Corona di Indonesia
Jika Indonesia Terapkan Lockdown, Ini Tiga Hal yang Perlu Diperhatikan Menurut Ahli Virus Asal Bali
Jumlah kasus terus mengalami peningkatan setiap harinya, per 17 Maret 2020, Kementerian Kesehatan RI merilis 172 orang positif terjangkit Covid-19
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Republik Indonesia saat ini dihadapkan dengan situasi tidak mudah menghadapi penyebaran virus corona (Covid-19).
Jumlah kasus terus mengalami peningkatan setiap harinya, per 17 Maret 2020, Kementerian Kesehatan RI merilis 172 orang positif terjangkit Covid-19.
Pemerintah Indonesia dihadapkan dengan pro kontra kebijakan lockdown yang telah diterapkan oleh sejumlah negara seperti, Malaysia, Filipina, Prancis, Italia, Denmark, Irlandia, Polandia, Spanyol dan Libanon.
Ahli virus asal Bali, Prof. Mahardika mengatakan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah apabila hendak menerapkan kebijakan lockdown.
• Cegah Penyebaran COVID-19, Angkasa Pura Airports Terapkan Work From Home
• Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Car Free Day di Denpasar Dihentikan Sementara
• Ahli Virus : Droplet Sumber Utama Penyebaran Covid-19 Human to Human
"Pertama harus memiliki peta persebaran kasus, kedua risk factor dan ketiga adalah data virus (signal virologi)," kata dia kepada Tribun Bali.
Menurutnya, negara wajib memberikan perlindungan terhadap warga negara maupun negara lainnya.
"Lockdown harus melihat peta di mana wabah terjadi, petakan risiko wabah, ketiga rumuskan data virus," kata dia.
Data virus penting untuk mengetahui mutasi genetik virus yang mewabah di suatu negara, seperti di negara China, Thailand, Italia, Amerika, Jepang terdapat satu garis lurus sumber virus.
"Data virus menunjukkan mutasi perubahan virus. Amerika, Jepang, China, Italia, langsung keluar datanya bisa dilihat satu garis, birunya sama, satu garis artinya sama persis kalau virusnya sama. Indonesia datanya belum tersedia," ungkap dia.
Data virus tersebut dapat menjadi sumbangsih kontribusi negara untuk melindungi negara lain dari sebaran virus dan menjadi acuan lockdown tidaknya suatu negara.
"Sama halnya Wuhan lockdown seluruh atau beberapa kota, jumlahnya 13 juta orang agar tidak menyebar ke luar negeri itu kan mulia. Syaratnya, peta persebaran, risk factor, dan data virus itu," tuturnya.
Apabila ditemukan data virus Indonesia ternyata beda dengan virus China dan berpotensi menyebar keluar Indonesia wajar Indonesi menutup sementara agar tidak keluar
"Bali, Jakarta, Solo, Bandung, Yogyakarta, dan persebaran lainnya harus ada data genetiknya, sama atau ada keunikan. Pemerintah harus turun tangan dan harus mengawasi benar," bebernya. (*)