Sosok Putu Wijaya Sastrawan Indonesia Produktif Kelahiran Bali, Profilnya Ditayangkan TVRI Pagi Ini
Putu Wijaya adalah salah-satu sastrawan paling produktif di Indonesia yang telah menulis ribuan cerita pendek, puluhan novel, naskah drama, dan esai.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM - Program pendidikan di TVRI Sabtu (25/4/2020) pagi tadi menayangkan profil sastrawan Indonesia kelahiran Bali, Putu Wijaya.
Siapakah sosok Putu Wijaya?
Putu Wijaya adalah salah-satu sastrawan paling produktif di Indonesia yang telah menulis ribuan cerita pendek, puluhan novel, puluhan naskah drama, dan banyak tulisan esai.
Dalam tayangan tersebut dijelaskan, Putu Wijaya memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya.
Putu Wijaya lahir di Tabanan, Bali pada 11 April 1944 dan saat ini menetap di Jakarta.
Setelah menyelesaikan SMA di Bali, Putu kuliah di Fakultas Hukum UGM Yogyakarta dan lulus tahun 1969.
Ia juga belajar seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan seni drama di Akademi Seni Drama dan Film (ASDRAFI).
Putu Wijaya mulai belajar menulis sejak duduk di bangku SMP.
Keluarganya di lingkungan puri memiliki tradisi membaca yang baik.
Dari sanalah Putu Wijaya banyak membaca buku dan mulai tertarik untuk menulis hingga karya pertamanya dimuat di salah-satu media lokal di Bali ketika itu.
Saat SMA, kecintaannya terhadap dunia sastra terus berkembang, terutama setelah bertemu dengan sejumlah penyair di Singaraja.
Gairahnya terhadap sastra juga mulai dirangsang hingga akhirnya dia memilih fokus di dunia sastra, termasuk di dalamnya seni pertunjukan (teater).
Ia juga pendiri dan pemimpin Teater Mandiri yang kemudian mementaskan naskah-naskah yang ditulis Putu Wijaya sendiri.
Pilihan Putu untuk mengabdikan diri di dunia seni adalah pilihan yang berani. Sebab, di lingkungan keluarganya di Bali lebih banyak yang terjun ke dunia bisnis dan bekerja di pemerintahan.
Produktivitas dan dedikasi Putu terhadap dunia sastra dan pertunjukan telah mengatarkannya meraih berbagai penghargaan.
Beberapa diantaranya adalah Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), pemenang penulisan puisi Suluh Indonesia Bali, pemenang penulisan novel IKAPI, pemenang penulisan drama BPTNI, tiga kali pemenang sayembara penulisan novel DKJ, empat kali pemenang sayembara penulisan lakon DKJ, SEA Write Award 1980 di Bangkok, penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang (1991-1992), dan penghargaan lainnya.
Bahkan, karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Di penghujung 2018 silam, Putu Wijaya menerima penghargaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 yang digelar Minggu (9/12/2018).
Momen penyerahan penghargaan itupun sempat diunggah oleh Jokowi dalam akun Instagramnya, @jokowi, pada Senin (10/12/2018).
Dalam unggahan tersebut, Jokowi tampak menyerahkan Penghargaan Kebudayaan kepada sastrawan Putu Wijaya.
Jokowi terlihat berjongkok di depan Putu Wijaya yang duduk di kursi roda di tengah acara berlangsung.
Melengkapi unggahannya, Jokowi menceritakan kisah sastrawan Putu Wijaya yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kesusastraan dan kebudayaan sejak usia remaja hingga sekarang berusia 74 tahun.
Jokowi mengungkapkan bahwa Putu Wijaya telah menulis 30 novel, 40 naskah drama, sekitar 1.000 cerpen, esai-esai dan karya lainnya. (*)