Corona di Indonesia

Kisah Menyentuh Hati Pejuang Corona di Indonesia, Dokter Ini Menangis & Berucap Kita Sudah Disumpah

Di balik berbagai upaya melawan corona di Indonesia ada cerita atau kisah menyentuh hati mereka yang dengan sepenuh hati menangani para pasien virus

Editor: Ady Sucipto
KOMPAS.COM/ANDI HARTIK
dr Ungky Agus Setiawan (40) sempat menitikkan air mata saat diwawancara sejumlah wartawan pada Rabu (18/3/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, -- Wabah virus corona terus menyebar diberbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. 

Upaya bersama untuk mencegah penularan dan melawan virus corona  terus dimaksimalkan oleh pemerintah seperti menerapkan social distancing. 

Di balik berbagai upaya melawan corona di Indonesia ada cerita atau kisah menyentuh hati mereka yang dengan sepenuh hati menangani para pasien virus corona.

Ya, mereka yang berada digaris terdepan untuk berjuang menyembuhkan para pasien yang tengah sakit. 

Seperti cerita keterbatasan jumlah alat pelindung diri ( APD) di RSUD Sekarwangi, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, membuat tenaga medis menggunakan jas hujan plastik saat menangani pasien virus corona.

Pihak rumah sakit mengaku sudah mengajukan bantuan ke Dinas Kesehatan Sukabumi, namun belum membuahkan hasil.

Lockdown Tidak Cukup Ketat, Angka Kematian Akibat Virus Corona di Italia Lampaui China

Data Terkini Pasien Corona di Indonesia: Angka Terus Naik, Kematian Tertinggi di Asia Tenggara

Demi Cegah Corona, Bendesa se-Denpasar Sepakat Pengarakan Ogoh-ogoh Tak Boleh Keluar Banjar!

Sementara itu, cerita tenaga medis di RSUD Saiful Anwar di Kota Malang, Jawa Timur, juga menggunggah hati.

Dalam perjuangannya menyembuhkan pasien corona, mereka pun memendam rasa takut akan tertular.

Berikut ini certa di balik perjuangan para tenaga medis atau paramedis, pejuang corona:

1. Sudah disumpah

Ungky Agus Setiawan (40), salah satu dokter spesialis paru di RSSA Malang, tampak menitikkan air mata saat menceritakan perjuangan para petugas medis merawat pasien yang terjangkit virus corona di RSSA Kota Malang.

Dirinya tahu, tenaga medis sangat berisiko tertular virus mematikan itu.

Tidak mudah, tapi itu yang harus dilakukan para tenaga medis.

“Iya, gimana ya kita sudah disumpah untuk…,” katanya tertegun sambil menitikkan air mata, saat menghadiri konferensi pers di RSSA Kota Malang, Rabu (18/3/2020).

2. Kerja sesuai porsi

Ungky menjelaskan, di RSSA terdaat 10 pasien kasus corona.

Dua orang positif Covid-19, 2 PDP, dan 6 orang dinyatakan negatif.

Selama bekerja, Ungky dan petugas medis lainnya selalu berusaha menerapkan standar operasional prosedur yang berlaku agar terhindar dari penularan virus pasien.

Salah satunya dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, serta meningkatkan imunitas tubuh.

“Kemudian yang paling penting, kita punya optimis dan kerja sesuai dengan porsi. Kalau memang kecapean, ya semua ada batasnya.

Kita memang harus jaga kondisi,” katanya. B

3. Saling menyemangati

Ungky mengatakan, virus itu memang belum ada obatnya.

Namun, dengan imunitas tubuh yang baik dan rasa optimisme, virus itu akan bisa tertangani.

“Kewaspadaan tinggi harus kita jalankan dalam kondisi seperti ini,” ungkapnya.

Lalu, sebagai tim, Ungky dan rekan-rekannya mencoba untuk saling menyemangati satu sama lainnya.

"Saling menyemangati. Rasa takut itu pasti ada, tapi ini kan demi masyarakat semuanya. Kalau tidak kita tangani, siapa lagi yang akan membantu untuk menangani ini,” ungkapnya.

4. Jas hujan plastik

Saat bertugas menangani pasien yang terserang virus corona, tenaga medis seharusnya mengenakan APD lengkap, mulai dari penutup kepala, kaca mata google, masker, pakaian, sarung tangan pendek dan panjang serta sepatu bot.

Namun, di RSUD Sekarwangi, para tenaga medis hanya mengenakan jas hujan plastik.

"APD ini memang sudah hampir habis, karena memang sekali pakai langsung dibuang," ungkap Direktur RSUD Sekarwangi dr Albani Nasution dalam konferensi pers di Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Kamis (19/3/20200.

5. Lebih panas, namun warna warni

Lihat Foto Tim Krisis Center Covid-19 Kota Tasikmalaya sedang menyemprotkan disinfektan untuk pencegahan pandemi virus corona, Rabu (18/3/2020).(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)

Albani mengatakan, harga untuk APD lengkap di pasaran cukup mahal, sekitar Rp 300.000 hingga Rp 900.000.

Lalu, dengan keterbatasan yang ada, dia memilih jas hujan plastik bagi para tenaga medisnya.

Bahannya sebenarnya lebih kuat dari bahan plastik, namun memang sedikit lebih panas.

"Tapi kalau dilihat pemakaiannya untuk APD sangat efektif, saya bilang cukup keren, karena warna warni," tutur dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sepenggal Cerita Pejuang Corona, APD Jas Hujan Plastik dan Melawan Rasa Takut Tertular "

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved