50.000 Warga Jepang Antusias Menyaksikan Api Olimpiade di Stasiun Sendai Miyagi
Stasiun Sendai dipilih karena untuk memamerkan kebangkitan kawasan tersebut setelah gempa
TRIBUN-BALI.COM- Warga Jepang tetap antusias menyaksikan pertunjukkan api Olimpiade yang dihelat di barat laut Jepang sepanjang akhir pekan ini.
Meskipun, wabah virus corona kini tengah melanda belahan dunia, termasuk Jepang.
Kompas.Com melansir dari Antaranews , Minggu (22/2/2020) menyebutkan, lebih dari 50.000 orang pada Sabtu (21/3/2020), menyaksikan api Olimpiade yang ditampilkan di Stasiun Sendai, Miyagi.
Stasiun Sendai dipilih karena untuk memamerkan kebangkitan kawasan tersebut setelah gempa, tsunami, dan krisis nuklir 2011.
Sejumlah orang harus berada dalam antrean sepanjang 500 meter selama beberapa jam, sebagaimana dilaporkan media setempat.
• Riwayat Perjalanan Pasien Corona Meninggal di Batam: Hadiri GPIB, 60 Orang Kontak Dekat Dikarantina
• 5 Zodiak yang Tepat Jadi Tempat Curhat, Gemini Sangat Hebat untuk Diajak Curhat
• Suami ke Australia Saat Virus Corona Merebak, Melaney Ricardo Khawatir Tak Bisa Pulang Indonesia
"Saya mengantre selama tiga jam, tetapi menyaksikan api Olimpiade sangat membesarkan hati," ujar seorang perempuan berusia 70 tahun kepada NHK.
Pawai obor secara nasional akan dimulai pada 26 Maret mendatang, diawali dari kompleks olahraga J-Village di Fukushima yang dulunya digunakan sebagai basis pekerja selama bencana nuklir 2011.
Namun, pihak penyelenggara khawatir dengan berkumpulnya massa yang lebih besar, mengingat acara pertunjukkan itu bisa ditangguhkan jika massa sangat padat.
Jepang tampaknya ingin penyelenggaraan Olimpiade Tokyo tetap bisa berlangsung sesuai jadwal.
Olimpiade 2020 rencananya akan berlangsung di Tokyo, pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020.
Menteri Olimpiade Jepang, Seiko Hashimoto, menegaskan pihaknya akan berupaya tetap menggelar Olimpiade 2020 sesuai jadwal meski dunia masih berada di bawah ancaman Virus Corona.
"Olimpiade yang lengkap adalah tujuan kami," ujar dia. "Kami akan berusaha maksimal untuk menyelenggarakan Olimpiade seusai jadwal sehingga Komite Olimpiade Internasional bisa yakin, kami mampu menyelenggarakan pertandingan."
Semakin Kencang
Seruan agar Olimpiade 2020 Tokyo ditunda semakin kencang setelah adanya desakan dari Federasi Atletik AS yang sangat berpengaruh.
Federasi Atletik AS menjadi federasi olahraga berpengaruh terakhir yang meminta Olimpiade ditunda.
Ketua Federasi Atletik AS, Max Siegel mengirim surat permintaan agar Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS (USOPC) mendukung penundaan Olimpiade Tokyo 2020.
Siegel menulis bahwa kesehatan dan keselamatan semua orang harus menjadi prioritas dan menekankan bahwa kondisi belakang ini membuat atlet-atlet atletik AS tidak bisa mempersiapkan diri menuju olimpiade.
Tak hanya Federasi Atletik, Federasi Renang AS juga meminta USOPC mendukung olimpiade dimundurkan ke tahun 2021.
"Kami mendesak USOPC, sebagai pemimpin Gerakan Olimpiade, untuk menggunakan suaranya dan berbicara atas nama atlet," kata CEO USA Swimming, Tim Hinchey dalam sebuah surat yang dikutip dari AFP, Minggu (22/3/2020).
Langkah itu diikuti Federasi Renang Prancis yang menyebut Olimpiade 2020 Tokyo tak akan bisa diselenggarakan dengan baik dalam kondisi seperti sekarang.
Kemudian, Komite Olimpiade Norwegia (NOC) melakukan hal yang sama yang sebagian terdorong oleh larangan Pemerintah Norwegia terhadap semua aktivitas olahraga.
Adanya larangan itu dianggap memperberat kesiapan atlet negara ini dalam berkiprah di Olimpiade 2020 jika diadakan tengah tahun ini.
"Rekomendasi tegas kami adalah Olimpiade di Tokyo tidak boleh dilangsungkan sebelum situasi COVID-19 benar-benar terkendali pada skala global," kata NOC.
Badan Atletik Inggris juga mempertanyakan urgensi menyelenggarakan Olimpiade 2020 musim panas ini di tengah ketidakpastian penyebaran Covid-19.
Di sisi lain, USOPC mengatakan terlalu dini membatalkan Olimpiade 2020 yang akan berlangsung dari 24 Juli sampai 9 Agustus itu.
Ketua USOPC Susanne Lyons sendiri meyakini panitia penyelenggara masih punya waktu untuk mempersiapkan pelaksanaan Olimpiade 2020.
Suara ini sama dengan Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach yang menyebut keputusan menunda olimpiade sebagai prematur.
"Kita tinggal empat setengah bulan lagi dari olimpiade. Bagi kami, (penangguhan) adalah tak bertanggung jawab," kata Bach kepada New York Times.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Di Tengah Pandemi Corona, Jepang Tetap Antusias Sambut Olimpiade 2020