Mengapa Pria Lebih Mudah Terinfeksi Virus Corona Daripada Wanita?

Virus corona, layaknya virus lain tentu menyerang beberapa grup rentan seperti anak-anak dan lansia.

Editor: Eviera Paramita Sandi
AFP/ISAAC LAWRENCE
Pekerja yang mengoperasikan mesin yang memproduksi masker bedah di sebuah pabrik di Hong Kong. Rabu (19/02/2020). Menghadapi kekurangan di tengah wabah virus, warga Hong Kong telah mulai membuat masker wajah mereka sendiri, dari pabrik profesional hingga penjahit home industri 

Menurutnya, ada sesuatu hal yang membuat sistem imun wanita lebih subur.

Namun sepertinya kaum wanita juga harus menerima kenyataan adanya kerentanan mereka terhadap penyakit autoimun.

Penyakit autoimun seperti rheumatoid, arthritis dan lupus banyak menyerang wanita karena kekebalan mereka bergeser menjadi penyerangan terhadap organ dan jaringan tubuh mereka sendiri.

Untuk itu, menurut Dr. Clayton, sebanyak 80 persen wanita memiliki penyakit autoimun.

Meski alasan tentang sistem imun wanita lebih kuat masih dalam penelitian awal, sebuah hipotesis mengatakan adanya kemungkinan pemberian antibodi dari seorang ibu kepada anak perempuannya melalui ASI mempengaruhi sistem imunnya.

Anak perempuan yang menyusu ASI dari sang ibu menyerap antibodi dari ibunya membantunya melawan berbagai penyakit di saat sistem imunnya masih berkembang.

2. Faktor Biologis

Faktor biologis juga bisa menjadi alasan, termasuk hormon estrogen wanita yang memainkan peran dalam imunitas.

Kenyataan, wanita membawa dua kromosom yang memuat gen terkait kekebalan tubuh.

Sedangkan pria hanya membawa satu kromosom.

Penelitian ini diambil dari percobaan dua ekor tikus, satu jantan dan satu lagi betina.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa tikus jantan lebih rentan menghadapi virus corona dibandingkan tikus betina, dengan perbedaan usia keduanya.

Tikus jantan mengembangkan virus dalam paparan rendah memiliki respon kekebalan tubuh yang lebih rendah.

Bahkan sangat rendah untuk membersihkan virus dari tubuhnya.

"Mereka mengalami kerusakan paru-paru dan memiliki tingkat kematian lebih tinggi," ungkap Profesor Stanley Perlman, ahli mikrobiologi dari Universitas Ioma yang menjadi senior dalam kajian ini.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved