Breaking News

Ngopi Santai

Bagaimana Menangani Kecemasan Berlebihan terhadap Virus Corona ?

Isu virus corona bisa menjadi pemicu kecemasan, begini cara-cara menangani rasa cemas terkait virus corona,

Penulis: Sunarko | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Pixabay
Ilustrasi wanita yang sakit flu 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Urusan kesehatan memang bisa menjadi arena pemicu kecemasan.

Demikian dikatakan oleh guru besar ilmu kedokteran di Feinberg School of Medicine, Universitas Northwestern, yakni Profesor Catherine Belling.

“Tubuh kita sangat luar biasa, dan merupakan bagian yang sangat dekat bahkan melekat dengan diri kita. Tetapi, anehnya kita justru bergantung pada dokter untuk memberitahu tentang apa yang terjadi di dalam diri kita," kata Belling sebagaimana dikutip oleh time.com edisi 27 Februari 2020. 

“Yang kita pertaruhkan dengan tubuh kita sangat tinggi, tetapi sebagian terbesar dari kita tidak memiliki kendali atas bagian diri yang sangat penting ini,” imbuh Belling.

4 Fakta Pendaki Asal Gianyar Bali Terpeleset ke Jurang di Gunung Batur, Gus Andyka Diduga Kelelahan

Penumpang Viking Sun Jalan-Jalan ke Pasar Badung, Pemkot Denpasar Mengaku Tak Dapat Pemberitahuan

BREAKING NEWS - Pendaki Gunung Batur Tewas Setelah Jatuh ke Jurang Sedalam 40 Meter 

Tahun 2012, Belling menulis sebuah buku tentang hipokondria.

Hipokondria adalah rasa khawatir yang  berlebihan atau terobsesi dengan pikiran sendiri bahwa Anda sedang atau mungkin sakit parah.

Padahal, bisa jadi Anda tidak menunjukkan gejala fisik yang terkait dengan sakit/penyakit yang Anda terus pikirkan itu.

Secara medis, hipokondria disebut sebagai illness anxiety disorder atau somatic symptom disorder.

Hipokondria merupakan suatu jenis gangguan kecemasan, dan termasuk dalam kategori gangguan kejiwaan.

Kendati demikian, menurut Belling, kekhawatiran terhadap virus corona (COVID-19) yang dewasa ini melanda sebagian warga masyarakat di negara-negara yang terjangkit virus itu, tidak otomatis dikategorikan sebagai hipokondria.

Sebab, orang dengan kecenderungan hipokondria biasanya memiliki kecemasan yang dipukul-rata terhadap semua penyakit dan gejalanya, bukan terhadap satu penyakit tertentu saja.

Hipokondria juga ditandai dengan kekhawatiran berlebihan atau tidak rasional.

Namun Belling menambahkan bahwa sampai tingkat tertentu yang wajar, kekhawatiran tentang virus corona bisa dimaklumi.

“Sangat rasional untuk cemas dalam kasus virus corona, karena kita tidak tahu pasti bagaimana hal itu akan terjadi (antivirusnya, katanya, belum ditemukan, red),” kata Belling.

Meskipun demikian, menurut psikiater Dr. John Oldham, ada perbedaan mendasar antara merasa gelisah terhadap hal yang belum pasti dengan merasa gelisah hingga mengganggu kegiatan sehari-hari bahkan sampai tidak bisa tidur.

“Jika kegelisahan Anda sampai mengganggu tidur Anda, maka itu bukan kegelisahan biasa. Bisa jadi, itu saatnya Anda harus berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental,” kata Oldham yang mengepalai Menninger Clinic di Houston, Texas.

Idealnya, kata Oldham, orang mencegah stres berlebihan sebelum stres mencapai titik di luar kewajaran itu.

Untuk itu, Oldham (dan juga Belling) merekomendasikan cara-cara menangani rasa cemas terkait virus corona, yang antara lain sebagai berikut:

1) Waktu tidur yang cukup, berolahraga atau beraktivitas fisik yang cukup (seimbang antara kegiatan fisik dan non-fisik), menjalin hubungan sosial yang baik, dan tidak berlebihan mengonsumsi alkohol.

“Langkah-langkah pencegahan tersebut sudah semestinya kita lakukan. Menjadi masalah jika Anda sangat jarang atau tidak melakukannya sama sekali,” ucap Oldham.

2) Dengan gencarnya berita mengenai wabah virus corona, mendapatkan informasi yang akurat dan dalam porsi atau jumlah yang tepat merupakan hal yang penting.

Intinya, selektif-lah dalam memilih informasi atau berita tentang virus corona.

Jangan melahap semua berita atau informasi tentang virus corona tanpa kontrol, karena Anda akan justru dibuat makin cemas olehnya. 

“Dibombardir berita tentang virus corona 24 jam sehari dan 7 hari seminggu akhir-akhir ini, jelas itu memacu stres. Karena itu, jangan terlalu membebani diri sendiri,” kata Oldham.

Jangan membiarkan diri Anda hanya terpapar berita-berita yang sifatnya breaking news, karena biasanya informasinya instan, mengandung unsur sensasi (kegemparan/kehebohan) dan tidak disajikan dengan utuh. 

"Carilah informasi terbaru dari sumber yang terpercaya dan resmi seperti situs web Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Itu dapat meredakan kecemasan, karena Anda mendapatkan informasi yang semestinya, sehingga kita tidak termakan berita-berita instan dan sensasional,” kata Oldham.

Sumber-sumber informasi yang terpercaya juga membantu Anda mendapatkan arahan atau petunjuk konkret untuk pencegahan penyakit, seperti sering mencuci tangan dan menjaga jarak yang aman dari orang yang sedang sakit dan lain-lain

3) Belling mengatakan, tidak ada salahnya memikirkan apa yang akan Anda lakukan jika benar-benar terjadi situasi seperti adanya kebijakan/perintah karantina (tidak boleh keluar rumah).

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit milik pemerintah AS (Centers for Disease Control and Prevention), misalnya, telah mengeluarkan rekomendasi untuk perubahan dalam pengasuhan anak dan dalam bekerja jika nanti ada kebijakan pengendalian yang drastis terhadap virus corona.

Berpikir praktis tentang kemungkinan-kemungkinan berarti bahwa Anda akan siap jika yang buruk terjadi.

Sampai tingkat tertentu, itu setidaknya bisa membuat Anda cukup tenang (mengurangi kecemasan), karena Anda telah melakukan apa yang dapat Anda lakukan sebagai antisipasi. 

4) Namun, Belling menegaskan, akan berguna untuk mengingatkan diri sendiri bahwa rasa khawatir tidak akan mengubah apa pun.

Dengan kata lain, selesaikan hal-hal yang ada dalam kendali Anda, seperti mempraktikkan pola hidup bersih dan membuat rencana kesiapsiagaan.

Serta, cobalah untuk tidak panik tentang hal-hal yang belum terjadi.

5) “Jika Anda jatuh sakit karena ada masalah pernapasan, ingat ada peluang yang jauh lebih besar bahwa Anda terkena flu musiman atau flu biasa daripada terjangkit COVID-19.”

Demikian kata Dr. George Zgourides, dokter sekaligus psikolog klinis asal Texas yang juga penulis buku ‘Stop Worrying About Your Health` (Berhentilah Mencemaskan Kesehatan Anda).

Flu musiman atau flu biasa menunjukkan gejala-gejala yang mirip dengan COVID-19 (yakni batuk, demam, dan sesak napas).

Padahal, di Amerika Serikat (AS) saja, saat ini flu musiman dan flu biasa menyerang orang dalam jumlah yang jauh lebih besar.

Diperkirakan ada 29 juta orang di AS yang menderita flu pada musim ini.

Coba bandingkan angkanya dengan 60 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi sejauh ini di AS.

"Kita harus meletakkan kasus-kasus ini dalam konteksnya,” kata Zgourides.

Bedakan antara kemungkinan sangat kecil dan jauh (possibility) dan ada kemungkinan tetapi masih belum tentu juga (probability).

6) Tetapi jika Anda terus-menerus mendapati diri Anda memikirkan kesiapan darurat, kata Zgourides, maka tidak ada salahnya Anda mendatangi seorang profesional untuk menangani kecemasan Anda itu.

7) Zgourides juga merekomendasikan teknik sederhana berikut ini:

Jika Anda memiliki pikiran yang obsesif (terhadap virus corona atau hal-hal negatif lainnya), maka katakan “Stop !" dengan keras tatkala pikiran obsesif itu muncul.

Atau, pasang karet gelang di salah-satu pergelangan tangan Anda.

Jika pikiran obsesif terlintas, langsung tariklah karet gelang itu dan lepas.

Memang saat tarikan karet gelang itu dilepas, pergelangan tangan akan sakit terkena jepretannya, tapi itu salah-satu cara untuk mengingatkan bahwa saat itu pikiran Anda sudah berlebihan dan harus `dijewer`.    

 (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved