Corona di Indonesia
Kisah Pilu Satu Keluarga Kelaparan & Numpang Hidup di Kebun Orang, Istri Hamil Tua & Tak Punya Uang
selain lemas dan kelaparan, satu keluarga yang terdiri dari tujuh orang tersebut tiga di antaranya masih balita dan seorang ibu diketahui sedang hamil
TRIBUN-BALI.COM - Pandemi covid-19 benar-benar membuat sengsara satu keluarga di Kelurahan Amassangan, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Tak memiliki sepeser uang dan tempat tinggal, satu keluarga terpaksa tinggal dan menumpang hidup di kebun milik warga.
Ketika mereka ditemukan warga, kondisi satu keluarga tersebut sangat memprihatinkan.
Dilansir Tribun Bali via Kompas.com, selain lemas dan kelaparan, satu keluarga yang terdiri dari tujuh orang tersebut tiga di antaranya masih balita dan seorang ibu diketahui sedang hamil besar.
Warga yang mengetahui kondisi mereka langsung mengevakuasinya. Untuk sementara mereka tinggal di bangunan bekas pos polisi di Jalan Trans Sulawesi.
“Kasihan hidup di kebun warga dalam keadaan kelaparan.
Beruntung banyak warga yang bersimpati dan memberikan bantuan makanan sehingga mereka bisa makan,” jelas Rahmawati, salah satu warga yang memberi bantuan, Kamis (30/4/2020).
Sementara itu, Nurhidayat (57), kepala keluarga itu, mengaku berasal dari Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Alasannya datang ke Polewali Mandar karena ingin mencari kerabatnya.
Sebab, pekerjaan sebagai buruh tani yang ditekuni di tempat asalnya sudah tidak bisa diharapkan setelah virus corona mulai merebak.
Namun setelah bersusah payang datang ke Polewali, kerabatnya ternyata sudah pindah dan ia sekeluarga bingung mau kemana lagi.
“Rencananya cari teman di Polewali karena tidak lagi punya pekerjaan di Tolitoli, tapi sampai di Polewali ternyata yang bersangkutan sudah tidak ada di lokasi,” terang Nurhidayat.
Karena tidak punya cukup uang dan tempat tinggal tersebut, ia dan keluarga akhirnya terpaksa tinggal di tengah kebun milik warga.

Sekeluarga di Banten Tak Makan Dua Hari
Kabar duka datang dari keluarga yang sempat menahan lapar dua hari karena dampak virus corona atau Covid-19.
Mohamad Holik, kepala keluarga yang tinggal di Kelurahan Lontar Baru, Kota Serang, Banten harus merelakan istrinya kembali kepangkuan ke Tuhan Yang Maha Esa.
Sang istri, Yuli meninggal dunia pada Senin (20/4/2020) sore pada pukul 15.00 WIB.
Keluhan keluarga Yuli sempat menyita perhatian di Tanah Air, pasalnya satu keluarga ini mengaku terpaksa menahan lapar karena tak memiliki uang akibat dampak virus corona.
Berikut kisah pilu keluarga di Serang, Banten yang menahan lapar selama dua hari.
Dampak pandemi corona benar-benar memukul perekonomian warga yang sudah sulit.
Cerita pilu warga yang kesulitan hingga kelaparan muncul di media sosial dan menjadi viral.
Di Serang, Banten, seorang warga bahkan meninggal seusai dua hari tak makan.
Yuli (43) warga tersebut, mengaku kalau dia, empat anak, dan suaminya yang seorang pemulung terpaksa hanya meminum air galon untuk mengganjal perut lapar mereka.
Sebelum meninggal dunia, Yuli sempat mengutarakan kesedihannya.
"Enggak makan dua hari, cuma diam saja, sampai saya sedih ya," kata Yuli sembari berlinang air mata.
Sembari menggendong anaknya yang masih bayi, Yuli bercerita, empat anaknya pun terpaksa harus menahan lapar.
"Anak empat. Ini yang paling kecil. Ini juga sampai sakit. Abah juga nyuruh, sabar ya," tutur dia pilu.
Kondisi sulitnya perekonomian keluarganya ini juga tak lepas dari situasi pandemi covid-19.
Suaminya yang seorang pemulung tak bisa bekerja selama pandemi.
Penghasilan sebesar Rp 25 ribu per hari yang biasa diterima keluarganya pun kini tak lagi ada.
"Jadi per hari dibayarnya. Kalau misalkan masuk Rp 25 ribu, kalau sakit enggak dikasih," ujar Yuli.
Yuli mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. "Belum ada, saya sudah ngajuin," ujar dia.
Tidak lama ia bercerita mengenai kisah hidupnya Yuli kemudian dikabarkan meninggal pada Senin (20/4) sekitar pukul 15.00 WIB.
"Pagi segar, sehat. Tidak ada keluhan. Karena ada pikiran kalau kata dokter. Mungkin banyak orang yang ngomongin," kata sang suami, Mohamad Holik, saat ditemui di rumah duka.
Rochman Setiawan, salah satu relawan yang sempat memberikan bantuan dan bertemu langsung dengan almarhumah, mengaku kaget mendengar Yuli meninggal.
Dia mengaku baru memberikan bantuan pada Senin sekitar pukul 10.00 WIB.
"Kalau ada yang bilang keluarga Ibu Yuli enggak kelaparan, itu bohong. Waktu saya kasih bantuan, itu roti, langsung dimakan sama anaknya. Saya kaget pas dapat kabar ibu (Yuli) meninggal dunia," kata Rochman.
Pihak Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, mengaku tak yakin keluarga di wilayahnya tersebut menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang.
"Dua hari enggak makan saya sendiri enggak percaya juga, ya. Karena saya dapat informasi beliau masih makan," kata Lurah Lontar Baru, Dedi Sudradjat.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang Hari Pamungkas merespons kabar meninggalnya Yuli.
"Yang pertama kami turut berbelasungkawa. Ya, betul meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru," kata Hari.
Yuli tiba-tiba tak sadarkan diri dan dibawa ke Puskesmas. Namun pihak rumah sakit belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya Yuli.
Suami Yuli, lanjut Hari, sempat mengatakan istrinya tak memiliki riwayat sakit apa pun.
"Dokter enggak berani menyimpulkan sakit apa, karena almarhumah meninggal dalam perjalanan dan di luar sepengetahuan dokter," kata dia.
Menurutnya usai pemberitaan mengenai keluarga Yuli yang kelaparan, pemerintah memberikan bantuan.
"Sebelumnya kan di berita ramai keluarga almarhumah nahan lapar sampai minum air galon, keluarga almarhumah itu sudah terdata penerima bantuan masyarakat terdampak Covid-19, Sabtu kemarin pihak pemkot sudah berikan bantuan itu," tutur dia.
Pemkot Serang mengklaim telah berupaya maksimal merespons keluhan masyarakat Serang.
"Kami memiliki keterbatasan, kami butuh semua pihak, kami enggak bisa kerja sendiri, butuh semua elemen untuk bekerja sama saling support. Jangan lagi ada saling menyalahkan, sama-sama kita lagi ikhtiar menyelesaikan masalah pandemi ini," kata dia. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Punya Uang dan Tempat Tinggal, Satu Keluarga Ditemukan Kelaparan di Tengah Kebun"