Dokter Virus Corona di Italia: Ini Perang Tiada Henti dan Seperti Dilanda Tsunami
Dokter bernama Daniele Macchini itu mengunggah pengalamannya di Facebook, menyamakan virus corona dengan "tsunami yang telah melanda kita semua"
TRIBUN-BALI.COM - Seorang dokter di pusat wabah virus corona di Italia mengungkapkan perjuangannya melawan virus corona ibarat perang tanpa henti.
Dilansir dari Sky News, dokter itu menggambarkan bangsal terisi penuh dan dokter bekerja tanpa henti untuk menyelamatkan nyawa.
Dokter bernama Daniele Macchini itu mengunggah pengalamannya di Facebook, menyamakan virus corona dengan "tsunami yang telah melanda kita semua".
Ketika Italia memerangi wabah penyakit ini, dokter membandingkannya seperti perang.
• Pemprov DKI Kucurkan Rp 54 Miliar untuk Tangani Virus Corona
• Bali Sering Abai dengan Kunjungan Wisatawan Domestik, Tapi Butuh Saat Ada Wabah Corona
• Sugawa Korry Pertimbangkan Musda Dipercepat Sebagai Persiapan Hadapi Pilkada Serentak 2020
Virus corona memutuskan siapa yang hidup, mati, dan siapa yang mendapat akses ke unit intensif dalam jumlah terbatas.
Dr Macchini berbicara apa adanya tentang tekanan besar yang dihadapi stafnya di "garis depan", melawan virus yang telah merenggut 463 nyawa di lebih dari 9.000 kasus infeksi ini, hanya dalam dua minggu.
Pesan ini dibagikan tepat sebelum pemerintah melakukan karantina yang mencakup seluruh Italia.
Sang dokter bekerja di rumah sakit Humanitas Gavazzeni di Bergamo, Italia Utara.
Daerah itu merupakan salah satu yang terparah dampaknya akibat virus corona.
Menurut laporan media lokal, di Bergamo ada 1.245 kasus positif virus SARS-CoV-2, nama resmi virus corona.
"Setelah lama memikirkan apa yang harus ditulis tentang apa yang terjadi pada kami, saya merasa bahwa berdiam diri sama sekali tidak bertanggung jawab," kata Dr Macchini.
Dia menyadari pentingnya untuk tidak membuat kepanikan, tapi juga merasa pesan tentang bahaya yang terjadi tidak menjangkau banyak orang.
Dokter lulusan Università degli Studi di Milano-Bicocca ini berbicara tentang rumah sakitnya yang sedang melakukan persiapan dan diatur ulang untuk mengantipasi wabah yang meluas.
"Semua perubahan cepat ini membuat koridor rumah sakit langsung diliputi suasana keheningan dan kekosongan surealis yang kita masih tidak mengerti, menunggu perang yang belum dimulai dan bahwa banyak yang tidak begitu yakin (termasuk saya) dengan datangnya keganasan itu," tulisnya.