mengubur, ada pula yang menjual. Walaupun hanya laku Rp. 500 ribu,” ucapnya.

Berana menambahkan para peternak sekitar berharap agar pihak dinas segera memberikan keterangan pasti, apa penyebab kematian tersebut. Dengan demikian para peternak bisa mengantisipasi jika kedepannya terjadi hal serupa.

“Saat ini peternak sekitar hanya bisa pasrah. Tidak ada upaya apapun karena para petani juga tidak tahu apa penyebab kematiannya,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved