Dari Superman Is Dead hingga Parau, Ini 5 Band Asal Bali yang Pernah Tampil di Kancah Internasional

Berikut adalah 5 band Bali yang namanya pernah bergaung di kancah internasional: dari Superman Is Dead, The Hydrant, Navicula, Nosstress, Parau.

Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
tribunnews
Superman is Dead 

TRIBUN-BALI.COM - Banyak orang yang percaya bahwa untuk sukses dan berprestasi di dunia hiburan, maka harus mulai merintis karier di Ibu Kota.

Namun tidak demikian dengan beberapa musisi atau band yang besar di Bali ini.

Mereka telah mematahkan mitos yang menyebut bahwa untuk menjadi besar harus berdomisili di Jakarta.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 5 band Bali yang namanya pernah bergaung di kancah internasional:

1. Superman Is Dead
Nama pionir band Punk Rock di Bali, Superman Is Dead (SID) tentu tidak asing bagi penggemar musik dalam negeri.

Band yang berdiri sejak tahun 1995 ini telah menyabet sejumlah penghargaan musik dalam negeri.

Salah satunya adalah AMI Awards “The Best Rock Album Nominee” untuk album Black Market Love pada tahun 2006.

Pada Oktober 2007, Superman Is Dead menggelar Australian tour dan menjajal  16 gigs di 8 kota di Australia selama 33 hari.

Tidak hanya itu, band yang beranggotakan JRX (drum), Bobby Kool (gitar, vokalis), dan Eka Rock (bass) ini bahkan telah menembus Amerika saat diundang untuk tampil di ajang bergengsi Warped Tour 2009.

SID menjadi band Asia kedua yang mampu menembus salah satu festival musik terbesar di Amerika itu. Sejumlah band besar macam NOFX, The Offspring, hingga Green Day pernah menjajal panggung tersebut.

2. The Hydrant
Sang pionir rockabilly di skena musik Indonesia, The Hydrant, pernah diberi kehormatan untuk tampil di ajang rockabilly terbesar sejagat di Viva Las Vegas 2016.

Ketika itu, The Hydrant merupakan satu di antara dua negara yang diundang tampil berlaga dalam skala Asia.

Negara selain Indonesia adalah Jepang, negara dengan kancah rockabilly yang amat kuat dan begitu berwibawa, atau barangkali cuma kalah pamor oleh Amerika Serikat, tempat asal mula rockabilly.

Dari sejak kali pertama diselenggarakan pada tahun 1998, The Hydrant menjadi band paling pertama dari negeri ini yang diundang untuk berlaga di Viva Las Vegas.

Belum pernah ada satu pun wakil dari Indonesia sempat menjajal Viva Las Vegas sama sekali.

Dua tahun berikutnya, tepatnya 2018, The Hydrant diundang kembali untuk kedua kalinya dalam ajang Viva Las Vegas Rockabilly Weekend.

The Hydrant yang terbentuk sejak 14 Agustus 2004 di Denpasar, Bali, ini beranggotakan Marshello (biduan, harmonika), Vincent (gitar), Christopper (stand up drum), serta Adi (upright bass).

3. Navicula
Unit grunge asal Bali, Navicula yang didirikan tahun 1996 juga beberapa kali menjajal panggung musik di luar negeri.

Pada Oktober 2018 silam, band beranggotakan Gede Robi( Vocal/Gitar), Dadang Pranoto (Gitar), Palel Atmoko (Drums) dan, Krishna Adipurba (Bassist), menggelar tour di Benua Eropa.

Mereka menghentak enam negara  dalam lawatannya tersebut, antara lain Jerman, Austria, Slovakia, Hungaria, Polandia dan Republik Ceko.

Sebelumnya, Navicula juga menyapa publik Australia dalam Australia Tour mereka pada tahun 2017.

Navicula yang menyuarakan isu-isu lingkungan dalam lagu-lagunya dikenal aktif di dunia indie, walau sempat kontrak dengan major label Sony-BMG di tahun 2004.

Kemudian tahun 2012, Navicula berkesempatan merasakan rekaman di Record Plant, Hollywood.

Dilansir dari website resminya, Navicula rekaman di Record Plant selama tiga hari pada akhir November 2012 disponsori oleh RØDE, produsen mikrofon asal Australia.

Di bawah arahan Alain Johannes sebagai produser kreatif, Navicula yang mendapat jatah rekaman tiga lagu bisa merekam lima lagu secara live recording.

4. Nosstress
Trio folks asal Bali, Nosstress sempat merasakan bermain musik di Pasar Hamburg, Jerman pada tahun 2015 silam.

Itu adalah kedua kalinya mereka tampil di ajang yang sama dan festival Fete De la Musique di Hannover.

Band yang dimotori Man Angga (vokal, gitar), Guna Kupit (vokal, gitar) dan Cok Gus (vokal, cajoon) ini bahkan sempat menggaungkan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa di festival tersebut.

Dilansir dari situs resminya, awal mula terbentuknya Nosstress hanya membawakan cover version secara akustik.

Kemudian Angga, Kupit dan Cok mulai menciptakan karya-karya original mereka hingga resmi merilis album perdananya bertajuk "Perspektif Bodoh" pada medio Oktober 2011 silam.

Kini Nosstress masih sering manggung baik di Bali maupun di berbagai wilayah di Indonesia.

5. Parau
Album Fortius membawa berkah bagi Parau Band, band metal-hardcore asal Denpasar, Bali.

Pasalnya, Parau mendapat kesempatan untuk tampil di sebuah festival bergengsi di Taiwan pada 1 September 2019 lalu.

Festival bernama Hohaiyan Gongliao Rock Festival itu dihelat di Kota New Taipei.

Hohaiyan Gongliao Rock Festival merupakan festival bergengsi yang menghadirkan band-band papan atas negara tersebut, serta melibatkan beberapa band dari berbagai genre di Asia bahkan luar Asia.

Parau menjadi salah satu penampil di hari terakhir festival yang dibuka pada 30 Agustus 2019 ini.

Dan satu-satunya band asal Indonesia yang diminta untuk mengguncang panggung festival yang berlangsung di pinggiran pantai Fulong beach. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved