Korban Meninggal Virus Corona Kini Lampaui Sars, Tercatat 813 Meninggal Dunia dalam 40 Hari

Korban meninggal dunia akibat wabah virus Corona baru (novel coronavirus) terus bertambah.

Editor: Ady Sucipto
SCMP/Xinhua
Tim medis memberikan kode kepada salah satu pasien virus corona. Dokter di Kota Wuhan mengisahkan bagaimana suka duka mereka dalam merawat pasien yang positif terkena virus. 

Korban Meninggal Virus Corona Lampaui Sars, Tercatat 813 Meninggal Dunia dalam 40 Hari

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Korban meninggal dunia akibat wabah virus Corona baru (novel coronavirus) terus bertambah.

Korban meninggal akibat virus itu kini bahkan sudah melampaui korban yang tewas akibat wabah SARS atau infeksi saluran pernapasan akut pada tahun 2002–2003.

Kementerian Kesehatan China pada Minggu (9/2) pagi mengumumkan ada 10 kematian baru akibat virus Corona.

Dengan demikian, jumlah pasien meninggal akibat virus itu kini menjadi 813 di China.

Pengumuman ini disampaikan hanya beberapa jam setelah China melaporkan jumlah korban yang meninggal akibat virus novel corona ini sebesar 803.

Jumlah kematian tersebut terjadi hanya dalam jangka waktu satu bulan lebih atau tepatnya 40 hari setelah virus Corona dilaporkan oleh Pemerintah China pada 31 Desember 2019.

Angka kematian itu membuat kasus Corona kini lebih mematikan dibanding Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang pernah menyerang secara global pada 2002-2003. Epidemi SARS, yang juga dimulai dari China, menewaskan 774 orang di seluruh dunia.

Kasus kematian dengan lonjakan terbesar terjadi di Provinsi Hubei yang menjadi tempat awal penyebaran wabah Corona, yaitu 81 kematian.

Korban meninggal pun tercatat terbanyak di provinsi ini yakni 780 orang.

Hubei merupakan provinsi dengan ibu kota Wuhan, kota yang jadi sumber penyebaran virus Corona.

Kasus kematian tersebut termasuk seorang warga negara Amerika Serikat yang meninggal akibat virus Corona jenis baru ini di Wuhan.

Ini menjadi kasus kematian pertama warga negara  AS yang disebabkan oleh Corona.

Di luar dataran China, telah ditemukan masing-masing satu korban meninggal akibat virus mematikan ini yakni di Filipina dan Hong Kong.

Selain jumlah korban meninggal, Pemerintah China juga mengumumkan ada 2.600 kasus baru yang dilaporkan di negara tersebut.

Dengan tambahan kasus baru, jumlah penderita virus Corona di Negeri Tirai Bambu itu melonjak menjadi 37.198 kasus.

Jumlah kasus infeksi baru pada Sabtu (8/2) sebenarnya mencatat penurunan pertama sejak 1 Februari 2020, berkurang lagi di bawah 3.000 menjadi 2.656 kasus.

Sebanyak 2.147 kasus di antaranya berada di Provinsi Hubei.

Namun menurut profesor epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat di Universitas Michigan, Joseph Eisenberg, terlalu dini untuk menentukan apakah epidemik tersebut sedang mencapai puncaknya, lantaran ketidakpastian dalam jumlah kasus.

"Bahkan jika kasus yang dilaporkan mungkin memuncak, kami tidak tahu apa yang terjadi dengan kasus yang tidak dilaporkan," katanya.

Secara keseluruhan virus Corona kini telah menjangkiti 37.000 orang di 28 negara, termasuk kawasan Asia Tenggara.

Temuan orang terinfeksi virus Corona terbanyak yakni di Singapura 33 orang dan Thailand 32 orang.

Untuk wilayah Indonesia, Kementerian Kesehatan belum melaporkan adanya kasus pasien positif virus Corona, sehingga masih terbilang aman.

Sementara 238 WNI yang dievakuasi dari Wuhan masih diobservasi di Natuna dan belum menunjukkan gejala.

Namun di Singapura, ada 1 WNI yang dinyatakan positif terjangkit. Perempuan yang berprofesi TKI itu tertular dari majikannya saat menjaga toko.

Sejumlah turis China yang positif virus Corona sebelumnya sempat mengunjungi toko tersebut.

Di Jepang, 78 WNI harus ikut diisolasi 14 hari bersama 3.700 penumpang kapal pesiar Diamond Princess.

Sebab, 1 penumpang kapal asal Hong Kong dinyatakan positif Corona saat turun dari kapal, dan menularkannya ke 64 penumpang lain dari berbagai negara.

Hingga saat ini belum ditemukan obat yang cocok dan efektif untuk menangkal virus asal Wuhan tersebut.

Para ahli juga masih meneliti dari mana virus itu berasal, namun dugaan mengarah ke kelelawar, trenggiling, hingga ular yang dijajakan di Pasar Huanan Wuhan sebagai makanan. 

Meski jumlah korban terinfeksi dan meninggal dunia terus bertambah, korban yang kondisinya pulih juga dilaporkan meningkat menjadi 2.665 orang. Sebanyak 1.439 di antaranya di Hubei.

Waspada ke Singapura

Sementara itu, Pemerintah Indonesia meningkatkan status kewaspadaan perjalanan ke Singapura menyusul peningkatan penilaian risiko Disease Outbreak Response System Condition (DORSCON) dari warna kuning menjadi warna oranye oleh Kementerian Kesehatan Singapura (MoH) pada Jumat 7 Februari 2020.

Penetapan penilaian risiko DORSCON di Singapura tersebut didasari atas terkonfirmasinya tambahan kasus yang terinfeksi 2019-nCoV di Singapura serta adanya fakta bahwa beberapa kasus infeksi tersebut bersifat lokal yang tidak memiliki hubungan dengan kasus sebelumnya atau tidak memiliki riwayat perjalanan ke China.

Dengan penetapan indikator DORSCON menjadi warna oranye tersebut, wabah 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) telah dikategorikan sebagai virus yang berbahaya sehingga pemerintah Singapura akan melakukan berbagai langkah penanganan dan pencegahan guna mengurangi risiko transmisi virus lebih lanjut.

"Merespon perkembangan penyebaran virus Corona baru (2019-nCoV) di Singapura, status tingkat kewaspadaan perjalanan ditingkatkan menjadi Kuning," kata keterangan resmi dari Kementerian Luar Negeri RI kemarin.

Kemlu juga mengimbau kepada WNI yang hendak melalukan perjalanan ke Singapura untuk melakukan sejumlah langkah terkait dengan peningkatan status kewaspadaan perjalanan tersebut.

Imbauan tersebut di antaranya meminta masyarakat menjaga stamina fisik dan psikis, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, rutin mencuci tangan, menggunakan masker, mengurangi aktivitas di luar rumah, serta menghindari interaksi dengan keramaian publik.

"Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengimbau Anda yang sedang dan/atau akan bepergian ke Singapura untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan berbagai langkah pencegahan transmisi wabah 2019 novel coronavirus (2019-nCoV)," sebagaimana dikutip dari ketetangan resmi Kemlu.

Kemlu juga menginformasikan agar WNI yang mengalami permasalahan darurat saat berada di Singapura untuk menghubungi hotline KBRI Singapura di nomor: +65 67377422.

Selain itu, dalam kondisi darurat, anda juga dapat menggunakan Tombol Darurat aplikasi Safe Travel Kementerian Luar Negeri untuk menghubungi Perwakilan RI dimaksud.

KBRI di Singapura juga mengimbau WNI yang ada di Negeri Singa tidak panik.

Imbas kenaikan status tersebut, sebelumnya sempat viral warga Singapura menyerbu pusat perbelanjaan untuk memborong barang kebutuhan hidup.

"Pemerintah SG (Singapura) melalui Menteri Perdagangan dan Investasi menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu merespok kenaikan DORSCON dengan kepanikan," tulis KBRI Singapura di akun resmi twitternya.

WNI di China

Sementara itu, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun menyebut dari sekitar 15.800 WNI yang mayoritas pelajar, saat ini yang diperkirakan masih berada di China sekitar 1.500 orang.

Jumlah itu termasuk tujuh orang yang berada di Provinsi Hubei, terutama Kota Wuhan, yang menjadi lokasi awal wabah virus Corona.

"Sudah. Sebagian besar sudah pada pulang. Apalagi libur sekolah diperpanjang," kata Djauhari, kemarin.

Djauhari menambahkan, banyaknya WNI yang telah meninggalkan China tidak terlepas dari adanya imbauan dari Kementerian Pendidikan China dan KBRI Beijing agar pulang ke Tanah Air untuk sementara waktu.

Kementerian Pendidikan sebelumnya mengumumkan perpanjangan masa libur semester Tahun Baru Imlek hingga batas waktu yang belum ditentukan.

"Menyikapi merebaknya wabah virus Corona di China akhir-akhir ini, bagi warga negara Indonesia di seluruh China sekiranya tidak ada kepentingan yang mendesak, kami mengimbau untuk kembali ke Indonesia sampai situasi normal kembali," demikian surat keterangan yang ditandatangani Koordinator Fungsi Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing Ichsan Firdaus tertanggal 29 Januari 2019 itu. Terkait kondisi WNI yang berada di Provinsi Hubei, Djauhari memastikan saat ini mereka dalam kondisi baik.

Ia mengaku, setiap hari berkomunikasi dengan mereka melalui sambungan video call.

Untuk diketahui, empat dari tujuh WNI yang berada di Hubei memilih untuk tidak meninggalkan provinsi tersebut saat 237 rekan-rekan mereka dievakuasi pemerintah pada 1 Februari lalu.

Adapun tiga orang lainnya batal berangkat karena tidak memenuhi syarat protokol kesehatan, akibat kondisi tubuh yang naik.

Namun, kenaikan suhu badan ketiga WNI itu hanya berlangsung sementara karena begitu pesawat Batik Air bertolak dari Wuhan menuju Batam karena kondisi mereka berangsur stabil sehingga harus kembali ke asrama kampus masing-masing tanpa mendapatkan perawatan khusus. (tribun network/cnn/gta/dod/wil)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved