Kru Kapal Diamond Princess Asal Bali
Sangat Takut di Kapal Sejak Awal Januari, Kru Kapal Diamond Princess Asal Bali Minta Dipulangkan
Warga Bali yang bekerja di kapal pesiar Diamond Princess meminta pemerintah segera memulangkan mereka dari Jepang.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Sangat Takut Berada di Kapal Sejak Awal Januari, Kru Kapal Diamond Princess Asal Bali Minta Dipulangkan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- Warga Bali yang bekerja di kapal pesiar Diamond Princess meminta pemerintah segera memulangkan mereka dari Jepang. Mereka sangat takut terjangkit virus corona.
Keluarga kru kapal itu di Bali pun resah dan terus berdoa demi keselamatan anak atau sanak famili mereka di kapal tersebut.
Sebanyak 78 Warga Negara Indonesia (WNI) berada di kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama Jepang sejak Januai 2020 karena sebagian penumpang terjangkit virus corona.
Harapan kru kapal asal Indonesia agar pemerintah segera memulangkan mereka antara lain disampaikan dalam sebuah video.
“Kepada Pak Presiden Jokowi yang terhormat, kami yang berada di Diamond Princess di Yokohama sangat takut, ibaratnya dibunuh pelan-pelan.
Kami di sini untuk menghidupi keluarga di Indonesia, jangan biarkan kami sakit dan mati perlahan-lahan karena kelamaan dievakuasi,” kata seorang wanita dalam video tersebut.
Seorang pria menambahkan, “Kami mohon, jangan dijemput dengan menggunakan kapal yang memakan waktu dua minggu perjalanan sampai ke Jepang. Jemput kami sekarang Pak dengan pesawat.
Kami semua sudah dites dan hasilnya negatif. Yang positif sudah dievakuasi ke rumah sakit. Terima kasih Pak Presiden.” Permintaan mereka dalam video itu diakhiri dengan kata, “Merdeka!”
Tribun Bali menghubungi WNI asal Bali yang ada dalam video tersebut, I Wayan Sudiarta melalui WhatsApp, Senin (24/2) pagi.
Sudiarta asal Sandan Tegeh Tabanan tapi tinggal di Lampung.
“Ya saya sekarang masih di Yokohama. Nggih kenten sampun niki (Ya seperti itulah) semua kru Indonesia di sini berharap sekali pada pemerintah Indonesia untuk segera mengevakuasi kami,” kata Sudiarta.
Dia mengatakan dua hari lalu, sebanyak 69 orang WNI yang menjadi kru kapal itu dinyatakan negatif Covid-19 atau corona.
"Yang sisanya 9 orang dari Indonesia positif, sudah sudah dibawa ke rumah sakit di Tokyo,” katanya.
Sudiarta cemas kalau tidak segera dievakuasi, mereka yang masih sehat bisa terpapar virus corona. “Biar yang negatif tidak menjadi positif nanti,” katanya.
Menurut Sudiarta, penumpang kapal pesiar milik Inggris itu pertama kali ketahuan tertular virus corona saat berada di Hong Kong.
Dari Hong Kong kapal itu berlayar menuju Taiwan kemudian balik ke Jepang sebagai home port-nya. Sudiarta dan penumpang kapal lainnya menjalani karantina sejak 5 Januari 2020.
Selama proses karantina mereka tak diizinkan keluar dari kapal.
"Sekarang masih di kapal, tidak pernah keluar," ujarnya.
Sejak mengkuti karantina, I Wayan Sudiarta hampir setiap hari menghubungi keluarganya yang kini tinggal di Lampung.
"Nggih hampir setiap hari ngasi informasi ke keluarga agar tidak cemas," " katanya.
Selama karantina mereka tetap bekerja melayani para penumpang. Di kapal itu ada dokter dan tenaga medis.
"Diamond Princess sudah bekerja dengan Pemerintah Jepang menyediakan tenaga medis, perawat dan juga ambulans. Semua stand by," tuturnya.
Kru kapal Diamond lainnya asal Bali, I Ketut Janu Artika (27) juga ingin segera pulang karena takut terjangkit corona.
" Kalau stres sebenarnya tidak, tapi kami sangat takut terpapar virus corona," ungkap Janu Artika saat dihubungi melalui akun media sosialnya, Senin (24/2).
Janu Artika bekerja di bagian buffee steward. “Ada warga Bali yang juga bekerja di sini pak, tapi saya tidak tahu jumlahnya," katanya.
Janu mengakui dia dan beberapa rekannya sudah menjalani tes corona dan hasilnya negatif.
I Nengah Sudarma (40), warga Desa Tangkas, Klungkung mengkhawatirkan kondisi adik iparnya, I Ketut Janu Artika.
"Kami memantau keadaannya dari media sosial, dan astungkara sampai saat ini dalam keadaan baik dan sehat," ujar I Nengah Sudarma saat ditemui di kediamannya di Banjar Meranggen, Desa Tangkas, Senin (24/2).
Kediaman Janu Artika tampak lenggang, saat di sambangi, Senin (24/2) sekitar pukul 11.00 Wita.
Ayah Ketut Janu Artika, Nyoman Suardana saat itu masih bekerja sebagai sopir angkutan umum. Ibunya, Ni Wayan Mastini berjualan di pasar.
Sudarma menjelaskan, Artika yang merupakan anak ke-4 dari 6 bersaudara, bekerja di Kapal Pesiar Diamond Princess sejak 20 Januari.
Ia bekerja selama 8 bulan ke depan. Janu Artika sudah beberapa kali kerja di kapal pesiar.
"Saudara kembarnya, I Komang Artawan juga bekerja di kapal pesiar. Namun di kapal yang berbeda," ungkapnya.
Pihak keluarga terus berkomunikasi dengan Janu Artika melalui medsos sembari berdoa agar dia diberikan kesehatan selama berada di Jepang.
"Saya tahu kondisi di kapal itu bagaimana. Kalau lama di sana, takutnya malah bisa kena virus," ujarnya.
Pemerintah Akan Jemput
Sementara itu, pemerintah memastikan akan menjemput WNI yang masih berada di kapal pesiar Diamond Princess.
"Pada prinsipnya akan dijemput sudah resmi pernyataan Presiden," ujar Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politi, Hukum, dan Keamanan di Jakarta, Senin (22/2).
Mahfud mengatakan, teknis penjemputan akan diatur Kementerian Kesehatan dan Kementerian Luar Negeri.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pemerintah terus bernegosiasi dengan Jepang mengenai cara terbaik untuk mengevakuasi para WNI di kapal persiar Diamond Princess.
Hal ini untuk menutup celah potensi penularan virus mematikan yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, China tersebut.
Terawan menyampaikan pemerintah tidak ingin terburu-buru dalam mengevakuasi para WNI agar Indonesia tidak menjadi lokasi penularan baru virus yang berasal dari China.
Kepada pemerintah Jepang, lanjut Terawan, Indonesia juga meminta data epidemologi.
Pemerintah akan memprioritaskan evakuasi 188 WNI di kapal pesiar World Dream.
Pemulangan WNI di kapal World Dream diprioritaskan karena risikonya lebih kecil. Belum ada yang terinfeksi virus corona di kapal tersebut. (sup/mit/tribunnews)