Ilmuwan China: Obat Antimalaria Mampu Obati Pasien Virus Corona

ilmuwan China mengkonfirmasi Chloroquine Phosphate yang merupakan obat antimalaria, memiliki efek kuratif tertentu pada penyakit virus corona

EPA-EFE/YUAN ZHENG CHINA OUT
Pekerja rumah duka mengambil jenazah seorang penduduk, yang dilaporkan meninggal karena novel coronavirus (2019-nCoV) di rumah, di luar gedung tempat tinggal di Wuhan, di provinsi Hubei, Tiongkok tengah, 01 Februari 2020 

TRIBUN-BALI.COM- Berdasarkan hasil uji klinis, para ilmuwan China telah mengkonfirmasi bahwa Chloroquine Phosphate yang merupakan obat antimalaria, memiliki efek kuratif tertentu pada penyakit virus corona (Covid-19).

Melansir The Star yang mengutip Xinhua, hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat China pada Senin (17/2/2020).

The Star menuliskan, menurut Sun Yanrong, wakil kepala Pusat Nasional Nasional Pengembangan Bioteknologi di bawah Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, para ilmuwan "dengan suara bulat" menyarankan bahwa obat tersebut bisa dimasukkan dalam versi berikutnya dari pedoman pengobatan dan diterapkan dalam uji klinis yang lebih luas sesegera mungkin.

Sun menjelaskan, Chloroquine Phosphate, yang telah digunakan selama lebih dari 70 tahun, dipilih dari puluhan ribu obat yang ada setelah beberapa putaran skrining uji coba.

Menurutnya, obat tersebut telah melalui uji klinis di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing, serta di Provinsi Guangdong China selatan dan Provinsi Hunan di China tengah, dan telah menunjukkan kemanjuran yang cukup baik.

Dalam uji coba, kelompok pasien yang telah menggunakan obat telah menunjukkan indikator yang lebih baik daripada kelompok paralel mereka, terkait berkurangnya demam, peningkatan gambar pada CT paru-paru, dan persentase pasien yang menjadi negatif dalam tes asam nukleat virus.

"Pasien yang menggunakan obat juga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk pulih," tambahnya kepada Xinhua.

Sun memberi contoh seorang pasien berusia 54 tahun di Beijing, yang dirawat di rumah sakit empat hari setelah menunjukkan gejala virus corona.

Setelah minum obat selama seminggu, ia melihat semua indikator membaik dan asam nukleat berubah negatif.

Sejauh ini, tidak ada reaksi merugikan serius yang jelas terkait dengan obat telah ditemukan di antara lebih dari 100 pasien yang terdaftar dalam uji klinis, katanya.

Sementara itu, melansir South China Morning Post, otoritas kesehatan China pada hari Selasa melaporkan terdapat 1.886 kasus virus corona baru dan 98 kematian di China daratan.

Kondisi itu menjadikan totalnya masing-masing menjadi 72.436 dan 1.868, per Senin (17/2/2020) tengah malam.

Provinsi Hubei, pusat wabah virus corona, melaporkan 1.807 kasus baru di mana 1.600 di antaranya terjadi di ibukota provinsi Wuhan.

Dilaporkan pula ada 93 kematian di wilayah ini.

Di sisi lain, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan ada sekitar 1.701 pasien yang telah pulih pada Senin.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved