Corona di Bali

Cerita Perawat Ruang Isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah Saat Berjuang Menangani Pasien Covid-19

Selain itu, dia juga ngajag atau pulang pergi (PP) dari Pejeng, Gianyar, demi menjalankan kewajibannya sebagai perawat di RSUP Sanglah.

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Para Tenaga Kesehatan RSUP Sanglah yang sedang berjuang menangani kasus Covid-19. 

“Sampai di rumah, beberapa teman perawat ada yang memilih tinggal terpisah (isolasi diri) dari keluarganya. Cuman saya karena ada bayi, susah kalau harus terpisah untuk isolasi diri. Jadi saya kalau sampai rumah itu, mandi dan keramas lagi sampai bersih. Terus baju yang dipakai ke rumah sakit langsung dicuci, tas, sepatu, dan alat lainnya disemprot disinfektan,” imbuh, lulusan Keperawatan Poltekkes Denpasar tersebut.

Luh Therressya juga harus ngajag alias Pulang Pergi (PP) dari Pejeng, Gianyar ke RSUP Sanglah.

 “Saya mulai ngajag sejak nikah sampai sekarang. Kalau misalnya pilih ngekos di Denpasar, kasihan juga sama bayinya. Apalagi kita tidak tahu di jalan ketemu dan kontak dengan siapa saja. Jadi saya memilih untuk tetap ngajag saja,” ungkap ibu dari tiga anak ini.

Bagi perawat yang menangani pasien Covid-19, yang dibutuhkan saat ini adalah dukungan, bukan stigma.

Syukurnya, Luh Therressya tidak merasakan stigma dijauhi, apalagi dikucilkan.

“Kalau saya syukurnya tidak ada stigma.  Lingkungan di rumah masih support semua, saat tahu saya kerja di Ruang Nusa Indah. Masyarakat malah banyak yang kasi pesan agar saya semangat merawat pasien hingga sembuh. Cuma beberapa teman memang ada yang lingkungan sekitarnya agak menjauhi,” ucap Luh Therressya.

“Masyarakat tidak perlu takut berlebihan seperti itu. Memang kami merawat dan kontak langsung dengan pasien covid-19, tapi kan kami sudah pakai APD dan tidak sembarangan dalam merawat kasus seperti ini. Perlindungannya berlapis. Sebelum pulang ke rumah juga kami menjalani proses desinfeksi, dekontaminasi, dan membersihkan diri dengan cuci tangan, mandi, keramas, dan sebagainya,” pesannya.

Luh Therressya berharap agar masyarakat bersama-sama membantu mencegah penularan covid-19. Bukan tenaga kesehatan, tetapi masyarakatlah yang menjadi garda terdepan dan yang bisa memutus rantai penularan.

“Dalam menghadapi covid-19 ini kita tidak boleh panik, tapi bukan berarti kita cuek. Saya sih lebih berharap masyarakat melindungi diri masing-masing. Karena kami hanya bisa merawat orang yang sudah sakit, tidak bisa merawat seluruh masyarakat,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved